22 Jan 2020

Rape And War; Bahkan Lelaki pun Menjadi Korban Pelecehan Seksual

Hal yang paling mencengangkan, bahwa korban pelecehan seksual pun tidak hanya dari kalangan gadis dan perempuan, tapi juga para lelaki, terutama lelaki muda. Diantara mereka disiksa dengan siksaan yang diluar batas kewajaran. 

diantara mereka ada Marwan al-Qarout, seorang pemuda yang pernah menjadi tahanan rezim Suriah
"Saya tidak melihat siapa yang menyiksa saya karena mereka menutup mata kami sebelum interogasi, tetapi saya mendengar petugas memanggil seseorang yang disebut Abo Somar untuk menyiksa saya," aku Marwan al Qarout (38) kepada Fox News tentang siapa orang yang telah melecehkannya.

“Dia memukul saya pada alat kelamin saya dan mengancam akan memotong kemaluan saya sehingga saya tidak bisa menghasilkan ‘regenerasi teroris.’ Setelah satu jam memukul saya, penyiksa lain datang. Kali ini lebih kejam dari yang pertama. Dia memasukan ujung senapan ke bawah pantatku. Sakitnya tak tertahankan.”

Qarout (nama samaran) adalah seorang aktivis yang mengatakan dia secara damai berdemonstrasi menentang kediktatoran Suriah yang dipimpin oleh Bashar al-Assad. Tak berapa lama setelah aksi demonstrasi damai,  dia ditangkap oleh cabang intelijen Angkatan Udara pada 23 April 2014 di kota kelahirannya di Homs. Dia menghabiskan lima bulan di balik jeruji besi - bulan yang ditandai dengan rasa takut dan jenis pelecehan yang terus-menerus dia alami dalam benaknya.

"Saya belum selamat," keluhnya, mengakui bahwa meskipun dia ingin para pelaku dimintai pertanggungjawaban dan dihukum oleh komunitas internasional, dia belum mencari bantuan professional. Hanya beberapa anggota keluarga dekat yang tahu tentang apa yang dia alami.
Lain lagi cerita yang datang dari Khalid Terkawi, jeritan sesama tahanan pria masih bergema di benaknya. Terkawi (34) yang kini berbasis di Istanbul mengisahkan tentang derita yang dia alami di penjara rezim suriah. Dia menyebutkan bahwa seringkali sipir menyodokan kayu ke pantat para tahanan sehingga mereka bisa mengakui apa yang tidak mereka lakukan. 

Sebuah laporan yang dirilis bulan ini oleh organisasi hak-hak Suriah, Pengacara dan Dokter untuk Hak Asasi Manusia mendokumentasikan 138 akun pelecehan tahanan pria, di mana lebih dari 40 persen kejadian rinci pelecehan seksual telah dilakukan oleh Rezim. Diantaranya adalah kasus ketelanjangan dan sterilisasi paksa hingga mutilasi alat kelamin dan pemerkosaan.

Tetapi masalah ini tidak hanya terbatas pada konflik suriah. 

Rezim Qaddafi dituduh melakukan pemerkosaan laki-laki sebagai alat perang selama revolusi 2011 di Libya. Video dan kesaksian yang dikumpulkan dalam beberapa tahun terakhir oleh kelompok advokasi yang berbasis di Tunisia melukiskan gambaran menyakitkan tentang pelecehan seksual. Diantara korban dipaksa untuk berhubungan sesama jenis di balik jeruji besi. Belum lagi pria yang disodomi oleh benda-benda seperti roket dan gagang sapu.

Pensiunan Angkatan Udara AS Letnan Kolonel Rudolph Atallah, sekarang chief executive officer dari White Mountain Research, dan mantan Kontra Terorisme Afrika di Kantor Sekretaris Pertahanan, juga mengenang kejadian pelecehan seksual pria sepanjang konflik di Bosnia dan Kongo timur.

Selain itu, sebuah laporan yang dirilis oleh Amnesty International awal bulan ini, menerangkan bahwa anak laki-laki berusia 8 telah diperkosa di kota Yaman, Ta'iz. Banyak dari para tersangka pelaku, menurut Amnesty, adalah anggota milisi yang bersekutu dengan Arab Saudi dan Koalisi pimpinan-UEA.Dua laporan medis yang dilihat oleh Amnesty menunjukkan tanda-tanda lesi anus pada dua orang yang selamat.

Dalam satu kasus, seorang anak laki-laki berusia 16 tahun teringat telah diperkosa pada bulan Desember 2018 oleh seorang anggota milisi yang berafiliasi dengan Islahi di Ta'iz, menggambarkan bagaimana ia dipukuli dengan senapan dan didorong ke tanah. Dia tidak bisa duduk atau pergi ke kamar mandi selama berhari-hari, kulitnya kering dan kuning, kondisi psikologisnya ditandai oleh ketakutan. 

Ibunya melaporkan kejadian itu ke Departemen Investigasi Kriminal Ta'iz yang mengeluarkan perintah untuk pemeriksaan medis forensik. Namun menurut penyelidikan, dokter juga berada di bawah kendali milisi dan menolak untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Lebih dari itu, rumah sakit menginginkan bayaran, sementara mereka tidak punya uang.

Awal bulan ini di tengah-tengah kemarahan warga, pemerintah Yaman diminta untuk membentuk sebuah komite untuk menyelidiki pembunuhan berdarah dingin atas Raafat Danbaa di kota pelabuhan Aden. Raafat diduga dibunuh sebagai pembalasan karena bersaksi atas kasus perkosaan yang dilakukan milisi yang dituduh memperkosa 7 orang di tengah konflik yang berkepanjangan.
Tuduhan pelecehan seksual juga menjangkiti pemberontak Houthi yang didukung Iran, yang terus mengendalikan kantong Yaman utara dan ibu kota Sana'a. Para psikolog yang merawat mantan tentara anak-anak yang dipaksa berperang demi Houthi mengatakan kepada Fox News tahun lalu bahwa setidaknya 50 hingga 60 persen anak laki-laki berusia 12 hingga 15 tahun telah mengalami beberapa bentuk pelecehan seksual atas perintah atasan mereka.

PBB mencatat bahwa kekerasan seksual terhadap laki-laki dalam konflik bersenjata adalah hal biasa, tetapi tidak ada statistik akurat yang tersedia. Perasaan malu akibat pelecehan seksual pria membuat seseorang tidak mau mengakui.

Sumber:



Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment