26 May 2019

Merdekakan Hatimu


Betapa banyak orang yang menginginkan kebebasan dengan lari menjauhi Allah subhanahu wataala. Dia menyangka bahwa Allah subhanahu wata'ala akan mengekangnya dengan aturan-aturan di dalam kitab suci yang harus dia ikuti. Dia menyangka bahwa dengan berlari dari Allah subhanahu wata'ala jiwanya akan merdeka seutuhnya. Dia berharap mendapatkan ketenangan, harapan dan masa depan yang baik dengan sedikit melenceng dari jalur yang harus dia lalui. Atau paling tidak, dia tidak berani menanggalkan agama dan keimanan, tapi dia beranggapan bahwa agama hanya sebagai jaminan bahwa dia tidak kekal di neraka, bukan sebagai jalan hidup yang harus dia jalani 100%. Padahal, siapa yang sanggup menghuni neraka walau hanya sedetik. Naudzbulillah.

Dia tidak sadar dan tidak paham bahwa justru kemerdekaan sejati adalah ketika kita dekat dengan Allah subhanahu wata'ala dan mencintainya. Semakin jauh kita dari-Nya, maka semakin jiwa kita menjadi budak sehina-hinanya. Menjadi budak dunia, jabatan, wanita, uang, obsesi dan semua yang selama ini manusia harapkan untuk mendapatkannya. Sementara ketika Tuhan ada di hatinya, maka dia tidak lagi menjadi budak harta dunia.

Maka benarlah apa yang dipanjatkan oleh Abu Bakar Radiyallahu anhu ketika berdoa kepada Allah subhanahu wata'ala, “Ya Allah, jadikan harta itu di tanganku, bukan di hatiku.” Ya, karena hati hanya untuk Allah subhanahu wata'ala. Manusia diberi dua pilihan, meletakan antara Allah atau dunia di hatinya. Jika dia mementingkan dunia, maka dia tidak akan mendapatkan ketenangan dengan mendapatkan cinta Allah. Tapi ketika dia mengutamakan hatinya untuk tempat cinta-Nya yang luas, maka dunia itu akan datang ke dalam genggaman tangannya. Atau paling tidak dunia itu tidak datang, tapi dia hidup dalam keadaan damai karena ada Allah subhanahu wata'ala bersamanya.

Benarlah apa yang dikatakan ulama, ‘Dunia itu seperti bayangan. Ketika dikejar dia lari menjauhi kita, tetapi ketika kita berlari kepadanya, dunia itu justru mengejar kita.” Sungguh analogi yang indah, bukan?

Bagaimana kita tidak merdeka, sementara Allah subhanahu wata'ala telah memberikan kepada kita apa yang kita butuhkan. Bagaimana kita tidak merdeka sementara Allah subhanahu wata'ala telah mengharamkan apa yang merugikan dan membahayakan jiwa kita. Semua yang Dia larang adalah buruk bagi jiwa kita, sebaliknya yang Dia halalkan baik bagi kita.

Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(QS. Al Baqarah: 216)

Bagaimana kita tidak merasa puas dengan syariat-Nya? Sementara kita sebagai bani Adam telah dimuliakan dengan sujudnya para malaikat kepada bapak kita, Adam. Allah subhanahu wata'ala telah melebihkan kita dibanding makhluk-makhluk lain yang Dia ciptakan. Subhanallah

Inilah hakikat dari islam serta seperangkat aturannya. Islam sebagai jalan hidup yang sejati yang menjauhkan manusia dari kejahatan menuju kebaikan, menemukan kedamaian dari kebingungan, dan mendapatkan keadilan dari kedzaliman. Islam adalah ketundukan, dan ketundukan lahir dari cahaya iman di dada. Cahaya iman ini tak ubahnya seperti makanan bagi tubuh kita. Kita tak mungkin bisa hidup tanpa adanya pasokan nutrisi dari makanan yang kita makan. begitu pun dengan jiwa kita, dia membutuhkan makanan spiritual berupa keimanan. Jika iman itu jarang kita perbaharui dengan amal kebaikan maka spiritualitas kita melemah hingga perlahan mati. Naudzubillah.

Jasad kita setidaknya membutuhkan tiga komponen untuk tetap bertahan hidup. Tiga komponen itu adalah air, makanan, dan oksigen. Kita akan mati jika tidak mendapatkan ketiganya. Begitu juga dengan ruh jiwa kita. Jiwa kita membutuhkan tiga komponen layaknya jasad kita. Adapun tiga komponen yang dibutuhkan jiwa adalah rasa cinta (mahabbah), rasa harap (raja’), dan rasa takut (khauf). Ketiga komponen ini datang dari keimanan yang terpatri di dalam dada seorang muslim.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment