Hidup kita adalah perjalanan panjang yang harus kita tempuh
dengan sepenuh hati dan dengan kelapangan dada. Perjalanan kita adalah
perjalanan yang tanpa batas karena kita tidak tahu kapan perjalanan kita akan berakhir,
tapi kita tahu bahwa suatu saat perjalanan ini akan memiliki ujung. Kita tidak
tahu kapan ajal akan menjemput, tapi kita tahu dan yakin bahwa suatu saat sang
malaikat maut akan menyambangi kita dan saat itu kontrak hidup kita telah
berakhir.
Hidup kita adalah perjalanan panjang. Sebagaimana perjalanan,
kita akan menemukan banyak kepedihan, sebagaimana Rasulullah Sholallahu Alaihi
Wasallam bersabda, “Perjalanan panjang
adalah potongan dari azab"[HR. Bukhori dan Muslim].
Maka jangan kaget ketika di tengah perjalanan kita akan
menemukan banyak cobaan, musibah, rintangan, hilang arah, lelah, bingung dan
semacamnya. Alih-alih mengeluh dan tenggelam dalam kebingungan karena hilang
arah, cobalah untuk berhenti sejenak. Berhenti untuk rehat dan beristirahat
sembari menguatkan diri. Setelah itu melanjutkan kembali perjalanan kita yang
tertunda. Terkadang, hidup kita membutuhkan jeda untuk berpikir, merenung dan
bersyukur atas apa yang telah kita tempuh selama ini.
Jangan lupa untuk memperbanyak dzikir, sholat, berdoa,
membaca al-Quran dan ketaatan lainnya. Karena lewat aktifitas ubudiyah inilah
kita akan menemukan sumber kekuatan, ketenangan dan energy baru yang tidak akan
pernah kita temukan di tempat manapun. Karena disinilah kita, di dalam arena
panggung drama Sang Sutradara kehidupan kita.
Jangan pernah merasa khawatir dengan semua celoteh sumbang
orang-orang yang hanya membuatmu semakin terpuruk dan lemah. Ingatkan diri, bahwa
kita hidup di dunia bukan di surga, maka jangan harap ada kebahagiaan murni dan
abadi. Sebaliknya dunia ini juga bukan neraka, maka tidak mungkin ada kesedihan
dan kesengsaraan yg murni dan abadi.
Kebahagiaan dan kesedihan akan datang silih berganti, maka
jangan sampai goyah dalam langkah perjalanan panjangmu menuju Jannah-Nya
Semoga Allah memberikan taufiq-Nya kepada kita semua Aamiin
===
===
Lebih Mudah Mana?
Mana yang lebih mudah, berusaha menyingkirkan semua kerikil
tajam dari jalanan, atau memakai sepatu agar kaki kita tidak terluka tersebab
kerikil itu? Tentu saja hanya orang yang mawas diri yang lebih memilih memakai
sepatu alih-alih menyingkirkan semua kerikil. Karena hal itu mustahil. Dan tentu
saja melelahkan. Begitupun kita, hendaknya kita memproteksi hati dan jiwa kita
dengan bungkus yang tebal sehingga kerikil-kerikil dalam kehidupan tidak
melukai kita.
Mana yang lebih mungkin, berusaha mensterilkan semua tempat
sehingga taka da lagi kuman yang tersisa, atau memperkuat daya tahan/imunitas
tubuh kita sehingga tidak mudah diserang kuman? Tentu saja imunitas yang harus
diperkuat. Seberapa banyak kuman yang ada, tidak akan mampu melawan tubuh kita
selama imunitas tubuhnya kuat. Begitu pun kita, kita harus memperkuat imunitas
jiwa dengan iman, tawakal dan kesabaran. Sehingga kuman-kuman kehidupan yang
berwujud syahwat dan hasrat nafsu yang menjerumuskan ke dalam kelemahan iman
tidak lagi mengganggu kita.
Lebih mudah mana, berusaha mencegah setiap mulut agar tidak
bicara sembarangan atau menjaga hati kita sendiri agar tidak mudah tersinggung?
Ada ribuan mulut di belakang dan hadapan kita. Dan tidak setiap orang akan
menyukai diri kita. Adalah sunnatullah bahwa selain mereka yang mencintai, akan
ada orang yang membenci. Kita tidak bisa mencegah mulut-mulut itu berbisik,
menghibah atau berbicara. Tapi kita bisa mencegah hati kita untuk lemah terhadap
semua ocehan tersebut. Kita bisa mengontrol hati kita sendiri untuk sabar dan
tidak mudah tersinggung.
Lebih penting mana, berusaha menguasai orang lain atau
belajar menguasai diri sendiri? Kita tidak bisa menguasai orang banyak sebelum
kita benar-benar mampu menguasai diri kita. Banyak yang harus kita kuasai dari
diri kita. Ego, kelemahan tekad, rasa putus asa, dan semua yang membuat kita
terlihat lemah bukan hanya dalam mata kita sendiri, tapi juga di dalam mata
orang lain.
Yang penting bukan bagaimana orang harus baik pada kita,
melainkan bagaimana kita berusaha baik pada orang lain. Dan ini bukan juga
tentang bagaimana orang lain membuat kita bahagia, melainkan sikap kita sendiri
yang menentukan apakah kita bisa bahagia atau tidak? Karena bahagia itu
pilihan.
Setiap waktu yang telah kita habiskan dalam hidup ini tidak
akan terulang kembali, namun satu hal yang masih tetap bisa kita lakukan adalah
belajar. Belajar dari kesalahan. Belajar dari masa lalu. Belajar dari
kesuksesan sehingga bisa meraih kesuksesan yang lebih besar. Belajar dari orang
lain sehingga kita bisa meniru semua kebaikan mereka dan belajar dari
pengalaman. Karena hidup adalah proses dan belajar membutuhkan proses yang
berkesinambungan. Inilah hakikat umur dan keberkahan.
Jika kita terjatuh, maka kita memiliki kesempatan untuk
berdiri. Jika kalah, kita punya kesempatan untuk mencoba lagi. Ketika kita
gagal, kita memiliki kesempatan untuk bangkit kembali. Kuncinya, jangan pernah
menyerah.
No comments:
Post a Comment