Sudah sejak lama Sobirin dan Asep berencana untuk memancing di sungai Cinilem. Jadi, pada malam jumat kali ini mereka pergi untuk memancing. Kali ini tak boleh gagal seperti pengalaman-pengalaman sebelumnya. Bayangkan saja, sebelum-sebelumnya mereka pernah memancing di sungai Cinilem dan hasilnya tidak terlalu memuaskan. Mereka hanya membawa beberapa ekor ikan mujair yang berukuran kecil.
“Kali ini pasti berhasil.” Ujar Asep Optimis.
Sobirin mengangguk tanda setuju. “Kalau tidak berhasil, saya lebih baik tidur semalaman sama Genderuwo.”
“Eh, kamu kalo ngomong suka sembarangan. Ini malam jum’at lho.” Timpal Asep sembari mendelik.
Sobirin hanya tertawa. “Tenang saja. Aku berani menjamin kali ini kita akan mendapatkan banyak ikan.
Beruntungnya malam itu bulan menampakan dirinya dengan sempurna. Sehingga cahaya purnama itu bisa membantu mereka di jalanan setapak hingga mereka tiba di tepian sungai Cinilem. Tak menunggu lama, mereka pun sudah tenggelam dalam diam dengan tangan kanan yang memegang joran pancingan.
Sesekali tangan kiri mereka sibuk menepuk betis, lengan dan leher karena nyamuk-nyamuk menggigiti kulit mereka.
“Sial, banyak sekali nyamuknya.” Gerutu Sobirin.
Tiga jam berlalu, tapi mereka tidak mendapatkan hasil yang memuaskan. Sobirin hanya memperoleh tiga ekor ikan berukuran selebar telapak tangan. Sementara Asep hanya mendapatkan empat ekor ikan nila yang ukurannya tak jauh beda.
“Ah, benar-benar ini mah. Kita nggak beruntung.”
“Sedikit banyak harus disyukuri Sob,” kata Asep, “mendingan dapat beberapa ekor daripada tidak sama sekali.”
Akhirnya mereka memutuskan untuk bermalam di gubuk yang ada di pinggir sungai. Karena tidak mungkin mereka pulang dalam kondisi gelap. Sementara senter yang mereka bawa sudah mulai melempem. Tanpaknya sebentar lagi baterenya akan segera habis.
“Sial, tadi sore aku lupa men-charger senternya.” Sobirin kembali menggerutu.
Sobirin dan Asep membuat tungku dan membakar ikan hasil tangkapan mereka. Kemudian memakannya dengan lahap. Setelah itu mereka pun beranjak tidur.
Beberapa jam setelahnya, Sobirin terjaga karena ingin buang air kecil. Kandung kemihnya seakan sudah penuh.
Sobirin berniat membangunkan Asep untuk mengantarnya. Bagaimana pun juga Sobirin tidak berani keluar sendiri. Dia terlalu penakut dan dia tak peduli jika nanti Asep akan mengolok-oloknya. Sobirin mengulurkan tangannya dan mengguncangkan tubuh Asep. Tapi...tunggu!
Kenapa Asep tidak memakai kaos? Dia bertelanjang dada. Kemudian kenapa dadanya berbulu? Bukanlah dada Asep tidak ditumbuhi bulu, jangankan dada, janggut sama kumis pun dia tak tumbuh.
Sobirin menajamkan pandangannya dan saat itulah dia rasanya ingin pingsan. Dia lebih baik pingsan daripada terjaga melihat apa yang dia takutkan. Mereka tidak tidur berdua, tapi bertiga dengan kehadiran seseorang yang ada di tengah-tengah mereka. Seseorang yang berambut panjang dan awut-awutan, yang berbadan penuh dengan bulu.
Sobirin ingin menjerit tapi dia tak mampu. Kini dia ingat apa yang dia katakan kepada Asep sebelum memancing. Kalau tidak berhasil, saya lebih baik tidur semalaman sama Genderuwo.
Tanpa Sobirin sadari, dia kini kencing di celana.
14 Sept 2019
Husni
Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.
you may also like
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
New Post
recentposts
My Tweet

Blog Archive
About this blog
HusniMagazine
Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis..
husnimubarok5593@gmail.com
No comments:
Post a Comment