14 Sept 2019

Bukan Mimpi Biasa

Bapak saya punya pengalaman paling horor yang pernah aku dengar. Kau mau tahu ceritanya? Baiklah, tapi kau harus berjanji untuk tidak takut ke toilet sendirian, karena aku tak mau kau merepotkan temanmu atau saudaramu. Baiklah, kita mulai saja.

Suatu malam, bapakku menginap di gubuk yang berada di pinggir sawah. Bapak biasa menginap di gubuk karena terlalu jauh untuk pulang ke rumah. Di sisi lain, terkadang adik laki-lakiku yang biasa menjemput bapak tidak ada di rumah. Maka bapak memilih tidur di gubuk. Di bagian utara gubuk masih penuh dengan pepohonan dan semak belukar. Sawah bapakku terletak di pinggiran hutan belantara yang memisahkan dua kecamatan.

Suatu malam seperti biasa, bapak mengisi waktu dengan membuat api ungun dengan kayu-kayu kering yang telah terkumpul dan membakar singkong untuk makan malam. Tak berapa lama, bapak merasa ngantuk dan berniat untuk tidur. Maklum, seharian penuh beliau bekerja keras mencangkul lahan yang baru.

Sebelum beranjak ke palupuh (lantai gubuk) bapak tak lupa menyiram bekas tungku demi keamanan. Siapa yang tahu jika api merambat dan membakar dedaunan kering, hingga bisa membakar gubuk.

Nah, ketika tidur itulah bapakku bermimpi. Bukan mimpi yang biasa, tapi mimpi ini mimpi yang membuat bapak terbangun dan tidak bisa tidur di sisa malamnya.

Dalam mimpinya bapak didatangi oleh seorang perempuan yang berambut kotor gimbal dengan baju putih kekuning-kuningan yang lusuh dan menjijikan.

Perempuan itu duduk di jojodog sementara bapak dalam mimpinya sedang duduk di bangku kecil.

“Pak, boleh saya minta air untuk mandi. Sudah seminggu tidak mandi.” Ujar perempuan gimbal itu sembari tangannya menunjuk satu ember air yang bapak simpan di pojok gubuk. Air yang biasa dipakai bapak untuk wudhu ketika hendak shalat tahajud.

Bapak mengizinkan. Tanpa menunggu lama perempuan itu mengambil ember itu dan membawanya pergi. Beberapa menit kemudian dia datang dengan rambut yang basah. Setelah itu dia kembali berkata, “Bapak, boleh saya menyalakan tungku? Saya kedinginan.”

Bapak kembali mempersilakan. Perempuan itu pun mengambil korek dan menyalakan reranting di atas tungku. Kemudian dia mendekatkan rambutnya yang basah ke arah api yang berkobar. Dia berniat mengeringkan rambut panjang keritingnya yang basah.

Tapi sialnya, jilatan api itu mengenai rambutnya dan perempuan itu berteriak kencang. Saat itulah bapak juga berteriak kaget dan terbangun dari tidurnya.

Keringat membasahi tengkuk dan dahi bapakku. Dia mengucapkan istighfar berkali-kali. Pantas saja dia bermimpi yang macam-macam. Beliau terjatuh tidur dan lupa membaca doa. Bapak melihat arloji tuanya, dan jarum jam menunjukan pukul tiga dini hari. Waktunya shalat tahajud.

Bapakku turun dari palupuh (lantai gubuk dari bambu) untuk mengambil air wudhu yang dia simpan di ember yang diletakan di pojok gubuk. Saat itulah bapakku kaget karena dia menemukan air yang telah dia siapkan sejak sore sudah raib dari ember. Ember itu kosong dan tak menyisakan setetes air pun. Bapak memeriksa ember itu, barangkali ember itu retak atau bocor, tapi tidak. ember itu masih utuh seperti sebelumnya. Dari sinilah bapakku merasa mimpinya menjadi nyata. Bulu kuduknya merinding. Berarti tadi itu bukan mimpi.

Bapak menoleh ke tungku api yang berada di depan gubuk. Bulu kuduk bapak kembali merinding ketika dia menemukan ada jejak bara api yang mengepul di tungku itu. Padahal sebelum tidur bapak sudah menyiramnya dengan air. Dan bapak juga samar-samar mencium bau hangus seperti rambut yang terbakar.
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment