Hal yang
paling mencengangkan, bahwa korban pelecehan seksual pun tidak hanya dari
kalangan gadis dan perempuan, tapi juga para lelaki, terutama lelaki muda. Diantara
mereka disiksa dengan siksaan yang diluar batas kewajaran.
diantara
mereka ada Marwan al-Qarout, seorang pemuda yang pernah menjadi tahanan rezim
Suriah
"Saya
tidak melihat siapa yang menyiksa saya karena mereka menutup mata kami sebelum
interogasi, tetapi saya mendengar petugas memanggil seseorang yang disebut Abo
Somar untuk menyiksa saya," aku Marwan al Qarout (38) kepada Fox News
tentang siapa orang yang telah melecehkannya.
“Dia memukul
saya pada alat kelamin saya dan mengancam akan memotong kemaluan saya sehingga
saya tidak bisa menghasilkan ‘regenerasi teroris.’ Setelah satu jam memukul
saya, penyiksa lain datang. Kali ini lebih kejam dari yang pertama. Dia memasukan
ujung senapan ke bawah pantatku. Sakitnya tak tertahankan.”
Qarout (nama
samaran) adalah seorang aktivis yang mengatakan dia secara damai berdemonstrasi
menentang kediktatoran Suriah yang dipimpin oleh Bashar al-Assad. Tak berapa
lama setelah aksi demonstrasi damai, dia
ditangkap oleh cabang intelijen Angkatan Udara pada 23 April 2014 di kota
kelahirannya di Homs. Dia menghabiskan lima bulan di balik jeruji besi - bulan
yang ditandai dengan rasa takut dan jenis pelecehan yang terus-menerus dia
alami dalam benaknya.
"Saya
belum selamat," keluhnya, mengakui bahwa meskipun dia ingin para pelaku
dimintai pertanggungjawaban dan dihukum oleh komunitas internasional, dia belum
mencari bantuan professional. Hanya beberapa anggota keluarga dekat yang tahu
tentang apa yang dia alami.
Lain lagi
cerita yang datang dari Khalid Terkawi, jeritan sesama tahanan pria masih
bergema di benaknya. Terkawi (34) yang kini berbasis di Istanbul mengisahkan
tentang derita yang dia alami di penjara rezim suriah. Dia menyebutkan bahwa
seringkali sipir menyodokan kayu ke pantat para tahanan sehingga mereka bisa
mengakui apa yang tidak mereka lakukan.
Sebuah
laporan yang dirilis bulan ini oleh organisasi hak-hak Suriah, Pengacara dan
Dokter untuk Hak Asasi Manusia mendokumentasikan 138 akun pelecehan tahanan
pria, di mana lebih dari 40 persen kejadian rinci pelecehan seksual telah
dilakukan oleh Rezim. Diantaranya adalah kasus ketelanjangan dan sterilisasi
paksa hingga mutilasi alat kelamin dan pemerkosaan.
Tetapi
masalah ini tidak hanya terbatas pada konflik suriah.
Rezim Qaddafi
dituduh melakukan pemerkosaan laki-laki sebagai alat perang selama revolusi
2011 di Libya. Video dan kesaksian yang dikumpulkan dalam beberapa tahun
terakhir oleh kelompok advokasi yang berbasis di Tunisia melukiskan gambaran
menyakitkan tentang pelecehan seksual. Diantara korban dipaksa untuk berhubungan
sesama jenis di balik jeruji besi. Belum lagi pria yang disodomi oleh benda-benda
seperti roket dan gagang sapu.
Pensiunan
Angkatan Udara AS Letnan Kolonel Rudolph Atallah, sekarang chief executive
officer dari White Mountain Research, dan mantan Kontra Terorisme Afrika di
Kantor Sekretaris Pertahanan, juga mengenang kejadian pelecehan seksual pria
sepanjang konflik di Bosnia dan Kongo timur.
Selain itu,
sebuah laporan yang dirilis oleh Amnesty International awal bulan ini, menerangkan
bahwa anak laki-laki berusia 8 telah diperkosa di kota Yaman, Ta'iz. Banyak
dari para tersangka pelaku, menurut Amnesty, adalah anggota milisi yang
bersekutu dengan Arab Saudi dan Koalisi pimpinan-UEA.Dua laporan medis yang
dilihat oleh Amnesty menunjukkan tanda-tanda lesi anus pada dua orang yang
selamat.
Dalam satu
kasus, seorang anak laki-laki berusia 16 tahun teringat telah diperkosa pada
bulan Desember 2018 oleh seorang anggota milisi yang berafiliasi dengan Islahi di
Ta'iz, menggambarkan bagaimana ia dipukuli dengan senapan dan didorong ke
tanah. Dia tidak bisa duduk atau pergi ke kamar mandi selama berhari-hari,
kulitnya kering dan kuning, kondisi psikologisnya ditandai oleh ketakutan.
Ibunya
melaporkan kejadian itu ke Departemen Investigasi Kriminal Ta'iz yang
mengeluarkan perintah untuk pemeriksaan medis forensik. Namun menurut
penyelidikan, dokter juga berada di bawah kendali milisi dan menolak untuk
melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Lebih dari itu, rumah sakit menginginkan
bayaran, sementara mereka tidak punya uang.
Awal bulan
ini di tengah-tengah kemarahan warga, pemerintah Yaman diminta untuk membentuk
sebuah komite untuk menyelidiki pembunuhan berdarah dingin atas Raafat Danbaa
di kota pelabuhan Aden. Raafat diduga dibunuh sebagai pembalasan karena
bersaksi atas kasus perkosaan yang dilakukan milisi yang dituduh memperkosa 7
orang di tengah konflik yang berkepanjangan.
Tuduhan
pelecehan seksual juga menjangkiti pemberontak Houthi yang didukung Iran, yang
terus mengendalikan kantong Yaman utara dan ibu kota Sana'a. Para psikolog yang
merawat mantan tentara anak-anak yang dipaksa berperang demi Houthi mengatakan
kepada Fox News tahun lalu bahwa setidaknya 50 hingga 60 persen anak laki-laki
berusia 12 hingga 15 tahun telah mengalami beberapa bentuk pelecehan seksual
atas perintah atasan mereka.
PBB mencatat
bahwa kekerasan seksual terhadap laki-laki dalam konflik bersenjata adalah hal
biasa, tetapi tidak ada statistik akurat yang tersedia. Perasaan malu akibat pelecehan
seksual pria membuat seseorang tidak mau mengakui.
Sumber:
No comments:
Post a Comment