Untuk Mamang M Haerudin dan orang-orang sejenis yang
terlihat ‘toleran’ tapi senyatanya memiliki konsep dan pola pikir yang
kebablasan.
Hari kemarin saya membaca postingan seorang warga NU yang
menasbihkan dirinya sebagai orang moderat di Komunitas Bisa Menulis (KBM). Ada
banyak hal yang ingin saya bantah sekaligus ingin saya luruskan dari tulisan
beliau. Oleh karena itu, tulisan ini saya buat.
Pertama, Saya sependapat dengan anda bahwa muslim itu tidak
dibatasi oleh nama ormas, partai atau mazhab. Karena islam adalah islam tanpa
perlu dikotak-kotak dengan nama lainnya. Saya juga sependapat dengan anda bahwa
tidak selayaknya seorang muslim atau sebuah ormas merasa paling hebat dan
paling benar dibanding dengan ormas-ormas islam lainnya yang berada dalam rel
al-Quran dan as-sunnah. Tapi senyatanya saya melihat bahwa teman-teman anda
sendiri yang justru terjerumus ke dalam taklid buta dan ashobiyah yang sangat
mengkhawatirkan. Bukankah kelompok anda yang selama ini mengenalkan konsep
islam nusantara yang bisa berpotensi memecah belah ummat? Karena yang saya tahu
tidak ada istilah Islam Amerika, Islam cina atau islam versi nasionalisme
lainnya. Selain itu, siapa yang selama ini gencar berkoar-koar untuk memusuhi
wahabi-salafi-HTI-IM dan saudara muslim yang tidak sejalan dengan pola pikir
anda dan teman-teman?
Saya bukan salafi atau wahabi, karena saya juga ingin jujur
mengatakan diantara mereka ada yang memiliki mental seperti orang-orang anda.
Merasa diri paling benar dan paling nyunnah, sampai-sampai orang yang diluar
kelompok mereka disebut sesat, meski hanya memiliki perbedaan dalam furuiyah. Hanya
saja saya sering ikut pengajian yang sama teman-teman anda dicap ‘wahabi.’ Oleh
karena itu tak masalah jika anda memanggil saya wahabi moderat meski saya tidak
pernah menggunakan embel-embel dalam keislaman saya. Saya muslim. Masa bodoh
dengan embel-embel tersebut.
Sebelum teman-teman anda mencap kami tidak toleran, coba
tengok diri sendiri, sudahkah selama ini bersikap toleran? Iya, toleransi
teman-temanmu kepada non-muslim sangat luar biasa, tapi terhadap sesama muslim
toleransinya entah kemana.
Kedua, ya, kita bukan Tuhan yang berhak mengkafirkan,
membid’ahkan atau menyesatkan. Tapi tuhan telah memberikan kita panduan yang
jelas. Tuhan telah memberi kita rambu-rambu sehingga kita bisa memilah dan
memilih mana yang benar dan yang salah, mana yang hak dan batil, mana yang
shahih dan mana yang fasad. Termasuk dalam urusan tentang sesatnya Ahmadiyah,
Syiah dan aliran sesat lainnya, semua tak lepas dari tuntunan Allah Subhanahu
Wata'ala di dalam quran dan sunnah. Bahkan label kafir kepada ahlul kitab dan
musyrikin pun dimention di dalam al-Quran. Jika kita mengaku umat islam yang
taat pada aturan-Nya, sudah pasti dan sudah seharusnya kita mengikuti apa yang
telah Allah Subhanahu Wata'ala tuntunkan. Bukankah di surat pertama
(al-Fatihah) kita selalu meminta supaya ditunjukan ke jalan shirotol mustaqim
dan berlindung dari jalan sesat (al-Maghdub dan adh-Dholin).
Ketiga, sesat menyesatkan dan kafir mengkafirkan bukan
berarti kami-kami yang dicap ‘wahabi’ ini tidak bisa berteman atau berinteraksi
dengan mereka. Saya punya banyak teman ‘kafir’ dan syiah. Dan saya juga biasa
berdiskusi dengan mereka. Untuk kasus sesat atau tidak sesatnya syiah, insha
Allah akan saya bahas di artikel terpisah mengingat panjangnya pembahasan.
Keempat, saya sependapat dengan anda bahwa tidak selayaknya
Ahmadiyah, Syiah atau aliran-aliran lainnya dipersekusi atau dikucilkan. Tapi
tahukah anda bahwa mereka sendiri yang mengucilkan diri mereka dari komunitas
muslim. Contohnya adalah Ahmadiyah. Mereka tidak mau berbaur dengan sesama umat
islam dan bahkan melarang anak-anaknya menikah dengan orang di luar komunitas
mereka. Ini artinya, mereka yang eksklusif dan tidak mau berbaur dengan ummat.
Saya juga sependapat dengan anda bahwa tidak seharusnya kita bersikap barbar
dengan menghancurkan atau membumi hanguskan rumah mereka. Saya sendiri
menyayangkan hal itu terjadi.
Kelima, anda bilang bahwa ada dai’ daiyah yang
menjelek-jelekan agama lain? Siapa? Karena yang saya tahu, para mualaf yang
jadi da’I tidak pernah menjelek-jelekan keyakinan mereka yang dahulu. Tapi
mereka mengadakan kajian perbandingan agama yang menegaskan bahwa islam lah
agama yang paling benar. Dan memang itu juga sudah dimention di dalam al-Quran.
Plus perbandingan ayat suci antara al-Quran dengan kitab-kitab lainnya. Kajian
perbandingan agama dan kristologi tidak boleh dikatakan menjelek-jelekan dan
mengolok-olok. Jika itu terjadi, bisa jadi dalam pandangan anda Rasulullah
Sholallahu Alaihi Wasallam juga dianggap salah karena mengoreksi agama
masyarakatnya. Sungguh sangat bahaya pemikiran anda itu.
Keenam, siapa yang akan merusak NKRI dengan khilafah? Saya
tanya kepada anda, adakah orang-orang yang selama ini menggaungkan khilafah
hendak merongrong NKRI dengan sistem baru? Mereka hanya menyadarkan umat islam
bahwa kelak akan muncul khilafah ala minhajin nubuwah. Adakah orang-orang khilafah
yang kena kasus korupsi dan bom bunuh diri? Tidak pernah ada! Saya punya banyak
teman-teman HTI. Masya Allah, ghiroh dan cinta mereka kepada NKRI sangat luar
biasa. Saya berlangganan media mereka seperti tabloid ‘MEDIA UMAT’ dan majalah
‘al-Wa’ie’ beberapa tahun yang lalu. Apa yang saya dapatkan dari dua media
tersebut? Tulisan-tulisan mereka sangat nasionalisme. Mereka khawatir ketika
Sumber daya alam di papua dikuras oleh asing. Mereka khawatir ketika
perpolitikan Indonesia dicampuri kepentingan asing. Mereka tak ingin
paham-paham sesat semacam gerakan LGBT dan komunis berkembang dan menghancurkan
nilai-nilai luhur ketimuran dan nilai Pancasila. Mereka lebih nasionalis dibanding kita.
Semoga Allah menunjukan kepada kita semua bahwa yang benar
itu benar, dan yang salah itu salah.
Wallaahu a'lam
Husni Mubarok
Bogor, 13 Maret 2020, 10.12 WIB

No comments:
Post a Comment