29 Apr 2019

Islam Bukan Agama 'Damai'


Jika damai yang kau maksud adalah dengan mengorbankan aqidah dan ajaran kami sebagai seorang muslim atas nama toleransi, maka jelas Islam bukanlah agama damai. Karena itulah kami tidak ingin dan tidak akan pernah mengucapkan ‘Selamat terhadap hari-hari besar agama diluar agama kami.’ Bukan berarti kami tidak toleransi, tapi tak lebih karena itulah tuntutan dari ajaran kami. Sebagaimana kami tidak boleh minum alcohol dan makan daging babi. Bukankah jika kau menganggap kami tidak ‘damai’ itu artinya kalian juga tidak ‘damai’ dan tidak toleran terhadap kepercayaan kami.

Dulu, Nabi shollallahu 'alaihi wasallam pernah ditawari oleh kaumnya untuk berkompromi. Setahun menyembah Allah, setahun lagi menyembah Latta dan Uzza. Terkesan manis dan menggiurkan dengan alasan toleransi. Tapi tidak. Karena kami memiliki prinsip yang tertuang dalam ayat, Lakum dinukum waliyadin. Untukmu agamamu, untukku agamaku.

Jika damai yang kau maksud adalah dengan memberikan pipi kanan untuk ditampar setelah pipi yang kiri digampar, maka jelas islam bukan agama ‘Damai.’ Karena islam mengajarkan keadilan dan kesetaraan di mata hukum. Seorang yang dizalimi memiliki hak untuk membela kehormatannya. Bahkan di dalam islam, ketika seseorang mati karena mempertahankan keluarga, harta, kehormatan dan darahnya, maka dia mati dalam kesyahidan dan menjadi seorang martir.

Jika damai yang kau maksud adalah dengan bekerjasama dengan musuh-musuh demi menenggelamkan dan membinasakan saudara seiman, maka jelas sudah bahwa Islam bukan agama yang ‘Damai.’ Karena islam memiliki prinsip al-wala dan al-baro. Kepada siapa loyalitas diberikan, dan kepada siapa anti-loyalitas ditujukan. Jika kami melawan saudara seiman dengan mengikat persahabatan mesra dengan musuh maka jelas sudah kami sebagai seorang munafik.

Jika damai yang kau maksud adalah dengan tidak menerima ayat perang, maka jelas sudah bahwa islam bukan ‘agama damai.’ Karena di dalam islam, mau tidak mau disebutkan perintah untuk berperang menumpas kejahatan, menumpas orang-orang yang memusuhi dan memerangi islam itu sendiri.

Toh Islam sendiri telah membuktikan di dalam pentas sejarah bahwa tidak pernah sekalipun islam menjadi penjajah dan penindas.

Mari saya ajukan selusin pertanyaan kepadamu sekalian.
Siapa yang pertama kali memperbudak bangsa kulit hitam di benua afrika? Bangsa kulit putih eropa. Dan mereka bukan muslim.
Siapa yang pertama kali menjadi bangsa kolonialis yang menjajah tanah-tanah afrika dan Asia? Bangsa kulit putih eropa, dan mereka lagi-lagi bukan muslim.
Siapa yang membantai dan melakukan genosida terhadap Indian di Amerika dan Aborigin di Australia? Jawabnya bukan muslim.
Siapa yang menyebarkan agama dengan jalan penjajahan? Jawabnya bukan islam, karena islam masuk ke berbagai penjuru dunia, termasuk nusantara dengan jalan niaga dan perdagangan.

Siapa yang menghancurlantakan Nagasaki dan hirosima dengan bom atom? Jawabnya bukan muslim.
Siapa yang telah membantai jutaan umat manusia demi memaksakan konsep demokrasi di Timur tengah? Jelas bukan muslim, karena justru muslim yang menjadi korbannya dengan kamuflase melawan terorisme.

Dan mari kita lihat betapa di berbagai penjuru muslim menjadi korban kebiadaban demi kebiadaban. Muslim Suriah dan Yaman menjadi korban sekte syiah, muslim Palestina korban Israel, Muslim Rohingya menjadi ladang pembantaian Budha Myanmar, dan Muslim Kashmir menjadi korban represif Pemerintah India.

Jadi, silakan katakan Islam bukan agama damai. Karena selamanya Muslim tidak akan berdamai dengan pihak yang memusuhinya dengan menyerahkan kehormatan. Andai muslim di nusantara itu damai, mungkin mereka tidak akan pernah melawan penjajah portugis, Belanda dan Jepang. Karena mereka memiliki kehormatan dan pantang berdamai, pada akhirnya kita bisa menghirup udara kemerdekaan.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment