Anakku,
Di batas cakrawala itu aku melihat kemerdekaan kita
Dari tembok dan kawat berduri itu aku menghirup aroma musim semi yang segera tiba
Ayah bisa melihat kemenangan itu bukan hanya sekedar mimpi, tapi sebuah cita
Anakku,
Kakiku sudah mendahuluiku ke surga
Sementara aku masih menunggu apa yang dituliskan Tuhan kita
Anakku
Kau adalah mutiara jiwa yang tak akan lekang bersama masa
Andai ayah tak lagi kembali,
Entah karena peluru atau karena gas yang menyesakan dada
Ayah titipkan impian kepadamu
Ayah wariskan cita dan harapan hanya untukmu
Kau adalah mata rantai palestina dan gaza
Anakku
Mungkin ayah tertatih dan tak lagi purna
Tapi cinta ayah selalu purna
Untukmu
Untuk gaza
Untuk Palestina
Demi kehormatan agama dan tanah air kita
Hingga kita kembali merebut tanah kita dari manusia keturunan kera
Hingga kita bisa menghancurkan mereka tanpa tersisa
Anakku,
Kau adalah mata rantai cinta
Yang mewarisi darah pejuang
Kau
Hanya kau yang menjadi sebab ayah tak lagi mengkhawatirkan jiwa ini
Karena hanya kehormatan yang selalu ada di hati
Anakku,
Inilah tanah Palestinamu
Tanah kita yang diberkahi selamanya
===
===
Suatu Senja di Gaza
Senja itu asap hitam masih membumbung di langit Gaza
menguarkan aroma menyengat dan mengaburkan semburat cakrawala
Dan mereka terus mengibarkan bendera tiga warna
Merah, hitam putih dan hijau berkelepak dipermainkan angin
perbatasan
Menari-nari diantara yel-yel pembebasan
Di sudut lain,
Aku melihat seorang ayah terluka dikepala
Seorang sniper zionis telah menyasar batok-batok kepala
pemegang bendera
Darah mulai mengucur deras
Lelaki itu terkapar di tanah berpatasan
Bocah kecil dengan sedu sedan tertahan berada disisinya
sembari berkata lirih,
'Ayah...Ayah...'
Bocah kecil itu begitu ketakutan melihat darah
Dan disinilah mereka terdampar
Diantara alat-alat operasi yang siap membedah
Sementara helaan nafas sang Ayah mulai melemah
si Bocah terisak dan hanya menatap ayahnya dengan nanar,
"Ayah...ayah..."
Aku melihat pria itu membuka kelopak matanya.
‘Anakku, cintaku.’
Dia tersenyum dan menghembuskan nafas terakhirnya.
Sementara genggaman tangan itu semakin melemah.
No comments:
Post a Comment