Saya sebenarnya bingung harus memulai tulisan ini darimana mengingat betala gatalnya jemari ini untuk menuliskan semua unek-unek yang tetiba muncul begitu saja. Singkat cerita, sore tadi saya membaca postingan seorang member di KBM tentang poligami yang intinya bahwa si author yang seorang wanita itu sangat setuju dengan poligami dan tidak setuju ketika ada orang yang mengatakan bahwa istri kedua sebagai pelakor. Saya setuju dengan opini si penulis. Tapi yang membuat saya merasa miris adalah komentar-komentar yang bermunculan dengan nada negative yang nyelekit. Hampir 90% yang berkomentar adalah kaum hawa, dengan 80% komentar bernada negative, nyinyir, mengejek, sarkastis bahkan sangat-sangat berlebihan.
Jelas, saya sebagai seorang lelaki tentu merasa risih jika
harus ikut berkomentar, meskipun pada akhirnya saya ikut-ikutan berkomentar. Tapi
pada akhirnya saya memutuskan untuk menulis artikel ini. Mungkin timbul
pertanyaan, kenapa saya yang seorang bujangan ini mau membahas poligami. Lha iya,
seorang istri pun belum punya. Ditambah nggak etis seorang perjaka membahas
tentang poligami dan pelakor. Hmm, sebenarnya ada musabab dan faktornya.
Pertama, saya merasa tersinggung dengan semua nyinyiran
tentang poligami dan konotasi jelek terhadap istri kedua tersebab saya lahir
dari Rahim istri kedua bapak saya. Seakan-akan, semua nyinyiran yang mereka
lontarkan adalah nyinyiran yang ditujukan kepada ibu saya. Saya tidak rela jika
ada orang yang mengatakan bahwa ibu saya seorang pelakor. Saya akan membela ibu
saya. Hm, terkesan lebay. Silakan membully saya. Bebas kok. Hehe
Kedua, saya tersinggung ketika para wanita yang pendek akal
itu menganggap bahwa semua pelaku poligami itu bertindak atas nafsu syahwat. Pun
saya tidak sepakat dan sakit hati ketika mereka mengatakan istri kedua sebagai
perebut suami istri orang.
Sebagai penjelas dari semua ini, izinkan saya mengisahkan
secuil episode kehidupan rumah tangga bapak saya. Bapak saya menikahi ibu saya
sebagai istri kedua bukan hanya karena keinginannya belaka. Tapi juga atas
saran istri pertamanya. Dan terjadilah pernikahan yang berbahagia itu.
Alhamdulillah, bapak saya seorang suami yang adil. Sepanjang
kehidupan rumah tangganya, tak pernah ada kendala apa pun. Pertengkaran kecil
pernah terjadi, tapi semua bisa diatasi. Saya menganggap istri pertama bapak
saya sebagai ibu saya. Tak jauh berbeda dengan ibu kandung saya sendiri. Pun ‘emak
euceu’ (panggilan saya untuk istri pertama bapak) seperti mengangagap saya
sebagai anaknya sendiri. Pun terhadap saudara sebapak. Saya menganggap mereka
tak ubahnya seperti saudara kandung.
Saya bebas menginap di rumah siapa pun dan makan di rumah
yang mana pun. Jika di rumah saya nasi belum ditanak sementara perut saya sudah
keroncongan, saya akan berlari ke rumah istri kedua bapak dan makan disana
bersama saudara-saudara sebapak. Saya merasakan keindahan. Maka wajar jika jiwa
saya terusik jika kalian kaum hawa berpikiran pendek berpikir bahwa ibu saya
sama seperti para pelakor. Jangan berani menggenalisir bahwa semua pelaku
poligami itu dzalim dan si istri pertama pihak yang terdzalimi.
Ketiga, ketika mereka menolak poligami, itu sama saja mereka
menantang Allah Subhanahu Wata'ala karena sudah jelas bahwa Allah Subhanahu
Wata'ala dan Rasulullah Sholallahu Alaihi Wasallam menghalalkan poligami. Silakan
cari sendiri ayat dan hadits tentang halalnya poligami. Dan silakan cari
penjelasan ulama tentang hal ini. Bukan mencari penjelasan dari otak dan hawa
nafsu sendiri yang didorong oleh perasaan sendiri. Sungguh naïf!!
Jika kamu menganggap poligami itu tidak adil secara mutlak
terhadap perasaan wanita, akankah kalian menganggap para istri Rasulullah Sholallahu
Alaihi Wasallam sebagai pelakor? Tidak mungkin. Akankah kalian juga menganggap
para sahabat Rasulullah Sholallahu Alaihi Wasallam, para tabiin dan para ulama
yang berpoligami sebagai orang-orang bajingan? Tidak mungkin.
Mungkinkan ummat Muhammad Sholallahu Alaihi Wasallam yang
melakukan poligami ada yang bersikap adil? Sangat mungkin. Karena orang jahat
dan orang baik itu selalu ada. Termasuk dalam urusan poligami.
Jika kamu menganggap bahwa poligami itu merugikan wanita, maka
secara tidak langsung kamu mengatakan bahwa Allah Subhanahu Wata'ala bertindak
tidak adil terhadap kaum hawa. Padahal jelas-jelas Allah Subhanahu Wata'ala telah
mengangkat harkat dan martabat kaum wanita di dalam islam. Islam telah
memuliakan wanita dengan mahar dan kewajiban nafkah. Allah memuliakan wanita
dengan hak menggugat cerai. Bahkan jika kamu memang tidak setuju suami kamu
menikah lagi, kamu bisa menjadikannya sebagai syarat sebelum kamu menikah
dengan lelaki tersebut sebagai suami. Jika suami itu menikah lagi, berarti dia
telah melanggar janjinya, dan kamu berhak menggugat. Hanya saja pliss, jangan
berani-beraninya melawan Allah dengan mengatakan ‘poligami tidak adil,
menjijikan, dan tradisi penikmat syahwat. Naudzubillah. Takutlah kalian kepada
Allah Subhanahu Wata'ala.
Jika anda tidak suka dengan para oknum pelaku poligami yang
tidak bertanggungjawab dan dzalim, jangan tuding poligaminya. Tapi tuding
orangnya. Jangan tuding semua pelaku poligami dengan telunjuk penghakiman yang
sama. Itu sama saja anda melihat ada
orang betawi yang jelek akhlaknya, kemudian kamu tuding semua orang betawi itu
goblok. Sangat tidak adil.
Saya mengerti perasaan para wanita, atau saya mencoba untuk
mengerti perasaan mereka. Saya mengerti bahwa mereka juga melihat para lelaki
tak bertanggung jawab menjadikan poligami sebagai kesenangan syahwat mereka
semata. Banyak korban para pihak dzalim diluaran sana. Si istri pertama dan
anak mereka terlunta-lunta sementara dia asyik mansyuk dengan istri kedua. Saya
ikut marah dan menangis ketika mendengar kasus-kasus ini terjadi. Tapi itu
semua bukan alasan kita menggenalisir kemudian nyinyir terhadap pelaku poligami
dan poligami itu sendiri.
Allah Maha adil. Dia akan menghukum orang dzalim dengan
hukuman yang berat dan setimpal. Bahkan di dalam ayat al-Quran sendiri Allah
menyebut bahwa ketika si lelaki tidak bisa berbuat adil, maka satu istri itu
sudah cukup. Bahkan di hadits disebutkan kelak hari kiamat seorang lelaki yang
tidak adil terhadap para istrinya akan datang dengan tubuh yang berat sebelah
dan tidak seimbang.
Ada banyak sebab kenapa seseorang bisa poligami. Mungkin saja
dia menikah kembali karena istri pertamanya mandul dan tidak bisa memberinya
anak. Mungkin dia poligami karena istri pertamanya sudah tua, menopause
sementara dia masih berharap anak dan keturunan. Mungkin dia poligami karena
istri pertamanya tidak bisa memenuhi kewajibannya sebagai istri. Mungin dia
poligami karena bla…bla…bla… banyak faktor yang bahkan mungkin tidak pernah
terpikirkan.
Saya sendiri bukan seorang aktifis pendukung poligami. Hehe.
Saya juga tidak berniat untuk melakukan poligami. Hanya saja saya hanya ingin
meluruskan apa yang selama ini saya anggap salah.
Maka benarlah apa yang Rasulullah Sholallahu Alaihi Wasallam
sabdakan, bahwa kebanyakan penghuni neraka itu wanita. Karena mereka tidak bisa
menjaga lidah mereka. Oleh karena itu, jaga lidah kita. Saya melihat, betapa
mengerikannya komentar-komentar kalian. Sehingga muncul caci maki dan kutukan. Naudzubillah.


No comments:
Post a Comment