Beberapa waktu yang lalu ramai berita tentang
partai politik yang menolak perda syariat. Di sisi lain, banyak umat islam yang
menolak syariat dengan alasan tidak relevann dan tidak mendatangkan kebaikan.
Padahal, sejatinya syariat itu sendiri adalah untuk kebaikan manusia itu
sendiri. Allah subhanahu wata'ala Adalah
Sang Pencipta. Allah subhanahu wata'ala Tahu mana yang baik dan yang
buruk bagi hamba-Nya. Sehingga Dia menurunkan syariat sebagai acuan dan aturan
untuk keamanan dan kesejahteraan kehidupan. Dia Maha Tahu sementara kita tidak
tahu. Lalu, kenapa masih ada orang yang anti terhadap syariat?
Untuk menjawabnya, mari kita simak sebuah
kisah sebagai analogi.
Alkisah ada seekor ikan yang hidup di sebuah
kolam yang berair bening. Disana ikan itu hidup damai dengan gerombolannya. Dia
merasa bahagia bisa hidup di kolam tersebut. Tidak ada predator yang memangsa
mereka, tidak juga kekurangan makanan.
Hingga suatu hari si ikan mendongak ke atas
langit dan melihat burung yang terbang. Kemudian si ikan berpikir, “Andai aku
bisa terbang seperti burung itu terbang diantara awan.”
Kemudian si ikan menoleh lagi dan melihat
seekor rusa yang minum air di tepian kolam. Maka si ikan berpikir, “Andai aku
bisa hidup seperti rusa, melihat hamparan luas padang rumput dan matahari yang
terbit serta terbenam di horizon langit. Ikan hanya tahu hal itu dari cerita si
rusa. Sementara dia sendiri belum pernah melihat seperti apa padang rumput itu
dan seperti apa matahari terbit dan terbenam.
Dan di hari yang lain si ikan melihat monyet
yang bergelantungan di pohon dan bercanda kesana-kemari bersama teman-temannya.
kemudian si ikan berpikir andai dirinya bisa seperti monyet yang bersenang ria
di atas pohon.
Maka, si ikan sudah terganggu dengan semua
kesenangan yang dia lihat di daratan dan di udara. Suatu hari, dia sudah
meyakinkan dirinya untuk meloncat dari air dan menemukan kehidupan baru di daratan.
Dengan satu lompatan penuh, si ikan mendorong tubuhnya dari air. Terbang
beberapa saat di udara, si ikan tersenyum senang karena melihat daratan yang
benderang. Tubuhnya mendarat di hamparan rumput. Si kan menggelepar senang.
beberapa menit kemudian dia menyadari ada yang salah. Dia sesak nafas.
Insangnya membuka dan menutup untuk mencari nafas. Si ikan megap-megap karena
tidak bisa bernapas. Ikan menggelepar. Dia sadar dia butuh air. Dia mencoba
menggelepar dan meloncat kembali ke dalam kolam. Tidak bisa. Dia semakin lemas
dan pada akhirnya mati beberapa meter di samping kolam yang selama ini telah
menawarkan kedamaian dalam hidupnya.
Apa pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah
ini?
Seseorang yang ingin melepaskan dirinya dari
aturan syariat untuk mendapatkan kebebasan dan kepuasan kita umpamakan seperti
ikan yang menginginkan kebebasan di luar permukaan air yang menjadi wilayah
hidupnya. Tanpa aturan syariat, jiwa kita akan megap-megap dan mati kekeringan
ruhani.
No comments:
Post a Comment