8 Feb 2020

Bedakan Antara Plagiarisme dengan Kesamaan Ide

Menjadi penulis itu memang seksi dan keren. Tapi ketika memutuskan untuk menjadi seorang plagiater demi mendapatkan popularitas dan kesuksesan yang sama dari penulis sebelumnya, maka sama saja bunuh diri dalam dunia literasi.

Saya masih ingat dengan demam AAC. Setelah Ayat-ayat cinta mendapatkan kesuksesan besar, bermunculan novel dengan judul dan alur yang mirip-mirip ayat-ayat cinta. Tapi hasilnya tak sesukses AAC. Selama-lamanya follower tak akan bisa mengalahkan leader. 

Tapi terlepas dari semua itu, kita patut mengapresiasi semangat dunia literasi yang dari hari kehari menunjukan eksistensi dan perkembangannya yang begitu signifikan. Yah, seiring berjalannya waktu, para penulis baru bermunculan ke permukaan, di saat yang sama para plagiator tak akan pernah mati seiring zaman.

Ngobrolin tentang plagiarisme, saya sendiri pernah dituduh plagiat hanya karena adanya adegan dan ide yang mirip di cerita yang saya tulis dengan novel yang pernah terbit. Padahal, jika mau jujur, saya bukan seorang plagiarisme. Ide boleh sama, tapi penggarapan cerita tentu berbeda. Setiap orang punya isi kepala masing-masing yang mustahil bisa sama. Seenggaknya, jurus untuk membedakan sebuah karya sebagai plagiarisme atau bukan adalah dengan membaca keseluruhan cerita, bukan hanya mencukupkan diri membaca satu part langsung maen tuduh plagiarisme. Kan nggak etis dan nggak fair.

Cerbung saya di KBM yang berjudul ‘Tetanggaku Memang Aneh’ (Insya Allah akan menerbitkan versi cetaknya dengan judul ‘Neighbor Secret) pernah dituduh plagiat dari novel terjemahan Walbanger karya Alice oleh seseorang pembaca di part pertama. Well, memang saya akui saya sedikit terinspirasi dari novel karya Alice Clayton tersebut. Harusnya, dia membaca keseluruhan cerita hingga cerita itu selesai, sehingga dia bisa memutuskan apakah karya saya plagiat atau bukan. Saya berani mengatakan karya saya orisinil dan tak ada unsur plagiatnya sama sekali hanya karena ada scene dinding kamar yang tipis. Halo, masa iya tipe dinding kamar dan benturan di dinding aja bisa dikatakan plagiat. Yang benar saja. :D

Tapi terlepas dari semua itu saya sangat mengapresiasi sikap kritis member KBM. Tanpa sikap kritis, para penulis amatir semacam saya tidak akan bisa berkembang. Jadi, KBM boleh dibilang sebagai kawah candradimuka para penulis pemula yang ingin mengasah ketrampilan menulisnya disini. Bahkan, saya pikir saya tidak perlu menyewa seorang editor untuk naskah saya. Saya tinggal memposting part demi part, maka para pembaca akan berkomentar tentang tanda baca dan kalimat yang salah dan ambigu. Enak kan. Editornya rame-rame. So, thank you so much buat para member yang telah membaca karya saya. 

Lebih dari itu, tulisan ini juga sebagai warning buat wajah-wajah plagiat untuk berhati-hati dalam menulis. Jangan sampai kau berpikir curang untuk plagiat karya orang dan mempublishnya di KBM. Jika itu yang kamu lakukan, siap-siap saja diserang. ‘Hei, perasaan aku pernah baca tulisan ini?’ Perasaan ini ceritanya si anu deh, tapi kok..’

Well, member KMB itu macem-macem dan banyak jumlahnya. Dari 460 ribu member itu, ada yang masa bodoh dengan kualitas tulisan, ada yang memperhatikan bagus dan jeleknya tulisan, ada yang silent reader, ada yang rempong, ada yang cerewet dan horor, sampe nodong penulis buat nulis part selanjutnya dan macem-macem karakternya. Termasuk ada tipe member yang tingkat kritisnya melebihi admin KPU yang nggak becus input data. So, buat kamu yang jadi penulis plagiat, jangan berani memposting tulisan hasil plagiat . kecuali jika kamu tak tahu malu.
Jika kau tak tahu malu, maka berbuatlah semaumu. (al-hadits)

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment