“Ketika
taat, kau lebih memerlukankan belas kasih-Nya daripada ketika melakukan
maksiat”.
(Ibnu
Atha’illah, Al Hikam).
Terkadang ada orang yang melakukan ketaatan
terjerumus ke dalam sikap sombong, ujub dan meremehkan orang lain. Menganggap
dirinya memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah dan layak mendapatkan pahala
yang berlimpah.
Sebaliknya,
pelaku maksiat, boleh jadi maksiat yang dia lakukan mendorongnya pada sikap
penyesalan, merasa diri hina dan tak berdaya serta takut kepada Allah Subhanahu
Wata'ala. Kemudian diakhiri dengan taubat nasuha. Oleh sebab itu, seorang hamba
lebih memerlukan belas kasih Allah saat ia taat, melebihi keperluannya terhadap
belas kasih-Nya saat ia bermaksiat kepada-Nya.
Sungguh,
engkau ketiduran sepanjang malam lalu menyesal di waktu pagi, lebih baik
daripada melewati malam dengan ibadah tapi merasa bangga di pagi hari. Itu
karena orang yang sombong, amalannya tidak akan naik ke sisi Allah."
(Madarij As-Salikin: 1/177).
Para pendosa
yang menangisi dosanya lebih dicintai Allah daripada tukang dzikir yang
membanggakan dirinya. Karena boleh jadi, Allah akan memberikan obat atas
penyakit dosanya. Sedangkan orang yang berbangga tersebut meninggal di atas
ujub dan kesombongannya sementara ia tidak mengetahuinya.
Bahkan, di
dalam al-quran Allah memberi peringatan kepada kita untuk berhati-hati dari
sikap sok suci yang menjerumuskan ini. Allah ta’ala berfirman,
فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ
هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
Maka
janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Diaah yang paling mengetahui tentang
orang yang bertakwa” (QS. An Najm:32)
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يُزَكُّونَ
أَنْفُسَهُمْ بَلِ اللَّهُ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا
Apakah kami
tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih. Sebenarnya Allah
mensucikan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak dianiaya sedikit pun”
(QS. An-Nisa: 49).
Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
لاَ تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمُ اللَّهُ
أَعْلَمُ بِأَهْلِ الْبِرِّ مِنْكُمْ
Janganlah
kalian merasa diri kalian suci, Allah lebih tahu akan orang-orang yang berbuat
baik diantara kalian” (HR. Muslim).
Imam Ibnu
Hazm rahimahullah berkata, “Barangsiapa diberikan musibah berupa sikap
berbangga diri, maka pikirkanlah aib dirinya sendiri. Jika semua aibnya tidak
terlihat sehingga ia menyangka tidak memiliki aib sama sekali dan merasa suci,
maka ketahuilah sesungguhnya musibah dirinya tersebut akan menimpa dirinya
selamanya. Sesungguhnya ia adalah orang yang paling lemah, paling lengkap
kekurangannya dan paling besar kecacatannya.” (Al-Akhlaq wa as-Siyar fii Mudawah
an-Nufus, dinukil dari Ma’alim fii Thoriq Thalab al-Ilmi)
No comments:
Post a Comment