7 Feb 2020

Hidup Adalah Perjalanan Panjang

Hidup kita adalah perjalanan panjang yang harus kita tempuh dengan sepenuh hati dan dengan kelapangan dada. Perjalanan kita adalah perjalanan yang tanpa batas karena kita tidak tahu kapan perjalanan kita akan berakhir, tapi kita tahu bahwa suatu saat perjalanan ini akan memiliki ujung. Kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput, tapi kita tahu dan yakin bahwa suatu saat sang malaikat maut akan menyambangi kita dan saat itu kontrak hidup kita telah berakhir. 

Hidup kita adalah perjalanan panjang. Sebagaimana perjalanan, kita akan menemukan banyak kepedihan, sebagaimana Rasulullah Sholallahu Alaihi Wasallam bersabda,  “Perjalanan panjang adalah potongan dari azab"[HR. Bukhori dan Muslim].

Maka jangan kaget ketika di tengah perjalanan kita akan menemukan banyak cobaan, musibah, rintangan, hilang arah, lelah, bingung dan semacamnya. Alih-alih mengeluh dan tenggelam dalam kebingungan karena hilang arah, cobalah untuk berhenti sejenak. Berhenti untuk rehat dan beristirahat sembari menguatkan diri. Setelah itu melanjutkan kembali perjalanan kita yang tertunda. Terkadang, hidup kita membutuhkan jeda untuk berpikir, merenung dan bersyukur atas apa yang telah kita tempuh selama ini.

Jangan lupa untuk memperbanyak dzikir, sholat, berdoa, membaca al-Quran dan ketaatan lainnya. Karena lewat aktifitas ubudiyah inilah kita akan menemukan sumber kekuatan, ketenangan dan energy baru yang tidak akan pernah kita temukan di tempat manapun. Karena disinilah kita, di dalam arena panggung drama Sang Sutradara kehidupan kita.

Jangan pernah merasa khawatir dengan semua celoteh sumbang orang-orang yang hanya membuatmu semakin terpuruk dan lemah. Ingatkan diri, bahwa kita hidup di dunia bukan di surga, maka jangan harap ada kebahagiaan murni dan abadi. Sebaliknya dunia ini juga bukan neraka, maka tidak mungkin ada kesedihan dan kesengsaraan yg murni dan abadi.

Kebahagiaan dan kesedihan akan datang silih berganti, maka jangan sampai goyah dalam langkah perjalanan panjangmu menuju Jannah-Nya

Semoga Allah memberikan taufiq-Nya kepada kita semua Aamiin

===

Lebih Mudah Mana?

Mana yang lebih mudah, berusaha menyingkirkan semua kerikil tajam dari jalanan, atau memakai sepatu agar kaki kita tidak terluka tersebab kerikil itu? Tentu saja hanya orang yang mawas diri yang lebih memilih memakai sepatu alih-alih menyingkirkan semua kerikil. Karena hal itu mustahil. Dan tentu saja melelahkan. Begitupun kita, hendaknya kita memproteksi hati dan jiwa kita dengan bungkus yang tebal sehingga kerikil-kerikil dalam kehidupan tidak melukai kita.

Mana yang lebih mungkin, berusaha mensterilkan semua tempat sehingga taka da lagi kuman yang tersisa, atau memperkuat daya tahan/imunitas tubuh kita sehingga tidak mudah diserang kuman? Tentu saja imunitas yang harus diperkuat. Seberapa banyak kuman yang ada, tidak akan mampu melawan tubuh kita selama imunitas tubuhnya kuat. Begitu pun kita, kita harus memperkuat imunitas jiwa dengan iman, tawakal dan kesabaran. Sehingga kuman-kuman kehidupan yang berwujud syahwat dan hasrat nafsu yang menjerumuskan ke dalam kelemahan iman tidak lagi mengganggu kita.

Lebih mudah mana, berusaha mencegah setiap mulut agar tidak bicara sembarangan atau menjaga hati kita sendiri agar tidak mudah tersinggung? Ada ribuan mulut di belakang dan hadapan kita. Dan tidak setiap orang akan menyukai diri kita. Adalah sunnatullah bahwa selain mereka yang mencintai, akan ada orang yang membenci. Kita tidak bisa mencegah mulut-mulut itu berbisik, menghibah atau berbicara. Tapi kita bisa mencegah hati kita untuk lemah terhadap semua ocehan tersebut. Kita bisa mengontrol hati kita sendiri untuk sabar dan tidak mudah tersinggung.

Lebih penting mana, berusaha menguasai orang lain atau belajar menguasai diri sendiri? Kita tidak bisa menguasai orang banyak sebelum kita benar-benar mampu menguasai diri kita. Banyak yang harus kita kuasai dari diri kita. Ego, kelemahan tekad, rasa putus asa, dan semua yang membuat kita terlihat lemah bukan hanya dalam mata kita sendiri, tapi juga di dalam mata orang lain.

Yang penting bukan bagaimana orang harus baik pada kita, melainkan bagaimana kita berusaha baik pada orang lain. Dan ini bukan juga tentang bagaimana orang lain membuat kita bahagia, melainkan sikap kita sendiri yang menentukan apakah kita bisa bahagia atau tidak? Karena bahagia itu pilihan.
Setiap waktu yang telah kita habiskan dalam hidup ini tidak akan terulang kembali, namun satu hal yang masih tetap bisa kita lakukan adalah belajar. Belajar dari kesalahan. Belajar dari masa lalu. Belajar dari kesuksesan sehingga bisa meraih kesuksesan yang lebih besar. Belajar dari orang lain sehingga kita bisa meniru semua kebaikan mereka dan belajar dari pengalaman. Karena hidup adalah proses dan belajar membutuhkan proses yang berkesinambungan. Inilah hakikat umur dan keberkahan.

Jika kita terjatuh, maka kita memiliki kesempatan untuk berdiri. Jika kalah, kita punya kesempatan untuk mencoba lagi. Ketika kita gagal, kita memiliki kesempatan untuk bangkit kembali. Kuncinya, jangan pernah menyerah.
 
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment