13 Jan 2020

Dilema Hamas, Dibantu Iran, Dimusuhi Saudi cs



Apakah Hamas Syiah? Tanya itu selalu berputar di benak segelintir kaum muslimin.
 
Baru-baru ini saya membaca berita tentang pernyataan pemimpin tertinggi Hamas Ismail Haniya yang mengungkapkan bela sungkawa atas kematian sang jenderal Syiah Qasim Suleimani. Membaca berita itu, tentu saja saya bisa memaklumi sikap yang diambil Hamas. 

Saya tidak akan pernah mengatakan Hamas sebagai antek syiah. Tidak pula menuduh Hamas abai dengan derita rakyat Suriah yang telah menderita karena peran Suleimani laknatullah. Permasalahannya tidak sesederhana itu. Tidak sesederhana membedakan antara warna hitam dan putih. Kita harus menilai dan membaca semua dinamika politik Hamas dalam berbagai segi. 

Izinkan saya membuat sebuah perumpamaan dengan tiga kampung. Sebut saja kampung A, Kampung B, Kampung C. Konon kampung A sangat miskin, menderita dan membutuhkan banyak bantuan dan uluran tangan. Sementara kampung B adalah kampung yang dipenuhi oleh orang kaya raya dan juga memiliki aqidah yang bersih. Dan kampung C adalah kampung yang sesat dan menyesatkan.

Kampung B enggan membantu kampung A dan menolak setiap upaya medisi yang dilakukan pemimpin kampung A. Lebih dari itu, kepala kampung B malah menangkapi orang-orang kampung A yang kebetulan mukim di kampung B. Ditengah rasa putus asa dan diabaikan oleh saudaranya itu, tiba-tiba ada tawaran bantuan dari kampung C yang sesat menyesatkan. Tentu saja tidak ada pilihan lain bagi kepala kampung B selain menerima uluran bantuan dari kampung C.

Kampung A adalah Palestina yang diwakili oleh HAMAS, Kampung B adalah Arab Saudi dan Kampung C adalah Iran dengan ideologi syiahnya. 

Lihatlah apa yang terjadi ketika Hamas menerima bantuan dari Iran. Tiba-tiba saja mereka yang menamakan dirinya sebagai salafi sejati langsung nyinyir setengah mati, ‘Dasar Hamas antek syiah.’
Maka saya katakan kepada mereka, ‘Wajar saja jika Hamas meminta bantuan kepada Iran, karena tuan kalian hanya diam membisu dan tidak pernah membantu perjuangan hamas dalam melawan zionisme. Alih-alih membantu perjuangan Palestina, justru sang putra mahkota Arab Saudi main mata dengan Israel.

Ketika kalian mencerca Hamas karena menerima bantuan senjata dan pelatihan militer dari syiah Iran, pernahkan kalian berpikir; sudahkah Arab saudi tuanmu itu memberikan dana, pelatihan militer dan senjata kepada Hamas untuk melawan Israel?

Bagaimana dengan Arab Saudi yang begitu mesra dengan Amerika dan Israel? Apakah saya akan berani mengatakan bahwa kalian adalah antek orang kafir dan antek zionisme sebagaimana kalian menuduh Hamas antek syiah. Tentu saja tidak! karena urusannya tidak semudah itu.

Hubungan Hamas-Iran bukan berarti tanpa halangan. Hubungan tersebut berkali-kali naik turun. yang terakhir, setelah pecahnya perang Suriah, hubungan Hamas dan Iran membeku setelah Hamas tidak mau mendukung bashar Assad. Sebelum perang itu terjadi, Suriah adalah sekutu Hamas. Tapi setelah perang saudara di suriah pecah, Hamas memilih mundur dan tidak mendukung Bashar. Iran menuding Hamas mendukung oposisi. Syiah Libanon juga menuding hal yang sama sehingga para pemimpin Hamas di Libanon diusir oleh Hizbullah syiah. Lebih dari itu, Hamas melihat bahwa korban kebiadan Bashar bukan hanya orang suriah, tapi juga para pengungsi Palestina yang berada di Suriah.

Mari kita kembali ke Arab Saudi

September 2019, Badan intelejen Saudi menangkap pemimpin senior Hamas, Mohammad Saleh al-Khodari yang tinggal di Saudi bersama putranya. Saudi menolak semua upaya mediasi yang dilakukan Hamas. Mohammad saleh al-Khodri yang kini usianya 81 tahun tak lebih pria tua renta yang rentan dan penyakitan yang tidak layak diperlakukan seperti kriminal hanya karena dia seorang Hamas.

Sebelumnya, Juni 2017, Arab Saudi dan sekutunya UEA, Bahrain, Mesir mengumumkan blokade kepada Qatar. Qatar dituding membiayai IM, berhubungan dekat Taliban di Afghanistan dan afiliasi al-Qaeda. Qatar juga dituduh akrab dengan Iran. Tak mau ketinggalan, stasiun Tv dan portal berita aljazeera dipinta untuk ditutup jika ingin hubungan kembali normal. Aneh, apa hubungannya aljazeera dengan semua ini. Kupikir Arab Saudi cs terlalu lebay.

Blokade itu dinilai tak lebih dari pesanan Amerika untuk memecah bangsa Arab. Tepat sebulan sebelum blokade tersebut, Donald bebek mendatangi Arab Saudi dan disambut ramah oleh Raja Salman di KTT Riyadh. Disana Donald Bebek sesumbar tentang terorisme dan di hadapan 55 pemimpin negara, Donald Bebek menyebut Hamas sebagai teroris yang sangat berbahaya. Dalam pidatonya si Donald bebek menggambarkan Hamas seperti ISIS yang bisa mengancam negara-negara di sekitarnya. Hmm, demi sang tuan Amerika, apa pun bisa Saudi lakukan meski dengan membabat sang tetangga Qatar yang dikenal dekat dengan Hamas.

Qatar, bagaimana mungkin negara ini disebut teroris hanya karena begitu loyal dan ringan tangan membantu Hamas.  Sejak tahun 2018, Qatar memberi gaji bulanan sebesar 217, 5 miliar untuk para pegawai dan orang miskin di Gaza setiap bulannya. Belum bantuan lainnya.

Hamas, yang diteroriskan oleh Arab Saudi cs atas pesan sang tuan Amerika, telah berjibaku bertahan menjaga kehormatan negeri, agama dan masjidil Aqsha di tengah blokade Israel dan Mesir. Duh, Gusti, betapa berat ujian yang kau rasakan duhai Hamas.  Maka aku tak berani mengatakan dirimu syiah sebagaimana mulut-mulut kotor itu menuduhmu.
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment