31 Mar 2019

Pro Khilafah Sama Dengan Anti NKRI?


Apa yang tergambar di benakmu ketika kau mendengar kata ‘khilafah?’ Apakah kau membayangkan tentang ISIS dengan pemenggalan demi pemenggalan kepala? Ataukah kalian membayangkan tentang peperangan yang tiada habisnya? Atau kalian membayangkan NKRI bubar sebubar-bubarnya? Atau kalian menganggap kehidupan akan semakin buruk dengan eksistensi khilafah? Well, semua dugaan itu adalah hoax belaka. Semua ketakutan itu datang tanpa dasar dan tanpa landasan ilmu. Kalian telah termakan propaganda media atau setidaknya tidak faham tentang hakikat khilafah itu sendiri. Berangkat dari hal itulah saya terpanggil untuk menulis artikel ini.
Pertanyaannya, benarkah khilafah membahayakan NKRI?

Jawabannya tidak. sama sekali tidak. ketika ada seorang khalifah yang memimpin umat islam sedunia, itu bukan berarti semua negara akan melebur. Bisa saja NKRI akan tetap ada dengan bendera merah putihnya. Tidak serta merta seluruh dunia harus mengibarkan bendera ‘khilafah.’

Kau pernah dengar paus urbanus dan vatikan? Yeap! Vatikan menjadi kiblat umat katolik sedunia, dan Paus adalah pemimpin spiritual katolik sedunia. Pertanyaannya, apakah umat muslim memilikinya? Tidak! dan fungsi seorang khalifah adalah sebagai pemimpin umat islam sedunia, dengan berbagai latar belakang negara dan budaya yang berbeda. Layaknya Paus menjadi pemimpin umat Katolik sedunia.

Sekali lagi mari melontar tanya, apakah khilafah membahayakan NKRI?

Jawabnya tidak! karena sejak nusantara ini eksis dengan kerajaann-kerajaan islamnya, para raja-raja di nusantara telah berhubungan dengan kekhilafahan turki utsmani. Bahkan para raja-raja itu berbaiat untuk bergabung dengan turki utsmani. Lantas, apakah raja-raja itu dicopot dari posisinya hanya karena ada khalifah di turki? Tidak! lantas apakah bendera-bendara dan aturan serta undang-undang kerajaan islam di nusantara harus melebur dengan sistem undang-undang khilafah Turki utsmani? Tidak.

Jika khilafah tegak –dan ini sudah jani dari Rasulullah shallallahu Alaihi wassalam-di dalam haditsnya yang mulia- maka umat islam akan memiliki pengayom. Umat islam akan berwibada di hadapan orang-orang kafir dan tidak ada lagi penindasan-penindasan terhadap umat islam

1.       Tidak ada lagi penjajahan Palestina, pengusiran Rohingya, pembantaian yang terjadi di mana-mana dan penghinaan al-quran dan Nabi. Kenapa? Karena umat islam punya pemimpin dan punya wibawa. 

2.       Umat islam dengan berbagai latar negara, bendera dan mazhab akan memiliki satu komando dari seorang khalifah. Bukan berarti umat islam harus membangkang kepada pemerintah, karena bisa pemerintah indonesia pun akan bekerjasama dengan khalifah. Sebagaimana vatikan bekerjasama dengan roma dan negara-negara katolik lainnya.

Bahkan khilafah adalah janji dari Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam yang tidak bisa dibantah. Kelak, khilafah akan kembali tegak dan menjadi naungan bagi seluruh umat manusia
Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda,

“Periode kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya. Setelah itu datang periode khilafah aala minhaj nubuwwah (kekhilafahan sesuai manhaj kenabian), selama beberapa masa hingga Allah ta’ala mengangkatnya. Kemudian datang periode mulkan aadhdhan (penguasa-penguasa yang menggigit) selama beberapa masa. Selanjutnya datang periode mulkan jabbriyyan (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah ta’ala. Setelah itu akan terulang kembali periode khilafah ‘ala minhaj nubuwwah. Kemudian Nabi Muhammad saw diam.” (HR Ahmad; Shahih).

Secara urut, bentuk dan perubahan sistem pemerintahan yang akan terjadi adalah:

Pertama, Masa pemerintahan yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad yang disebut sebagai masa Kenabian. Periode ini berakhir dengan wafatnya beliau.

Kedua, Periode Khilafah berdasarkan Manhaj Nubuwwah. Masa ini dimulai dengan berdirinya kekhilafahan Abu Bakar sampai wafatnya Ali ra. Sebagian ulama memasukkan pemerintahan Hasan bin Ali ke dalam periode ini. Inilah 30 tahun masa khilafah ala manhaj nubuwwah, seperti disebutkan oleh Nabi saw.

Ketiga, Periode mulkan aadhdhan (penguasa-penguasa yang menggigit). Yaitu setelah kekhilafahan Hasan bin Ali sampai runtuhnya kekuasaan Turki Utsmani menjelang abad 20. Awal periode ini adalah akhir periode khilafah rasyidah, atau disebut dalam hadis lain sebagai masa raja-raja. Namun, perlu dicatat bahwa karakter kerajaan ini bersifat global dan tidak menutup kemungkinan adanya raja yang mengikuti sunah dan menerapkan syariat dan jihad fi sabilillah. Seperti yang terjadi pada masa Umar bin Abdul Aziz dan khalifah-khalifah setelahnya.

Keempat, Periode mulkan jabbriyyan (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak). Yaitu sejak runtuhnya dinasti Utsmani sampai hari ini. Dimana umat islam tercerai berai dan menjadi mangsa bangsa lain. Amerika dengan pemaksaan demokrasinya dan berbagai rezim yang merugikan kaum muslimin.

Kelima, Khilafah bermanhaj Nubuwwah. Insya Allah, janji Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam tidak ada yang mustahil.

Khalifah tidak identik dengan ISIS karena ISIS bukanlah representasi umat islam. Khilafah juga bukan hanya milik HTI, tapi juga umat islam pada umumnya. Yang kamu perlukan hanyalah belajar untuk memahami khilafah dari dekat, bukan dengan tatapan sinis dari kejauhan dan tengok kanan kiri untuk mencari komentar dan nyinyiran. Kemudian berteriak lancang, “Jangan berani-berani berpikir akan mendirikan khilafah di NKRI! Nggak nyambung non! Jelas jika ada orang yang berteriak seperti itu, saya sangat ingin menjitak kepalanya. Ada yang mau mendaftar untuk dijitak. Silakan.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment