11 Jan 2020

Dijodohkan atau Mencari Sendiri

“Aku tidak pernah merasa cocok dengan istriku.” 

Ahmed sabr, seorang teman dari Pakistan curhat kepadaku tentang kisruh di dalam rumah tangganya. Aku tidak tahu pasti kenapa dia memilih curhat kepada seorang lajang sepertiku yang tidak tahu menahu tentang dinamika kehidupan rumah tangga. Tentunya aku hanya bisa mendengar keluhnya sembari mencoba memberinya sedikit nasihat sejauh yang aku bisa. Yah, yang benar saja, sejak kapan seorang lajang yang tidak tahu menahu artinya relasi suami istri memberi nasihat tentang kehidupan rumah tangga dan relasi kepada pasangan yang sudah menikah. Ini seperti kamu meminta nasihat bagaimana supaya bisa mendapatkan nilai 10 di bidang studi matematika kepada seorang yang mendapatkan nilai 3 di dalam pelajaran matematika.

Oke, lupakan. Sekarang mari kita focus kepada masalah si teman tersebut. Dia bilang bahwa semua ketidakcocokan itu berawal dari arrange marriage atau pernikahan yang sudah diatur oleh keluarga. Ini bisa dimengerti, mengingat bagi kultur keluarga di Pakistan, biasanya mereka menikahkan anak-anak mereka atas pilihan orang tua atau juga perantara mak comblang dari kerabat atau kenalan. Bahkan tradisi ini tidak hanya ada di Pakistan, tapi juga di Negara tetangga seperti India, Bangladesh dan Afghanistan.

Sabr bilang dia dinikahkan dengan saudara sepupunya yang dia kenal sejak kecil. Wow! Tiba-tiba aku membayangkan diriku menikah dengan saudara sepupuku. aku bahkan tidak pernah bisa membayangkan bagaimana diriku menikah dengan seorang perempuan yang selama ini bahkan sudah kuanggap sebagai saudariku sendiri. Maksudku, apakah aku bisa memiliki hasrat kepada sepupu? Di dalam agama menikah dengan sepupu diperbolehkan karena mereka bukan mahrom. Tapi saya pribadi tidak pernah membayangkan menikah dengan sepupu. Jangan salah paham dulu. Aku tidak pernah menggugat hukum syariat islam. Aku hanya berbicara tentang opini. Aku tidak pernah berpikir bahwa menikah dengan sepupu itu salah. Aku hanya berpikir bahwa aku tidak berpikir untuk menikah dengan sepupuku. 

“Meski aku sudah mengenalnya, tapi aku tidak pernah mencintanya.” Ahmed mulai mengungkapkan semuanya. “Sebenarnya dulu aku pernah memiliki gadis yang aku cintai. Tapi orang tuaku menolak hubunganku karena mereka lebih memilih saudari sepupu. Lagi pula, gadis yang aku cintai itu berasal dari suku yang berbeda. 

Hmm, kisah tersebut sepertinya kisah klasik yang selalu berulang. 

Setelah mendengar pengakuannya, aku hanya menyarankan kepada temanku untuk berdamai dengan takdir dan belajar untuk mencintai istrinya. Bagiku, cinta itu bukan datang karena keinginan, tapi dia hadir karena sengaja dihadirkan. Cinta bukan hanya tentang hasrat untuk mencintai, tapi juga belajar untuk mencintai mereka yang memang berhak untuk dicintai. Cinta bukan hanya tentang suka atau tidak suka kepada pribadi seseorang, tapi cinta belajar untuk memahami dan mencintai seseorang yang selama ini telah membersamai. 

Saya tidak akan pernah menyalahkan perjodohan dan intervensi para orang tua terhadap kisah cinta anak-anaknya. Karena bagaimana pun juga, tidak ada orang tua yang mengingikan kejelekan bagi anak-anak mereka. Tentunya setiap orang tua yang memilih calon menantu atau pasangan untuk anak-anaknya sudah menilai semua sisi dari orang yang mereka pilih. Baik itu dari bebet, bibit dan bobotnya. Hanya saja, di dalam islam, seorang gadis berhak menolak calon yang disodorkan orang tuanya jika dia tidak merasa cocok. Begitu juga sebaliknya.

Tapi saya juga tidak menyalahkan mereka yang mencari jodohnya sendiri tanpa intervensi orang tua. Karena itu adalah haknya juga. Yang perlu dilakukan adalah komunikasi dengan orang tua. Hendaknya mereka yang terhalang kisah cintanya karena orang tua yang ‘keras kepala’ berusaha meyakinkan orang tua mereka untuk menerima pilihan anaknya. Bagaimana pun juga, perlu usaha untuk memperjuangkan cinta. Restu orang tua memang penting, tapi kisah cintamu juga sama pentingya. Cobalah untuk meyakinkan orang tua dengan pelan dan lembut, kalau bisa libatkan pihak ketiga sehingga orang tua luluh. dan yang lebih penting lagi adalah menyerahkan semua urusan kepada Allah Subhanahu Wata'ala. Karena hanya Dia-lah sang pemilik kehidupan.
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment