Baru-baru ini saya membaca berita tentang pernyataan
pemimpin tertinggi Hamas Ismail Haniya yang mengungkapkan bela sungkawa atas
kematian sang jenderal Syiah Qasim Suleimani. Membaca berita itu, tentu saja
saya bisa memaklumi sikap yang diambil Hamas.
Saya tidak akan pernah mengatakan Hamas sebagai antek
syiah. Tidak pula menuduh Hamas abai dengan derita rakyat Suriah yang telah
menderita karena peran Suleimani laknatullah. Permasalahannya tidak sesederhana
itu. Tidak sesederhana membedakan antara warna hitam dan putih. Kita harus
menilai dan membaca semua dinamika politik Hamas dalam berbagai segi.
Izinkan saya membuat sebuah perumpamaan dengan tiga
kampung. Sebut saja kampung A, Kampung B, Kampung C. Konon kampung A sangat
miskin, menderita dan membutuhkan banyak bantuan dan uluran tangan. Sementara
kampung B adalah kampung yang dipenuhi oleh orang kaya raya dan juga memiliki
aqidah yang bersih. Dan kampung C adalah kampung yang sesat dan menyesatkan.
Kampung B enggan membantu kampung A dan menolak setiap
upaya medisi yang dilakukan pemimpin kampung A. Lebih dari itu, kepala kampung
B malah menangkapi orang-orang kampung A yang kebetulan mukim di kampung B.
Ditengah rasa putus asa dan diabaikan oleh saudaranya itu, tiba-tiba ada
tawaran bantuan dari kampung C yang sesat menyesatkan. Tentu saja tidak ada
pilihan lain bagi kepala kampung B selain menerima uluran bantuan dari kampung
C.
Kampung A adalah Palestina yang diwakili oleh HAMAS,
Kampung B adalah Arab Saudi dan Kampung C adalah Iran dengan ideologi syiahnya.
Lihatlah apa yang terjadi ketika Hamas menerima
bantuan dari Iran. Tiba-tiba saja mereka yang menamakan dirinya sebagai salafi
sejati langsung nyinyir setengah mati, ‘Dasar Hamas antek syiah.’
Maka saya katakan kepada mereka, ‘Wajar saja jika
Hamas meminta bantuan kepada Iran, karena tuan kalian hanya diam membisu dan
tidak pernah membantu perjuangan hamas dalam melawan zionisme. Alih-alih
membantu perjuangan Palestina, justru sang putra mahkota Arab Saudi main mata
dengan Israel.
Ketika kalian mencerca Hamas karena menerima bantuan
senjata dan pelatihan militer dari syiah Iran, pernahkan kalian berpikir;
sudahkah Arab saudi tuanmu itu memberikan dana, pelatihan militer dan senjata
kepada Hamas untuk melawan Israel?
Bagaimana dengan Arab Saudi yang begitu mesra dengan
Amerika dan Israel? Apakah saya akan berani mengatakan bahwa kalian adalah
antek orang kafir dan antek zionisme sebagaimana kalian menuduh Hamas antek
syiah. Tentu saja tidak! karena urusannya tidak semudah itu.
Hubungan Hamas-Iran bukan berarti tanpa halangan.
Hubungan tersebut berkali-kali naik turun. yang terakhir, setelah pecahnya
perang Suriah, hubungan Hamas dan Iran membeku setelah Hamas tidak mau
mendukung bashar Assad. Sebelum perang itu terjadi, Suriah adalah sekutu Hamas.
Tapi setelah perang saudara di suriah pecah, Hamas memilih mundur dan tidak
mendukung Bashar. Iran menuding Hamas mendukung oposisi. Syiah Libanon juga
menuding hal yang sama sehingga para pemimpin Hamas di Libanon diusir oleh
Hizbullah syiah. Lebih dari itu, Hamas melihat bahwa korban kebiadan Bashar
bukan hanya orang suriah, tapi juga para pengungsi Palestina yang berada di
Suriah.
Mari kita kembali ke Arab Saudi
September 2019, Badan intelejen Saudi menangkap
pemimpin senior Hamas, Mohammad Saleh al-Khodari yang tinggal di Saudi bersama
putranya. Saudi menolak semua upaya mediasi yang dilakukan Hamas. Mohammad
saleh al-Khodri yang kini usianya 81 tahun tak lebih pria tua renta yang rentan
dan penyakitan yang tidak layak diperlakukan seperti kriminal hanya karena dia
seorang Hamas.
Sebelumnya, Juni 2017, Arab Saudi dan sekutunya UEA,
Bahrain, Mesir mengumumkan blokade kepada Qatar. Qatar dituding membiayai IM,
berhubungan dekat Taliban di Afghanistan dan afiliasi al-Qaeda. Qatar juga
dituduh akrab dengan Iran. Tak mau ketinggalan, stasiun Tv dan portal berita
aljazeera dipinta untuk ditutup jika ingin hubungan kembali normal. Aneh, apa
hubungannya aljazeera dengan semua ini. Kupikir Arab Saudi cs terlalu lebay.
Blokade itu dinilai tak lebih dari pesanan Amerika
untuk memecah bangsa Arab. Tepat sebulan sebelum blokade tersebut, Donald bebek
mendatangi Arab Saudi dan disambut ramah oleh Raja Salman di KTT Riyadh. Disana
Donald Bebek sesumbar tentang terorisme dan di hadapan 55 pemimpin negara,
Donald Bebek menyebut Hamas sebagai teroris yang sangat berbahaya. Dalam
pidatonya si Donald bebek menggambarkan Hamas seperti ISIS yang bisa mengancam
negara-negara di sekitarnya. Hmm, demi sang tuan Amerika, apa pun bisa Saudi
lakukan meski dengan membabat sang tetangga Qatar yang dikenal dekat dengan
Hamas.
Qatar, bagaimana mungkin negara ini disebut teroris
hanya karena begitu loyal dan ringan tangan membantu Hamas. Sejak tahun 2018, Qatar memberi gaji bulanan
sebesar 217, 5 miliar untuk para pegawai dan orang miskin di Gaza setiap
bulannya. Belum bantuan lainnya.
Hamas, yang diteroriskan oleh Arab Saudi cs atas pesan
sang tuan Amerika, telah berjibaku bertahan menjaga kehormatan negeri, agama
dan masjidil Aqsha di tengah blokade Israel dan Mesir. Duh, Gusti, betapa berat
ujian yang kau rasakan duhai Hamas. Maka
aku tak berani mengatakan dirimu syiah sebagaimana mulut-mulut kotor itu
menuduhmu.
No comments:
Post a Comment