16 Mar 2020

Ketika Poligami Digugat

Ketika Poligami Dibully, Akankah Mereka Menyebut Para Istri Nabi Sebagai Pelakor?

Saya sebenarnya bingung harus memulai tulisan ini darimana mengingat betala gatalnya jemari ini untuk menuliskan semua unek-unek yang tetiba muncul begitu saja. Singkat cerita, sore tadi saya membaca postingan seorang member di KBM tentang poligami yang intinya bahwa si author yang seorang wanita itu sangat setuju dengan poligami dan tidak setuju ketika ada orang yang mengatakan bahwa istri kedua sebagai pelakor. Saya setuju dengan opini si penulis. Tapi yang membuat saya merasa miris adalah komentar-komentar yang bermunculan dengan nada negative yang nyelekit. Hampir 90% yang berkomentar adalah kaum hawa, dengan 80% komentar bernada negative, nyinyir, mengejek, sarkastis bahkan sangat-sangat berlebihan.
Jelas, saya sebagai seorang lelaki tentu merasa risih jika harus ikut berkomentar, meskipun pada akhirnya saya ikut-ikutan berkomentar. Tapi pada akhirnya saya memutuskan untuk menulis artikel ini. Mungkin timbul pertanyaan, kenapa saya yang seorang bujangan ini mau membahas poligami. Lha iya, seorang istri pun belum punya. Ditambah nggak etis seorang perjaka membahas tentang poligami dan pelakor. Hmm, sebenarnya ada musabab dan faktornya.
Pertama, saya merasa tersinggung dengan semua nyinyiran tentang poligami dan konotasi jelek terhadap istri kedua tersebab saya lahir dari Rahim istri kedua bapak saya. Seakan-akan, semua nyinyiran yang mereka lontarkan adalah nyinyiran yang ditujukan kepada ibu saya. Saya tidak rela jika ada orang yang mengatakan bahwa ibu saya seorang pelakor. Saya akan membela ibu saya. Hm, terkesan lebay. Silakan membully saya. Bebas kok. Hehe
Kedua, saya tersinggung ketika para wanita yang pendek akal itu menganggap bahwa semua pelaku poligami itu bertindak atas nafsu syahwat. Pun saya tidak sepakat dan sakit hati ketika mereka mengatakan istri kedua sebagai perebut suami istri orang.
Sebagai penjelas dari semua ini, izinkan saya mengisahkan secuil episode kehidupan rumah tangga bapak saya. Bapak saya menikahi ibu saya sebagai istri kedua bukan hanya karena keinginannya belaka. Tapi juga atas saran istri pertamanya. Dan terjadilah pernikahan yang berbahagia itu.
Alhamdulillah, bapak saya seorang suami yang adil. Sepanjang kehidupan rumah tangganya, tak pernah ada kendala apa pun. Pertengkaran kecil pernah terjadi, tapi semua bisa diatasi. Saya menganggap istri pertama bapak saya sebagai ibu saya. Tak jauh berbeda dengan ibu kandung saya sendiri. Pun ‘emak euceu’ (panggilan saya untuk istri pertama bapak) seperti mengangagap saya sebagai anaknya sendiri. Pun terhadap saudara sebapak. Saya menganggap mereka tak ubahnya seperti saudara kandung.
Saya bebas menginap di rumah siapa pun dan makan di rumah yang mana pun. Jika di rumah saya nasi belum ditanak sementara perut saya sudah keroncongan, saya akan berlari ke rumah istri kedua bapak dan makan disana bersama saudara-saudara sebapak. Saya merasakan keindahan. Maka wajar jika jiwa saya terusik jika kalian kaum hawa berpikiran pendek berpikir bahwa ibu saya sama seperti para pelakor. Jangan berani menggenalisir bahwa semua pelaku poligami itu dzalim dan si istri pertama pihak yang terdzalimi.
Ketiga, ketika mereka menolak poligami, itu sama saja mereka menantang Allah Subhanahu Wata'ala karena sudah jelas bahwa Allah Subhanahu Wata'ala dan Rasulullah Sholallahu Alaihi Wasallam menghalalkan poligami. Silakan cari sendiri ayat dan hadits tentang halalnya poligami. Dan silakan cari penjelasan ulama tentang hal ini. Bukan mencari penjelasan dari otak dan hawa nafsu sendiri yang didorong oleh perasaan sendiri. Sungguh naïf!!
Jika kamu menganggap poligami itu tidak adil secara mutlak terhadap perasaan wanita, akankah kalian menganggap para istri Rasulullah Sholallahu Alaihi Wasallam sebagai pelakor? Tidak mungkin. Akankah kalian juga menganggap para sahabat Rasulullah Sholallahu Alaihi Wasallam, para tabiin dan para ulama yang berpoligami sebagai orang-orang bajingan? Tidak mungkin.
Mungkinkan ummat Muhammad Sholallahu Alaihi Wasallam yang melakukan poligami ada yang bersikap adil? Sangat mungkin. Karena orang jahat dan orang baik itu selalu ada. Termasuk dalam urusan poligami.
Jika kamu menganggap bahwa poligami itu merugikan wanita, maka secara tidak langsung kamu mengatakan bahwa Allah Subhanahu Wata'ala bertindak tidak adil terhadap kaum hawa. Padahal jelas-jelas Allah Subhanahu Wata'ala telah mengangkat harkat dan martabat kaum wanita di dalam islam. Islam telah memuliakan wanita dengan mahar dan kewajiban nafkah. Allah memuliakan wanita dengan hak menggugat cerai. Bahkan jika kamu memang tidak setuju suami kamu menikah lagi, kamu bisa menjadikannya sebagai syarat sebelum kamu menikah dengan lelaki tersebut sebagai suami. Jika suami itu menikah lagi, berarti dia telah melanggar janjinya, dan kamu berhak menggugat. Hanya saja pliss, jangan berani-beraninya melawan Allah dengan mengatakan ‘poligami tidak adil, menjijikan, dan tradisi penikmat syahwat. Naudzubillah. Takutlah kalian kepada Allah Subhanahu Wata'ala.
Jika anda tidak suka dengan para oknum pelaku poligami yang tidak bertanggungjawab dan dzalim, jangan tuding poligaminya. Tapi tuding orangnya. Jangan tuding semua pelaku poligami dengan telunjuk penghakiman yang sama.  Itu sama saja anda melihat ada orang betawi yang jelek akhlaknya, kemudian kamu tuding semua orang betawi itu goblok. Sangat tidak adil.
Saya mengerti perasaan para wanita, atau saya mencoba untuk mengerti perasaan mereka. Saya mengerti bahwa mereka juga melihat para lelaki tak bertanggung jawab menjadikan poligami sebagai kesenangan syahwat mereka semata. Banyak korban para pihak dzalim diluaran sana. Si istri pertama dan anak mereka terlunta-lunta sementara dia asyik mansyuk dengan istri kedua. Saya ikut marah dan menangis ketika mendengar kasus-kasus ini terjadi. Tapi itu semua bukan alasan kita menggenalisir kemudian nyinyir terhadap pelaku poligami dan poligami itu sendiri.
Allah Maha adil. Dia akan menghukum orang dzalim dengan hukuman yang berat dan setimpal. Bahkan di dalam ayat al-Quran sendiri Allah menyebut bahwa ketika si lelaki tidak bisa berbuat adil, maka satu istri itu sudah cukup. Bahkan di hadits disebutkan kelak hari kiamat seorang lelaki yang tidak adil terhadap para istrinya akan datang dengan tubuh yang berat sebelah dan tidak seimbang.
Ada banyak sebab kenapa seseorang bisa poligami. Mungkin saja dia menikah kembali karena istri pertamanya mandul dan tidak bisa memberinya anak. Mungkin dia poligami karena istri pertamanya sudah tua, menopause sementara dia masih berharap anak dan keturunan. Mungkin dia poligami karena istri pertamanya tidak bisa memenuhi kewajibannya sebagai istri. Mungin dia poligami karena bla…bla…bla… banyak faktor yang bahkan mungkin tidak pernah terpikirkan.
Saya sendiri bukan seorang aktifis pendukung poligami. Hehe. Saya juga tidak berniat untuk melakukan poligami. Hanya saja saya hanya ingin meluruskan apa yang selama ini saya anggap salah.

Maka benarlah apa yang Rasulullah Sholallahu Alaihi Wasallam sabdakan, bahwa kebanyakan penghuni neraka itu wanita. Karena mereka tidak bisa menjaga lidah mereka. Oleh karena itu, jaga lidah kita. Saya melihat, betapa mengerikannya komentar-komentar kalian. Sehingga muncul caci maki dan kutukan. Naudzubillah.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment