Ineu
Tentu saja semua orang menyayangkan kenapa aku harus resign
dari kantor wali kota tempat aku mengambdikan diri selama belasan tahun
lamanya. mereka menyayangkan tentang gaji besar yang aku abaikan. Ya, meskipun
aku akan mendapatkan uang pensiun –meskipun pensiun secara premature- tapi aku
masih bisa mensyukurinya.
“Kenapa harus resign?” itu adalah pertanyaan pertama yang
terlontar dari mulut Rania, teman sekantorku yang paling dekat.
“Aku ingin fokus menjadi ibu rumah tangga.” Jawabku dengan
senyum lebar. Ya, memang akhir-akhir ini aku sudah membulatkan tekad untuk
menjadi seorang ibu rumah tangga seutuhnya.
“Kamu kan bisa menyewa asisten rumah tangga.”
“Selama ini aku mengupah Saripah untuk mengerjakan urusan
rumah tanggaku. Dan kemarin aku sudah memberhentikannya. Semua akan aku
kerjakan sendiri setelah resign nanti.”
“Sayang lho, pekerjaan dengan posisi yang mentereng, gaji
besar, diincar banyak orang, dilepas begitu saja.”
“Ah nggak kenapa-napa Ran. Ini sudah pilihanku sendiri.”
elakku kemudian.
“Eh In, diluaran sana ada ratusan orang yang mengharapkan
posisi yang kamu tempati sekarang, dan dengan mudahnya kamu melepaskan
jabatanmu begitu saja. seenggaknya pikir-pikir lagi lah.” Rania masih belum
berhenti meyakinkan diriku untuk membatalkan rencanaku resign dari kantor wali
kota.
“Aku juga sudah memikirkan hal ini matang-matang Ran,
keputusanku juga tidak bisa diganggu gugat.” Aku tetap keukeuh. Sementara Rania
hanya mengangkat kedua bahunya. Menyerah untuk meyakinkanku lagi.
Tak jauh beda dengan Rania, anakku Rasyid dan suamiku Ibrahim
ikut-ikutan terkejut dengan keputusanku. Selalu diawali dengan tanya ‘kenapa’
sebagaimana pertanyaan bosku dan teman-temanku di kantor serta pertanyaan dari
kedua orang tuaku. Mereka bertanya kenapa aku harus resign. Tapi ketika aku
mengutarakan alasannya, jelas suami dan anakku terkejut. Keterkejutan mereka
lebih pada ketakjuban tentang rencanaku untuk menjadi seorang ibu rumah tangga
seutuhnya.
“Tapi nanti kamu nggak bakalan menyesal kan?” tanya Ibrahim.
“Nanti mama pasti kesepian tinggal di rumah sendirian. Papa berangkat
kerja, aku kuliah sampe sore.”
“Kenapa harus kesepian. Mama bisa bercocok tanam, bisa
melakukan hal apa pun yang mama suka. Lebih dari itu, mama bisa memasak untuk
makan malam kalian. Masakan spesial yang selama ini jarang kalian dapatkan.” Jawabku
dengan kerlingan.
Pada akhirnya, Ibrahim dan anakku rasyid menyetujui rencanaku
untuk resign. Bahkan menyambut baik tanpa ada kekecewaan sama sekali.
Rasyid
Aku hampir tidak percaya mama resign dari tempat kerjanya. Padahal
dia sangat mencintai pekerjaannya lebih dari apa pun. Dulu aku khawatir jika
mama gila kerja hingga masa tuanya. Tapi aku dibuat kaget ketika kemarin Mama
mengungkapkan bahwa dia lebih memilih resign. Menurutku ini sudah waktunya mama
berhenti dari pekerjaannya untuk menikmati sisa usianya. Sekarang mama sudah berusia
45 tahun dan pantas untuk menikmati apa yang selama ini dia hasilkan dari
pekerjaannya.
Setiap pulang dari kampus, mama selalu menyambutku dengan
senyuman. Aku merasa bahagia karena sekarang rumah menjadi terasa hangat dan
berwarna. Aku yang biasanya makan malam di luar, sekarang harus makan malam di
meja makan keluarga bersama mama dan papa. inilah yang selama ini aku harapkan.
Aku bisa melihat mama sesering yang aku inginkan. Tidak seperti ketika dia
masih bekerja, maka selalu pulang larut malam.
Papa pun sepertinya menikmati peran baru mama sebagai ibu
rumah tangga yang seutuhnya. Sosok istri sekaligus ibu yang baik dan tanpa
cela.
Untuk mengobati rasa kesepian mama di rumah, aku mengajari
mama bagaimana cara membuat facebook. Alasanku, “Supaya mama nggak merasa
kesepian di rumah. harus bisa bersosialisasi meski di medsos.”
Mama jelas sangat antusias dengan gagasanku. Hari itu juga,
aku membuatkan sebuah akun facebook untuk mama. Sementara papa memberikan
sebuah laptop keluaran terbaru sebagai hadiah hari jadi pernikahannya yang ke 23. Baiklah, semoga mama betah di rumah.
Ineu
Ternyata apa yang dikatakan Rasyid benar adanya. facebook
benar-benar mengasyikan. Ini adalah dunia baruku. Aku bisa berkenalan dengan
banyak orang, chating dengan sesama ibu-ibu, bahkan ikut banyak grup ibu rumah
tangga. Yuhu, aku punya keluarga baru disini.
Rasyid memang tidak bohong. Semenjak punya facebook aku tidak
lagi merasa kesepian setelah menyelesaikan semua tugas dan aktifitasku di
rumah. pagi hari aku harus menyiapkan sarapan untuk suami dan anak tercinta
sebelum mereka berangkat dari rumah. setelah itu aku harus mengerjakan semua
pekerjaan rumah tangga seperti mengepel lantai, mencuci baju, mencuci perabotan
dapur, menyiram tanaman dan memotong rumput di halaman. Setelah itu aku akan
duduk di sofa berjam-jam lamanya untuk berinteraksi lewat facebook.
Aku jadi bertanya-tanya, apakah Saripah juga memiliki banyak
waktu luang setelah semua pekerjaannya selesai? Tentu saja. sayang sekali jika
Saripah hanya bengong seharian tanpa melakukan apa pun. Coba dia punya
facebook, begitulah pikirku.
Hingga pada suatu hari, aku berkenalan dengan seorang
herbalist di facebook. Seorang lelaki yang bernama Khalid. Yang aku tahu dari
akun facebooknya, dia menjual banyak obat-obat herbal termasuk obat kecantikan alternatif
yang dia jual lewat media sosial.
Aku mengambil cermin kecil dan meraba kulit wajahku, ada
kerutan halus di dahi, di bawah mata dan di atas bibirku. Disana juga ada
beberapa flek hitam. Sepertinya aku membutuhkan herbal penyamar flek hitam. Aku
bisa membayangkan bagaimana Ibrahim akan senang karena aku bisa merawat diriku
meski di usiaku yang tidak muda.
Tanpa pikir panjang, aku mengontak Khalid lewat messenger chat
Apakah kamu menjual obat herbal untuk menyamarkan noda hitam
dan kerutan.
Ya.
Aku ingin membelinya
Aku perlu melihat wajahmu dulu untuk memastikan perawatan apa
yang cocok untuk kulit wajahmu
Tunggu sebentar
Aku segera menghidupkan kamera dan mengambil foto selfie. Setelah
itu mengirimkannya kepada Khalid. Tak berapa lama, muncul notifikasi
Wow, kamu sangat cantik dan menawan
Terimakasih
Aku tidak bisa memberikanmu obat itu. karena jika aku
memberikannya, aku akan terjatuh pada tindakan criminal.
Tindakan criminal? Maksudmu?
Ya, karena aku tega merusak kecantikanmu yang begitu alamiah.
Kamu cantik dan tidak perlu obat-obatan. Kecantikanmu tidak bisa disembunyian.
Entah kenapa aku melambung dengan semua pujian lelaki itu.
bahkan suamiku tidak pernah memujiku sedemikian rupa.
Entahlah, sejak saat itu aku semakin dekat dengan Khalid dan
mampu menghabiskan berjam-jam lamanya hanya untuk berbicara apa pun bersama
dirinya. belakangan aku tahu Khalid adalah seorang duda yang telah bercerai
dengan istrinya sejak lima tahun yang lalu. Dia memiliki enam anak dari mantan
istrinya.
Beberapa minggu kemudian Khalid mengajakku untuk bertemu di
sebuah restoran yang letaknya tak jauh dari rumahku. Tentu saja aku setuju dengan
rencananya.
Rasyid
Ada yang berubah dengan mama. Dari hari ke hari dia semakin
pendiam dan tenggelam dengan gadget di tangannya. Jika setelah makan malam dia
biasa bercengkrama di meja makan bersama aku dan papa, kini dia lebih memilih
beranjak ke sofa dan mulai menekuri smartphonenya. Sesekali ditingkali dengan
senyuman lebar dan tawa kecil.
Aku dan papa saling pandang dan hanya geleng-geleng kepala. Entahlah,
apa yang terjadi dengan mama. Diam-diam aku merasa menyesal karena telah
membuatkan akun facebook untuk mama.
Dan yang lebih membuatku sedih, akhir-akhir ini papa dan mama
sering berdebat dan bertengkar. Entah karena apa. Yang jelas aku bisa menduga
semua itu berawal dari tingkah laku mama yang berbeda dari biasanya. Masakannya
tidak seenak ketika pertama kali dia resign. Ternyata papa juga bilang kepadaku
kalau dia merasa curiga jangan-jangan mama selingkuh dengan lelaki lain. Kata papa,
biasanya mama tak pernah mengunci smartphonenya dan sekarang dia mengunci
smartphonenya dengan sandi.
Aku harus menyelidiki hal ini. Bagaimana pun juga aku harus
menemukan penyebab semua ketidakberesan mama.
Ineu
Aku memberitahukan kepada Khalid tentang pertengkaranku dengan
Ibrahim. Aku bilang, suamiku sangat egois dan tidak pernah mengerti apa yang
aku harapkan darinya. Kemudian dengan malu-malu aku mengatakan kepadanya bahwa
Ibrahim tidak seperti dirinya yang selalu memujiku.
Khalid tertawa.
“Jangan lupa, besok kita akan bertemu di restoran itu. dan
setelah itu aku akan mengajakmu menginap di hotel tak jauh dari sana.”
“Baiklah.”
Rasyid
Kemarin aku berhasil membuka sandi smartphone mama. Dia terlalu
bodoh untuk urusan password. Bagaimana mungkin dia menggunakan password yang
sama sebagaimana password yang dia gunakan untuk ATM dan kartu kredit. Aku tahu
password kartu ATM mama, hanya dengan memakai tanggal, bulan dan tahun
lahirnya. 060674.
Yang mengejutkan bagiku adalah aku menemukan history
percakapan antara mama dengan seorang lelaki bernama Khalid. Percakapan mereka
berdua tak ubahnya seperti percakapan anak ABG yang baru mengenal cinta. Aku muak
dan jijik karenanya. Rasa jijikku semakin kentara ketika aku menemukan pesan
terakhir mereka tentang janji pertemuan di restoran yang letaknya tak jauh dari
rumah. aku akan menangkap basah pertemuan mereka. lihat saja nanti.
Ineu
Sebagaimana yang sudah dijanjikan sebelumnya, hari ini adalah
pertempuan perdanaku dengan Khalid. Aku bahkan harus menghabiskan satu jam
lebih untuk setelan yang pas aku gunakan untuk pertemuan spesial ini. Kebetulan
malam ini Ibrahim menghadiri seminar selama tiga hari. Jadi aku bebas keluar malam
ini. Lebih menggembirakan lagi, tadi siang Rasyid bilang dia tidak akan pulang
karena ada kegiatan BEM. Tahu begitu, kenapa aku tidak mengundang Khalid ke
rumah saja ya. setelah makan malam nanti aku ingin meyakinkan Khalid untuk
menginap di rumahku saja.
Rasyid
Untuk yang kesekian kalinya aku melihat arloji yang
melingkari pergelangan tangan kiriku. Telat lima menit, tapi orang yang aku
incar belum juga Nampak batang hidungnya. aku harus sabar menunggu di tengah
amarah yang semakin menggebu ketika pada akhirnya mereka datang. terlambat
sepuluh menit dari perkiraan.
Mama datang dengan seorang lelaki tinggi besar dengan
kacamata berbingkai hitam. Bajunya Nampak kasual. Dia tidak lebih tampan dari
papa. tapi kenapa mama jatuh cinta dengan lelaki bajingan itu. Aku pikir mama
juga tak lebih bajingan dari pria sialan itu. Aku harus menyabarkan diriku
dengan diam-diam mengamati semua gerak-gerik mereka dari meja di paling pojok
dan terhalang daun tanaman sintesis di hadapanku.
Lihatlah, mereka tertawa satu sama lain. Saling melempar
candaan. Dan tangan sialan itu menjawil dagu mamaku. Aku muak, tapi aku harus
menahan diriku sampai pada tahap yang aku rencanakan. Aku akan menghajar lelaki
itu di hotel sebagaimana yang mereka rencanakan.
“Mas, memangnya itu siapa?” tanya driver gojek yang aku ajak
makan di sampingku. Aku sengaja mengajaknya supaya aku tidak kehilangan buruan.
Aku tidak ingin repot memesan ojek online lagi sementara mama dan lelaki itu
sudah pergi entah kemana. Aku harus siap dengan kemungkinan yang bisa terjadi.
“Itu bukan urusanmu.” Balasku sebal. Aku bukan sebal karena
pertanyaan si driver gojek di sampingku. Aku sebal melihat mama dan lelaki
asing itu bermesraan di depanku. Oh tidak, bahkan mereka sekarang berciuman. Aku
mengepalkan tanganku dan hampir berdiri dan menyeberang meja jika tangan si
driver ojek online tidak menahanku. “Tahan mas, Sabar.”
Setengah jam lamanya aku diamuk rasa kesal. Dan kedua orang
itu mulai berdiri dari kursinya masing-masing. Mama melabuhkan kepalanya di
pundaknya sementara tangan lelaki itu melingkar di pinggangnya.
“Ayo!’ seruku pada si driver ojek online setelah mama dan
lelaki itu keluar dari restoran.
Mereka berdua masuk ke dalam Mobil avanza yang terparkir di
halaman restoran. Tidak jauh dari motor si driver ojek. Aku segera menutupi
mataku dengan kacamata hitam dan memakai jaket hoodie untuk menutupi wajahku.
“Ayo, jangan sampai kita kehilangan jejak!” seruku.
Si driver ojek online langsung menstarter dan keluar dari
halaman restoran, membuntuti avanza tersebut.
Aku pikir mereka akan keluar menuju jalur ke pusat kota, tapi
kenapa justru mobil itu melewati jalur menuju komplek perumahan. Dan ternyata
apa yang aku khawatirkan benar adanya, mobil tersebut berbelok dari jalan raya
menuju gerbang komplek perumahan. What the f***k. Mama membawa lelaki bajingan
itu ke rumah. Aku bersumpah akan merujaknya hingga babak belur.
Mobil itu berhenti tepat di depan gerbang. Mama turun untuk
membuka gerbang dan mobil masuk ke dalam garasi. aku menyuruh si driver ojek
online berhenti di samping pos ronda dan membayarnya dua kali lipat. Setelah itu
menyuruhnya pergi.
Aku mengawasi mama dan lelaki itu itu dari rumpun tumbuhan
kaca piring. Mereka saling bergandengan tangan dan mama membuka pintu rumah
kemudian menutupnya kembali.
Nafasku mulai memburu. Tanpa pikir panjang aku segera berlari
ke arah halaman rumah dan menerjang pintu dengan keras.
Aku melihat lelaki itu memangku tubuh mama di atas sofa. tapi
sejurus kemudian mama menjerit demi melihatku datang. dia tidak mengenaliku. Tanganku
segera membuka hoodie yang melingkupi kepala dan setengah wajahku dan membuka
kacamata hitam.
Mama menangis dan ambruk di saming sofa. lelaki itu terpana. Tanpa
pikir panjang aku segera menerjang dan mendaratkan beberapa bogem mentah di
wajahnya yang malang.
“Pergi kau setan! Anjing kau! Jangan sekali-kali menyentuh
mamaku. Kau mau cari mati anjing!!” aku kalap bagai seorang pemuda yang
kerasukan setan.
Lelaki itu lari tunggang langgang sembari menutupi hidungnya
yang mengucurkan darah segar.
Mama histeris dan memeluk kedua betisku. “Ma-maafkan mama,
sayang. Maafkan mama! Mama khilaf…”
Hatiku masih diamuk amarah dan mencoba mengenyahkan tangan
mama yang melingkar di kedua betisku. Tubuhnya gemetar. Mungkin dia shock. Aku benar-benar
kecewa memiliki mama seperti dia.
“Jangan bilang ke papa, sayang….mama menyesal…mama menyesal…ampun
sayang…mama tobat….”
Mama meratap tanpa henti dan aku pergi dari rumah. rumah itu
kini berubah menjadi neraka.
No comments:
Post a Comment