Menjadi penulis itu memang seksi dan keren. Tapi ketika memutuskan
untuk menjadi seorang plagiater demi mendapatkan popularitas dan kesuksesan
yang sama dari penulis sebelumnya, maka sama saja bunuh diri dalam dunia
literasi.
Saya masih ingat dengan demam AAC. Setelah Ayat-ayat cinta
mendapatkan kesuksesan besar, bermunculan novel dengan judul dan alur yang
mirip-mirip ayat-ayat cinta. Tapi hasilnya tak sesukses AAC. Selama-lamanya
follower tak akan bisa mengalahkan leader.
Tapi terlepas dari semua itu, kita patut mengapresiasi semangat
dunia literasi yang dari hari kehari menunjukan eksistensi dan perkembangannya
yang begitu signifikan. Yah, seiring berjalannya waktu, para penulis baru
bermunculan ke permukaan, di saat yang sama para plagiator tak akan pernah mati
seiring zaman.
Ngobrolin tentang plagiarisme, saya sendiri pernah dituduh plagiat
hanya karena adanya adegan dan ide yang mirip di cerita yang saya tulis dengan
novel yang pernah terbit. Padahal, jika mau jujur, saya bukan seorang
plagiarisme. Ide boleh sama, tapi penggarapan cerita tentu berbeda. Setiap
orang punya isi kepala masing-masing yang mustahil bisa sama. Seenggaknya,
jurus untuk membedakan sebuah karya sebagai plagiarisme atau bukan adalah
dengan membaca keseluruhan cerita, bukan hanya mencukupkan diri membaca satu
part langsung maen tuduh plagiarisme. Kan nggak etis dan nggak fair.
Cerbung saya di KBM yang berjudul ‘Tetanggaku Memang Aneh’ (Insya
Allah akan menerbitkan versi cetaknya dengan judul ‘Neighbor Secret) pernah
dituduh plagiat dari novel terjemahan Walbanger karya Alice oleh seseorang
pembaca di part pertama. Well, memang saya akui saya sedikit terinspirasi dari
novel karya Alice Clayton tersebut. Harusnya, dia membaca keseluruhan cerita
hingga cerita itu selesai, sehingga dia bisa memutuskan apakah karya saya
plagiat atau bukan. Saya berani mengatakan karya saya orisinil dan tak ada
unsur plagiatnya sama sekali hanya karena ada scene dinding kamar yang tipis.
Halo, masa iya tipe dinding kamar dan benturan di dinding aja bisa dikatakan
plagiat. Yang benar saja. :D
Tapi terlepas dari semua itu saya sangat mengapresiasi sikap kritis
member KBM. Tanpa sikap kritis, para penulis amatir semacam saya tidak akan
bisa berkembang. Jadi, KBM boleh dibilang sebagai kawah candradimuka para
penulis pemula yang ingin mengasah ketrampilan menulisnya disini. Bahkan, saya
pikir saya tidak perlu menyewa seorang editor untuk naskah saya. Saya tinggal
memposting part demi part, maka para pembaca akan berkomentar tentang tanda
baca dan kalimat yang salah dan ambigu. Enak kan. Editornya rame-rame. So,
thank you so much buat para member yang telah membaca karya saya.
Lebih dari itu, tulisan ini juga sebagai warning buat wajah-wajah
plagiat untuk berhati-hati dalam menulis. Jangan sampai kau berpikir curang
untuk plagiat karya orang dan mempublishnya di KBM. Jika itu yang kamu lakukan,
siap-siap saja diserang. ‘Hei, perasaan aku pernah baca tulisan ini?’ Perasaan
ini ceritanya si anu deh, tapi kok..’
Well, member KMB itu macem-macem dan banyak jumlahnya. Dari 460
ribu member itu, ada yang masa bodoh dengan kualitas tulisan, ada yang memperhatikan
bagus dan jeleknya tulisan, ada yang silent reader, ada yang rempong, ada yang
cerewet dan horor, sampe nodong penulis buat nulis part selanjutnya dan
macem-macem karakternya. Termasuk ada tipe member yang tingkat kritisnya
melebihi admin KPU yang nggak becus input data. So, buat kamu yang jadi penulis
plagiat, jangan berani memposting tulisan hasil plagiat . kecuali jika kamu tak
tahu malu.
Jika kau tak tahu malu, maka berbuatlah semaumu. (al-hadits)
No comments:
Post a Comment