Sepelit-pelitnya
orang, dia tidak suka disebut sebagai orang pelit. Dan tidak akan ada cerita
sesama orang pelit membuat sebuah komunitas atau asosiasi. Orang pelit pun
tidak suka orang pelit selain darinya.
Orang pelit
dan orang dermawan sama-sama memberi manfaat dalam kehidupan kita. orang
dermawan memberi pertolongan, sementara orang pelit memberi kita pelajaran.
Mari saya
lontarkan satu tanya kepadamu, mana yang akan kamu pilih; mentraktir atau
ditraktir?
Jika kamu
lebih sering memilih menjadi pihak yang selalu diberi pertolongan dan
ditraktir, maka otak bawah sadar akan merekam, ‘Aku tidak mampu dan pantas
untuk dikasihani.’ Karena pola pikir dan mindset seperti inilah, maka kemampuan
dan semangat kita menjadi melemah. Kita tidak lagi memiliki harapan selain
kepada uluran tangan orang lain. Sayangnya, tipe orang seperti ini banyak
jumlahnya. Atau jangan-jangan kamu termasuk diantaranya. :D. Ngarep-ngarep
ditraktir.
Ayolah,
cobalah untuk memiliki rasa malu sedikit. Untuk berubah dan mengubah mental
peminta dan pengharap uluran tangan orang lain. Jadilah pemberi. Jadilah tangan
yang diatas.
Milikah mental
kaya. Diberi ya terima dengan penuh syukur. Karena Rasulullah shollallahu
'alaihi wasallam pun menganjurkan kita untuk tidak menolak hadiah. Tidak diberi
ya jangan ngarep-ngarep. Jangan pula minta-minta kecuali dalam keadaan darurat
dan terpaksa. Nabi shollallahu 'alaihi wasallam menerima hadiah dan beliau shollallahu
'alaihi wasallam tidak meminta-minta. Maka harga diripun terjaga.
"Sesiapa
yang meminta sesuatu kepada orang lain tanpa adanya kebutuhan, maka ia telah
memakan bara api,"
(HR Ahmad)
Berhentilah melontarkan
ungkapan, ‘traktir dong, minta dong, gratis dong, oleh-oleh dong.’
Pernah melontarkan
kalimat itu? atau sering? :D
Awal-awalnya
cuma iseng, lama-lama jadi kebiasaan. Berurat-berakar.
Mental kaya
menjaga harga diri kita. walaupun belum kaya, ia terus berbagi dan menjaga
harga diri. maka Allah subhanahu wata'ala akan memasukan ketentraman dan rasa
cukup di dalam hatinya.
Lalu apa
yang bisa kita lakukan jika meminta-minta tercela? Jangan berharap dan banyak
meminta kepada manusia. Ada yang Maha Kaya. Ada yang Di Atas yang menunggu
tanganmu menengadah. Mintalah kekayaan, kelapangan dan kecukupan kepada Yang Di
Atas.
Bahagia itu
bukan ketika mendapatkan, melainkan ketika membagi-bagikan. Itulah mental kaya.
Kalaupun meminta-minta, cukuplah kepada Sang Pencipta.
Terinspirasi
dari tulisan Ipho Santosa
No comments:
Post a Comment