4 Jul 2019

Ketika Dirimu Merasa Terpuruk dan Hidupmu Terasa Hambar



Mungkin kamu pernah duduk di suatu tempat dan tiba-tiba merenung tentang kehidupanmu di masa sekarang. Lebih tepatnya, kamu menyesali kehidupan yang sedang kamu jalani sembari berkata, “Kenapa aku begini-begini saja? Kenapa aku tidak mencapai lebih dari yang selama ini aku harapkan?”

Kemudian kamu berpikir bahwa sudah seharusnya kamu memiliki bisnis yang membuatmu merdeka secara finansial dan tidak menggantungkan diri pada gaji tetap yang selalu terasa kurang. Atau mungkin kamu berpikir kamu adalah public figure yang dikenal dan dihormati oleh banyak orang. Mungkin kamu juga berpikir selayaknya kamu sudah memiliki rumah sehingga tidak perlu repot membayar uang sewa rumah.

Tapi nyatanya semua itu hanya angan-angan yang tak kesampaian.

Awalnya kita tidak mengeluh, dan keluhan-keluhan ini tidak pernah terpikirkan di benak kita. sampai semua ini muncul ketika kita melihat orang-orang lain di sekitar kita yang mencapai apa yang mereka harapkan. Mereka mungkin teman kita dan usianya sama dengan kita, atau bahkan lebih senior dari kita tapi memiliki prestasi yang jauh melesat dibanding diri kita. kita sih tidak bisa dikatakan bangkrut atau terpuruk. Hanya saja berjalan di situ-situ saja. stagnan dan tanpa gairah.

Kita mulai panic ketika melihat mereka dan membandingkan jalur yang mereka tempuh dengan jalur kita sendiri.

“si A adalah seorang jutawan pada usia 30.”

“Dia sudah memiliki buku best seller di usianya yang baru 26 tahun.”

"Dia menjadi CEO pada usia 40."

Siapa yang peduli? Mereka bukan kamu. Kamu menggeleng dan balik bertanya, “Itulah pertanyaannya, kenapa bukan aku? Kenapa aku tidak bisa sesukses mereka?”

Jika kamu terus memikirkan hal ini, maka semangatmu mengendur dan kamu khawatir menatap masa depanmu. Kamu berpikir hidupmu berjalan tidak sesuai rencana. Ya, hidupmu berjalan tidak sesuai dengan rencanamu, tapi dia sesuai dengan rencana Tuhan.

Istirahatkan jiwamu dan mengkhawatirkan masa depan dan sibuk melihat kesuksesan orang lain sembari merutuki diri sendiri.

Ada dua jalan yang bisa kamu ambil.

Pertama, kamu menjadikan setiap kesuksesan yang dimiliki orang lain sebagai inspirasi supaya kamu bisa mendapatkan hal yang sama. Kemudian mulai intropeksi diri.

Sadarilah bahwa orang-orang itu bisa sukses karena mereka telah berkorban disaat kita malas untuk berkorban. Mungkin mereka mengorbankan waktu istirahat mereka, sementara kita terlalu banyak tidur. Mungkin mereka mengorbankan keinginan mereka untuk terus melihat media sosial, sementara kita selalu memanjakan diri dengan membuka semua media sosial dan menghabiskan waktu di depan televisi. Yah, sekarang waktu telah mengkhianatimu. Kamu sendiri yang menjadi penyebab semua kegagalan ini.

Kedua, kamu mengasihani diri sendiri dan mencoba menghibur diri sendiri bahwa kamu tidak bisa seperti mereka dengan banyak alasan. Aku sudah terlambat mencapai semua yang telah mereka capai. Mereka memiliki banyak faktor. Aku tidak memiliki sarana untuk mendapatkan itu semua.
Tapi tidak ada yang terlambat. Kamu bisa memulainya sekarang. Tetapkan target, pasang deadline dan nikmati hidupnya yang lebih disiplin dan berenergi. Jangan lupa untuk menikmati hidup yang sedang kau jalani.

Jangan pikirkan tentang gelar yang belum didapat. Jangan pusingkan tentang buku yang belum best seller. Jangan khawatirkan tentang gaji yang masih kecil. Jangan pedulikan tentang semua tekanan yang membuat kita semakin tidak menghargai diri kita sendiri dan selalu mengutuk nasib. Jalani saja prosesnya dan tetaplah untuk berjalan di jalur yang sesuai.

Kamu perlu menyadari bahwa apa pun yang kamu lakukan SEKARANG penting. Kamu harus bertindak seperti itu. Dan Kamu perlu berhenti mendengarkan orang-orang yang berkomentar dalam kehidupanmu. Kamu juga harus berhenti membandingkan dirimu dengan orang lain.

Palingkan wajahmu ketika matamu melihat sesuatu yang menakjubkan sembari berbisik, ‘Lihat, si anu sudah menikah, kamu kapan? Lihat, si anu sudah memiliki rumah, kamu belum punya rumah. Lihat, dia sudah naik jabatan, kamu selalu diam di tempat.’

Khianati saja pandangan matamu yang selalu memprovokasimu untuk selalu membandingkan kehidupanmu dengan kehidupan orang lain.

Setiap orang memiliki kisah dan cerita yang berbeda-beda. Itu artinya setiap orang memiliki nasib yang berbeda. Hanya saja, bagaimana kita menyikapi nasib kita. percaya pada diri sendiri dan percaya pada Allah subhanahu wata'ala yang memiliki hidupmu. Selama kamu berusaha, maka kamu akan menulai hasilnya. Ingat, keringat tidak akan pernah mengkhianati setiap usaha dan perjuangan yang telah kamu lakukan dalam hidupmu.

Terinspirasi dari artikel yang dimuat di medium

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment