25 Sept 2019

Bahkan Film Hayya pun Layak Dikritik



Berbekal rasa penasaran setelah melihat trailernya, saya pun menyempatkan diri untuk menonton film Hayya. Ternyata film ini tidak sesuai dengan ekspektasi yang saya inginkan. Dalam bayangan benak saya, saya akan melihat sebuah film dengan latar Palestina-Indonesia yang akan menyentuh jiwa dan nurani saya. Saya juga membayangkan bahwa film ini adalah film dengan alur cerita yang mendebarkan layaknya film thriller-thiller yang pernah saya tonton. Tapi nyatanya, semua jauh dari harapan.

Pertama, film ini sama sekali tidak mengambil scene di Palestina selain di menit-menit pertama yang menayangkan aktifitas para aktifis Indonesia di camp pengungsian. Itu pun hanya beberapa menit. Ditambah beberapa detik adegan di perbatasan dalam aksi ‘Great Return March’. Selebihnya, Hayya hanya menampilkan gadis cilik ‘Hayya’ di Indonesia.

Kedua, film ini boleh dibilang film drama comedy yang menampilkan candaan-candaan dan mengundang tawa penonton lewat acting tokohnya, terutama karakter Ricis. Jadi tak ada trailernya sama sekali.

Nah, tentang karakter Ricis itu sendiri, dari sinilah satu point yang menjadi point utama kritik film Hayya. Tokoh Ricis yang terkesan centil dan suka jelalatan kalo melihat lelaki ganteng jauh dari gambaran muslimah yang baik dan shalih. Bisa jadi, adanya karakter Ricis yang heboh untuk memecah kejenuhan di alur pertama. Meskipun begitu, Ricis memang digambarkan sebagai seorang muslimah yang sedang mencari kerja dan bukan seorang yang alim. Dia bukan seorang muslimah sempurna. Apalagi seorang santriwati. Setidaknya, itu pandangan saya. Sehingga bisa dimaklum.

Well, terlepas dari beberapa kelemahan tersebut, saya sangat mengapresiasi film Hayya. Saya acungkan dua jempol saya untuk film Hayya dan dedikasinya untuk Palestina. Konon katanya, sebagian keuntungan dari film ‘Hayya’ akan disalurkan untuk dana kemanusiaan anak-anak yang kurang beruntung di Palestina dan Indonesia. Bahkan keuntungan penjualan versi ‘Novel Hayya’ 100% dihibahkan untuk Palestina. Jadi, ketika kamu menonton film atau membeli novelnya secara tidak langsung ikut andil berdonasi.

Semoga Hayya menggugah rasa cinta kita untuk Palestina dan kemanusiaan.
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment