Mungkin kamu sudah berusaha semaksimal mungkin untuk
menjemput rezeki-Nya. Tapi apa yang kamu dapat? Kamu hanya mendapatkan lelah
dan kesempitan rezeki. Mungkin rezeki itu tidak mencukupi kebutuhanmu. Mungkin uang
banyak di dompet, tapi pengeluaranmu juga banyak. Mungkin uangmu sedikit, tapi
kamu juga masih memiliki banyak kebutuhan yang tidak terealisasikan.
Mungkin kamu sudah berusaha ta’aruf berkali-kali tapi selalu
gagal membawanya ke pelaminan. Mungkin kamu sudah berusaha untuk menikah tapi
belum juga mendapatkan jodoh untuk mendampingi hidupmu.
Mungkin kamu sudah bertahun-tahun menikah tapi kamu belum
juga merasakan kebahagiaan. Alih-alih kebahagiaan yang didapat, justru
ketidakharmonisan dengan suami/istri yang menyebabkan rumah tanggamu bagai
neraka dunia. Sehingga slogan rumahku surgaku tinggal slogan yang jauh panggang
dari api.
Mungkin kamu sudah lama mengangankan bayi yang lahir dari
rahimmu/rahim istrimu. Tapi rupanya Allah subhanahu wata'ala belum menghadiahi
kita keturunan.
Apa yang harus kamu lakukan?
Lihat dulu bagaimana hubunganmu dengan Allah subhanahu
wata'ala. Jika hubunganmu dengan Allah subhanahu wata'ala baik, maka itu ujian
dari Allah subhanahu wata'ala. Tapi jika
hubunganmu dengan Allah subhanahu wata'ala buruk, maka boleh jadi semua
kesulitan, kesusahan, kesempitan dan keresahan itu datang karena kita jauh dari
Allah subhanahu wata'ala.
Boleh jadi kita jarang shalat berjamaah atau selalu
menunda-nunda shalat hingga di akhir waktunya, sehingga –bisa jadi- Allah pun
mengakhirkan urusan-urusan kita dalam prioritas-Nya.
Maka tak heran jika Syaikh al-Utsaimin rahimahullah berkata,
“Sesiapa yang mengakhirkan shalatnya, maka Allah akan mengakhirkan
urusan-urusannya.”
Boleh jadi kita jarang –atau bahkan tidak pernah-
beristighfar kepada Allah subhanahu wata'ala. Karena dengan istighfarlah kita
akan ‘memancing’ rahmat dan keberkahan dari Allah subhanahu wata'ala datang
kepada kita.
Ada seorang yang mengadu musim paceklik kepada Hasan
al-Bashri rahimahullah. Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, ‘Istighfarlah
engkau kepada Allah.’
Ada lagi yang mengadu bahwa dia miskin, Hasan al-Bashri
rahimahullah tetap menjawab, ‘Mintalah ampun kepada Allah.’
Lain lagi orang yang ketiga, ia berkata, ‘Doakanlah saya
agar dikaruniai anak.’ Hasan al-Bashri rahimahullah tetap menjawab, ‘Mintalah
ampunan kepada Allah.’
Kemudian ada juga yang mengadu bahwa kebunnya kering. Hasan
al-Bashri rahimahullah tetap menjawab, ‘Mohonlah ampun kepada Allah.’
Melihat hal itu, Rabii’ bin Subaih bertanya, ‘Tadi
orang-orang berdatangan kepadamu mengadukan berbagai permasalahan, dan engkau
memerintahkan mereka semua agar beristighfar, mengapa demikian?’
Hasan al-Bashri rahimahullah menjawab, ‘Aku tidak menjawab
dari diriku pribadi, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengatakan dalam
firman-Nya (yang artinya),
“Maka, Aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah amounan kepada
Rabb-mu, -seseunnguhnya dia adalah Maha Pengampun-, niscaya dia akan
mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan
anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di
dalamnya) untukmu sungai-sungai.’” (QS. Nuh [71]: 10-12)
Sahabat, mari kita hisab tentang shalat berjamaah kita,
tilawah kita, dan istighfar kita. barangkali ada yang terlupa sehingga kita
alpa, barangkali ada yang terlewat sehingga kita tak lagi merasakan nikmat,
barangkali ada yang kurang sehingga kita gelisah berkepanjangan.
No comments:
Post a Comment