Tidak pernah
sekalipun Allah mengatakan “khawatirlah tentang sesuatu”. Namun yang Allah
katakan adalah “yakinlah kepada-Ku”.
Jika kita dekat
dengan Allah, jika kita memiliki ikatan kuat dengan Dia, jika kita yakin
kepada-Nya, maka kita punya segalanya.
Yakinlah bahwa
Allah subhanahu wata'ala sebaik-baik Sang Perencana dan Rencana-Nya tidak akan
pernah salah. Mari kita ingat baik-baik bagaimana Allah subhanahu wata'ala berfirman,
“Bisa jadi kamu
membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai
sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui.”(QS. Al Baqarah: 216)
Hanya saja
terkadang kita merasa sok tahu dan menganggap rencana yang telah Allah subhanahu
wata'ala tetapkan mengecewakan kita. ketika perasaan itu timbul di hati kita
maka yakinkanlah bahwa,
Pertama, Allah subhanahu
wata'ala Maha Mengetahui masa depan kita, sementara kita tidak tahu masa depan
kita. jangankan hari esok, satu jam selanjutnya pun kita tidak tahu apa yang
akan terjadi. Kita hanya merencanakan hidup kita, adapun ketentuan dan
keputusan ada di tangan-Nya.
Mungkin saja
kita merencanakan untuk memakan ayam goreng yang telah terjasi di meja makan
satu jam kemudian. Tapi bisa saja kita tidak jadi memakannya karena ada kucing
yang menggondol ayam goreng tersebut lima menit sebelum kita memakannya. Kita
pun memesan delivery makanan cepat saji dengan perasaan kesal dan dongkol
kepada kucing nakal tersebut. Tapi kemudian kita terkejut ketika si pengantar
makanan cepat saji itu ternyata teman sama SMA kita yang bertahun-tahun tidak
bertemu. Well, ini hanya sebuah contoh dan betapa sering kita menemukan
kisah-kisah sejenis dari orang-orang sekitar kita. atau barangkali kamu
memilikinya?
Kedua, semua
yang ditetapkan Allah subhanahu wata'ala dalam hidup kita selalu mengandung
hikmah yang besar. Tidak ada yang luput dari pengawasan-Nya dan tidak ada yang
luput dari nikmat dan hikmahnya.
Terkait hal
ini, saya jadi teringat kisah yang disampaikan oleh Aa Gym ketika mengisi
tabligh Akbar di Solo tiga tahun yang lalu. Saya pikir kisah ini sangat bagus
untuk mengilustrasikan bahwa tidak selamanya yang kita anggap buruk itu buruk,
begitu juga sebaliknya.
Dikisahkan ada
seorang raja yang senang berburu ke hutan. Setiap kali berburu dia ditemani
oleh penasihatnya yang setia dan dikenal dengan kebijaksanaannya. Setiap kali
raja menemui sesuatu yang tidak mengenakan dan kesialan, penasihatnya itu
selalu berkata, “Insya Allah, ini yang terbaik.”
Suatu saat
ujung jari sang raja terpotong saat bermain-main dengan pisau. Raja pun panik
melihat darah yang memancar dari jarinya, namun sahabatnya hanya berucap “Insya
Allah, ini yang terbaik.”
Raja pun naik
pitam. Ia memerintahkan prajutit untuk memasukkan penasihatnya kedalam penjara.
Karena dalam posisi genting semacam itu, si penasihat malah berkomentar “Semoga
ini yang terbaik.”
Prajurit pun
menangkap sahabat ini dan menyeretnya ke penjara. Saat diseret, lagi-lagi si
penasihat itu berucap, “Insya Allah ini yang terbaik.”
Hari-hari
berlalu, tiba waktunya sang raja untuk berburu. Ia melarang prajuritnya untuk
mengawal masuk ke dalam hutan karena ia ingin menikmati hobinya ini sendirian.
Sambil
menikmati keheningan hutan, sang raja terus berjalan mencari buruan yang akan
ia tuju. Namun sayang langkahnya terlalu jauh. Tiba-tiba ia ditangkap oleh
gerombolan manusia primitif yang tinggal di pedalaman. Raja berusaha
menjelaskan siapa dirinya pada ketua suku, tapi mereka tetap tak mau tahu.
Hari itu
bertepatan dengan hari persembahan suku tersebut pada sang dewa. Ketua suku
memerintahkan raja yang ditangkap untuk dijadikan tumbal pada perayaan kali
ini.
Sang raja menggigil
gemetar mendengar keputusan kepala suku. Ia segera didatangi algojo yang
memeriksa keseluruhan tubuhnya. Tiba-tiba wajah algojo itu berubah, ia berkata
kepada kepala suku. “Duhai pemimpin kami, orang ini tak layak dijadikan tumbal.
Ia memiliki cacat ditangannya.”
Ternyata salah
satu syarat tumbal yang dipersembahkan harus sempurna tanpa ada cacat. Akhirnya
raja pun selamat dan dibebaskan.
Ia teringat
pada kata-kata yang dilontarkan penasihatnya dulu dan langsung mengunjunginya
ke penjara.
Raja berkata,
“Maafkan aku sahabatku, sungguh benar perkataanmu. Semua yang terjadi adalah
yang terbaik. Jariku yang terpotong telah menyelamatkanku dari maut. Namun aku
ingin bertanya, apa yang menyebabkan engkau berucap “Insya Allah ini yang
terbaik” saat kau diseret ke penjara?
Penasihat itu
menjawab, “Aku adalah sahabat yang paling dekat denganmu. Bila aku tidak
dipenjara, maka engkau akan mengajakku berburu. Dan saat engkau selamat dan
batal menjadi tumbal, maka pasti aku yang akan dijadikan tumbal oleh mereka.”
Sang raja
tertawa dan penasihat itu pun kembali bebas menghirup dunia.
Terkadang kita
tak sadar atau tidak mau mengakui bahwa pengetahuan kita sangatlah rendah
dihadapan Sunnatullah yang berjalan di muka bumi ini. Banyak sekali sesuatu
yang tidak kita senangi, padahal dibaliknya ada kebaikan besar yang menanti.
Andai kita
meyakini bahwa “yang terjadi adalah yang terbaik” maka tak ada lagi kata sedih
dan putus asa dalam kamus hidup kita. Apapun masalah yang kita hadapi akan
menjadi ringan, karena kita telah yakin dibalik kerumitan atau masalah yang
menimpa ada kenikmatan yang tidak terbayang di benak kita.
Pecayalah bahwa
setiap hikmah selalu berada di penghujung urusan. Akan tetapi seringkali kita
tidak pernah sabar dalam menghadapi dan menyikapinya sehingga selalu berburuk
sangka kepada Allah subhanahu wata'ala. Naudzubillah.
Serahkan
semuanya kepada Allah agar kamu bisa melihat kuasa Allah dalam segala hal.
No comments:
Post a Comment