Apa yang tergambar di benakmu ketika kau
mendengar kata ‘khilafah?’ Apakah kau membayangkan tentang ISIS dengan
pemenggalan demi pemenggalan kepala? Ataukah kalian membayangkan tentang
peperangan yang tiada habisnya? Atau kalian membayangkan NKRI bubar
sebubar-bubarnya? Atau kalian menganggap kehidupan akan semakin buruk dengan
eksistensi khilafah? Well, semua dugaan itu adalah hoax belaka. Semua ketakutan
itu datang tanpa dasar dan tanpa landasan ilmu. Kalian telah termakan
propaganda media atau setidaknya tidak faham tentang hakikat khilafah itu
sendiri. Berangkat dari hal itulah saya terpanggil untuk menulis artikel ini.
Pertanyaannya, benarkah khilafah membahayakan
NKRI?
Jawabannya tidak. sama sekali tidak. ketika ada
seorang khalifah yang memimpin umat islam sedunia, itu bukan berarti semua
negara akan melebur. Bisa saja NKRI akan tetap ada dengan bendera merah
putihnya. Tidak serta merta seluruh dunia harus mengibarkan bendera ‘khilafah.’
Kau pernah dengar paus urbanus dan vatikan?
Yeap! Vatikan menjadi kiblat umat katolik sedunia, dan Paus adalah pemimpin
spiritual katolik sedunia. Pertanyaannya, apakah umat muslim memilikinya?
Tidak! dan fungsi seorang khalifah adalah sebagai pemimpin umat islam sedunia,
dengan berbagai latar belakang negara dan budaya yang berbeda. Layaknya Paus
menjadi pemimpin umat Katolik sedunia.
Sekali lagi mari melontar tanya, apakah
khilafah membahayakan NKRI?
Jawabnya tidak! karena sejak nusantara ini
eksis dengan kerajaann-kerajaan islamnya, para raja-raja di nusantara telah
berhubungan dengan kekhilafahan turki utsmani. Bahkan para raja-raja itu
berbaiat untuk bergabung dengan turki utsmani. Lantas, apakah raja-raja itu
dicopot dari posisinya hanya karena ada khalifah di turki? Tidak! lantas apakah
bendera-bendara dan aturan serta undang-undang kerajaan islam di nusantara
harus melebur dengan sistem undang-undang khilafah Turki utsmani? Tidak.
Jika khilafah tegak –dan ini sudah jani dari
Rasulullah shallallahu Alaihi wassalam-di dalam haditsnya yang mulia- maka umat
islam akan memiliki pengayom. Umat islam akan berwibada di hadapan orang-orang
kafir dan tidak ada lagi penindasan-penindasan terhadap umat islam
1.
Tidak ada
lagi penjajahan Palestina, pengusiran Rohingya, pembantaian yang terjadi di
mana-mana dan penghinaan al-quran dan Nabi. Kenapa? Karena umat islam punya
pemimpin dan punya wibawa.
2.
Umat islam
dengan berbagai latar negara, bendera dan mazhab akan memiliki satu komando
dari seorang khalifah. Bukan berarti umat islam harus membangkang kepada
pemerintah, karena bisa pemerintah indonesia pun akan bekerjasama dengan
khalifah. Sebagaimana vatikan bekerjasama dengan roma dan negara-negara katolik
lainnya.
Bahkan khilafah adalah janji dari Rasulullah shollallahu
'alaihi wasallam yang tidak bisa dibantah. Kelak, khilafah akan kembali tegak
dan menjadi naungan bagi seluruh umat manusia
Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda,
“Periode kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya. Setelah itu datang periode khilafah aala minhaj nubuwwah (kekhilafahan sesuai manhaj kenabian), selama beberapa masa hingga Allah ta’ala mengangkatnya. Kemudian datang periode mulkan aadhdhan (penguasa-penguasa yang menggigit) selama beberapa masa. Selanjutnya datang periode mulkan jabbriyyan (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah ta’ala. Setelah itu akan terulang kembali periode khilafah ‘ala minhaj nubuwwah. Kemudian Nabi Muhammad saw diam.” (HR Ahmad; Shahih).
Secara urut, bentuk dan perubahan sistem
pemerintahan yang akan terjadi adalah:
Pertama, Masa pemerintahan yang dipimpin
langsung oleh Nabi Muhammad yang disebut sebagai masa Kenabian. Periode ini
berakhir dengan wafatnya beliau.
Kedua, Periode Khilafah berdasarkan Manhaj
Nubuwwah. Masa ini dimulai dengan berdirinya kekhilafahan Abu Bakar sampai wafatnya
Ali ra. Sebagian ulama memasukkan pemerintahan Hasan bin Ali ke dalam periode
ini. Inilah 30 tahun masa khilafah ala manhaj nubuwwah, seperti disebutkan oleh
Nabi saw.
Ketiga, Periode mulkan aadhdhan
(penguasa-penguasa yang menggigit). Yaitu setelah kekhilafahan Hasan bin Ali
sampai runtuhnya kekuasaan Turki Utsmani menjelang abad 20. Awal periode ini
adalah akhir periode khilafah rasyidah, atau disebut dalam hadis lain sebagai
masa raja-raja. Namun, perlu dicatat bahwa karakter kerajaan ini bersifat
global dan tidak menutup kemungkinan adanya raja yang mengikuti sunah dan
menerapkan syariat dan jihad fi sabilillah. Seperti yang terjadi pada masa Umar
bin Abdul Aziz dan khalifah-khalifah setelahnya.
Keempat, Periode mulkan jabbriyyan (penguasa-penguasa
yang memaksakan kehendak). Yaitu sejak runtuhnya dinasti Utsmani sampai hari
ini. Dimana umat islam tercerai berai dan menjadi mangsa bangsa lain. Amerika
dengan pemaksaan demokrasinya dan berbagai rezim yang merugikan kaum muslimin.
Kelima, Khilafah bermanhaj Nubuwwah. Insya
Allah, janji Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam tidak ada yang mustahil.
Khalifah tidak identik dengan ISIS karena ISIS
bukanlah representasi umat islam. Khilafah juga bukan hanya milik HTI, tapi
juga umat islam pada umumnya. Yang kamu perlukan hanyalah belajar untuk
memahami khilafah dari dekat, bukan dengan tatapan sinis dari kejauhan dan
tengok kanan kiri untuk mencari komentar dan nyinyiran. Kemudian berteriak
lancang, “Jangan berani-berani berpikir akan mendirikan khilafah di NKRI! Nggak
nyambung non! Jelas jika ada orang yang berteriak seperti itu, saya sangat
ingin menjitak kepalanya. Ada yang mau mendaftar untuk dijitak. Silakan.
No comments:
Post a Comment