28 Apr 2019

Aku Bangga Menjadi Muslim ‘Garis Keras’



Selama ini, ketika kau mendengar istilah ‘Islam garis keras’ maka yang terbayang di benakmu adalah muslim yang kaku, jumud, rigid, dan tidak toleran dengan perbedaan. Jika kau mendengar istilah ‘muslim garis keras’ maka yang kau bayangkan adalah seorang muslim yang anti Pancasila dan UUD 45, yang gampang kufar-kafir sana sini dan menganggap pemerintah Indonesia sebagai taghut.

Tapi tak ada salahnya jika kau memiliki definisi islam garis keras seperti yang kau yakini. Tapi terkadang ‘Islam garis keras’ juga bersinonim dengan ‘islam fundamentalis.’ Lagi-lagi ketika kita mendengar ‘muslim/islam fundamentalis’ adalah muslim yang keras, rigid, jumud dan keras. Iya kan?

Tapi, bagi saya, tidak sah dan tidak akan pernah sempurna keimanan seseorang selama dia belum menjadi seorang muslim yang keras dan fundamentalis. Bahkan islam fundamentalis inilah islam yang murni dan sebenar-benarnya.

Mari kita lihat bagaimana definisi ‘Fundamentalis’ di dalam KBBI. Di dalam KBBI disebutkan, “Fundamentalis adalah penganut gerakan keagamaan yang bersifat kolot dan reaksioner yang selalu merasa perlu kembali ke ajaran agama yang asli seperti yang tersurat di dalam kitab suci.”

Bukankah kita harus mengikuti salaf (yang terdahulu) dan kita perlu kembali ke ajaran agama yang asli yang tersurat dari kitab suci? Ada yang salah?

Di sisi lain, selain istilah islam garis keras, islam fundamentalis, kita juga sering mendengar istilah ‘Islam radikal.’ Dan ini juga sinonim yang pas. Sekali lagi saya dan kita semua harus menjadi muslim radikal. Karena radikal adalah kembali kepada prinsip dan kembali ke dasar. Islam harus memegang teguh prinsip pokok.

Oke, sekarang kita sudah memahami bahwa tidak ada masalah dengan istilah islam garis keras, fundamental dan radikal. Justru kita harus bangga menjadi islam garis keras.

Mereka juga bilang, islam garis keras adalah islam yang sangat keras terhadap orang kafir. Lho, memangnya ada masalah dengan hal ini? Bukankah Allah subhanahu wata'ala sendiri sudah secara jelas menjelaskan kepada kita untuk bersikap keras terhadap orang kafir? Tentunya kafir disini adalah mereka yang menentang dan benci terhadap dakwah dan kehanifan islam.

Ingatkah kau dengan Firman Allah subhanahu wata'ala yang mengatakan bahwa karakter muslim sejati itu adalah yang lembut terhadap sesama muslim dan keras terhadap orang kafir?

"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, . . ." (QS. Al-Fath: 29)

Inilah yang dituntut dari kita. keras terhadap kafir harbi dan lemah lembut terhadap sesama muslim. Bukan malah sebaliknya, berlemah lembut terhadap orang kafir, tapi keras terhadap sesama muslim. Bukankah ada kelompok muslim dari salahsatu organisasi muslim di Indonesia yang bangga dengan islam nusantara mereka dan mencela islam transnasional (istilah mereka untuk organisasi yang berasal dari luar indonesia semacam IM dan HTI). Di satu sisi mereka mencela muslim yang tidak sefaham dengan mereka, tapi mereka memuji dan memuja orang kafir, bahkan bekerjasama dengan orang kafir. Jika dengan orang kafir bisa mesra, lalu kenapa dengan sesama muslim tidak?

Lihatlah mereka yang lidahnya mengeluarkan api dan mencela dan melecehkan sesama muslim, tapi memuji orang kafir setinggi langit, bahkan dijadikan duta santri. Inikah yang kita sebut sebagai muslim garis lemah lembut, lemah gemulai laksana banci?
Jika begitu, saya bangga menjadi muslim garis keras yang tidak mengorbankan prinsip keislaman saya.
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment