20 Jan 2019

Tangisan yang Merobek Fajar



Kayla merasa ada yang tidak biasa dari siklus haidhnya. Sudah sepekan lebih dia tidak mengalami haidh dari jadwal yang semestinya. Sementara itu dia sering mengalami mual-mual dan pening. Dia berpikir bahwa bisa saja dirinya hamil sehingga tadi pagi dia menyempatkan diri untuk membeli test pack di apotik terdekat, walau dalam keadaan yang kurang sehat. Tak menunggu lama dia segera memeriksa urinenya dan dia bersorak saat itu juga. Test pack mengabarinya tentang kehamilan. Dia hamil! Ya Tuhan! Bahkan dia belum pernah merasakan ledakan kebahagiaan seperti yang dia rasakan seperti sekarang ini.

Betapa ingin dia memberitahukan kabar membahagiakan tersebut kepada Jeff. sayangnya, Jeff sedang pergi berkunjung ke doker Marcus untuk memastikan kondisi kesehatannya yang akhir-akhir ini kembali memburuk. Tadi pagi dia meminta Mehmet untuk mengantarnya karena Kayla merasa dirinya sedang tidak sehat setelah mengalami mual dan pening.

Tiba-tiba saja rasa pening dan mual itu hilang, tergantikan oleh energy kebahagiaan yang hampir-hampir membuat Kayla lupa dengan kondisi dirinya sendiri. Kayla menangis bahagia. Dia akan menjadi seorang ibu, dan Jeff akan menjadi seorang ayah. Dia membayangkan bayi mungil tertidur di pangkuannya. Dia membayangkan tangis bayi, disusul tawa dan celotehan anak kecil beberapa tahun setelahnya. Dia membayangkan tentang keluarga kecilnya. Kayla kembali meledak oleh tangis bahagia. Ya Tuhan, inilah kebahagiaan seorang calon ibu? Kayla mengelus perutnya yang masih rata. Dia tahu, ada benih bayi yang sekarang bersemayam di perutnya dan dia harus menjaganya.

Menjelang siang, Jeff pulang dengan diantar Mehmet. Kayla tidak ingin adiknya tahu. Pun dia tidak ingin keluarganya tahu. Dia hanya ingin berbagi kebahagiaan dengan Jeff. jadi dia menunggu Mehmet pergi dengan Cadillacnya, baru setelah itu dia mendatangi Jeff yang tengah berbaring di sofa ruang tamu.

“Jeff, aku punya kejutan untukmu.”

“Ah, setiap hari kau selalu memberiku kejutan sayang. Ciuman panasmu selalu menjadi kejutan untukku.”

“Tapi ini beda.” Timpal Kayla dengan kerlingan penuh rahasia.

“Apa?”

“Pejamkan matamu.” Pinta Kayla dan Jeff tak perlu menunggu lama untuk memejamkan matanya. Dia tahu Kayla selalu membuatnya senang dan bahagia. Kayla mengeluarkan test pack yang dia genggam sedari tadi di telapak tangan suaminya. “Sekarang buka matamu.”

Jeff membuka matanya dan melihat benda mungil itu di telapak tangannya. “Apa ini?”

“Test pack. Aku hamil Jeff. kau akan menjadi seorang ayah…” lirih Kayla dengan mata yang berkaca-kaca.

Jeff terlongo untuk beberapa saat dan sepersekian detik kemudian dia merengkuh Kayla dan membawanya ke atas pangkuannya.

“Kita akan punya anak, Jeff. kita akan memiliki keluarga kecil yang utuh.” Tambah Kayla. kali ini dia terisak bahagia. Sementara Jeff menciumi pipinya. Kedua matanya basah dengan air mata.

Jeff menangis dan seakan dia berada diantara jurang kematian dan kehidupan. Pertama, Dia bahagia karena dia akan menjadi seorang ayah. Kedua, dia sedih karena bisa saja dia tidak bisa melihat calon anaknya yang sekarang bersemayam di Rahim istrinya tumbuh besar. Atau bahkan lebih parah dari itu, dia tidak akan pernah melihat anaknya. Masih terngiang di telinga Jeff semua yang dikatakan dokter Marcus tadi pagi kepadanya. Semua kalimat yang keluar dari mulut dokter Marcus telah merenggut semua asa dan harapan yang perlahan tumbuh di hatinya, dia kembali layu seperti pohon yang tersambar petir atau seperti rumput yang mati karena racun pestisida. Dia tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak bisa melawan takdir yang telah digariskan.

“Kanker itu telah menyebar ke semua jaringan lunak di dalam tubuhmu, Jeff. hanya menunggu waktu kanker itu sampai ke organ-organ lainnya.” Terang dokter Marcus dengan nada prihatin. “Saya tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya keajaiban Tuhan yang bisa menyelamatkanmu. Jangan pernah lupa untuk berdoa dan tetaplah optimis.

Optimis? Bahkan seakan-akan Jeff telah hilang akal dan tidak pernah tahu apa arti dari optimis. Dia tidak bisa mendefinisikan optimis setelah mendengar semua apa yang dikatakan dokter marcus.
“Kau bahagia?” tanya Kayla yang tak lebih dari sebuah bisikan.

“Ya.” jawab Jeff pendek. Dia berani bersumpah bahwa dia tidak akan pernah berbagi cerita kepada Kayla. dia tidak akan mengulang kalimat demi kalimat dokter Marcus kepada Kayla-nya. Dia tidak akan pernah tega merusak kebahagiaan istrinya itu. apa pun yang terjadi. Biarlah waktu yang akan menjawabnya.

***

Malam itu Kayla terbangun dari lelapnya karena mendengar suara batuk dan gemericik air dari wastafel ruang makan. Dia bangkit dari tidur, mengucek mata dan dia tidak mendapati Jeff di sisinya.
“Jeff!”

Suara dengkungan batuk kembali terdengar dan disusul oleh suara keran yang diputar. Kayla turun dari ranjang dan meraih kenop pintu. dia melangkah menuju koridor dan melihat pintu ruang makan terbuka. Dilihatnya Jeff tengah membungkuk di wastafel.

“Jeff, apakah kau baik-baik saja?” tanya Kayla dengan nada khawatir.

“Ya. aku baik-baik saja.” jawab Jeff cepat. Setelah itu Jeff berkumur-kumur dan mencuci wajahnya. “Kembalilah tidur, nanti aku akan menyusul.”

“Kau kenapa?” masih ada nada khawatir.

“Seperti biasa, aku hanya sesak napas, sayang.” Jawab Jeff. dia masih menunduk dan tidak berani membalikan badannya.

“Perlu aku temani?” tawar Kayla kemudian.

“Tidak perlu sayang. Kau harus istirahat. Demi bayi kita, ingat.” Pinta Jeff.

Kayla tersenyum, mengangguk dan berlalu dari ambang pintu ruang makan.

Setelah Jeff yakin istrinya telah pergi. Dia segera melepas kaus putihnya yang penuh dengan bercak darah. Dia hanya tidak ingin membuat Kayla takut dan terkejut. Dia tidak ingin Kayla terguncang sehingga hal itu bisa berpengaruh kepada perkembangan janin yang ada di rahimnya.

Belasan menit yang lalu, Jeff terbangung karena merasakan desakan yang begitu kuat di dadanya. Dadanya seperti memompa cairan hingga menuju tenggorokan. Dan setelah itu dia merasakan hawa logam darah di ujung lidahnya. Dia tidak mampu menahan semburan darah dari tenggorokan sehingga membasahi bagian depan kaus putihnya. Menyingkap selimut, berlari menuju wasteful dan memuntahkan semua gumpalan merah dan semburan darah yang mengucur deras dari mulutnya.

Setelah yakin dia telah selesai, Jeff kembali ke kamar, menutup pintu, menyelimuti dirinya dan berbaring miring menghadap Kayla yang kini kembali tertidur pulas. Melihat Kayla dalam lelap seakan menjadi obat dari semua derita dan kekhawatirannya. Dia menekuri setiap inci wajah istrinya dengan penghayatan yang begitu purna. Rambut cokelatnya, kulitnya yang sewarna zaitun dan selembut beludru dan napasnya yang begitu damai. Dia menginginkan Kayla sepenuhnya dan dia tidak akan pernah siap untuk berpisah dengan Kayla dan calon bayinya. Tapi apa yang dia bisa jika takdir mengatakan sebaliknya. Jeff kembali terisak dalam diam, berharap Kayla tidak kembali terbangun untuk yang kedua kalinya dan mencoba memejamkan mata.

Tapi desakan di dadanya kembali muncul. Kali ini disertai sakit kepala yang luar biasa. Jeff tidak bisa melawan. Dia terbeliak, mengerang dan terus mengerang. Sementara Kayla masih pulas disampingnya.
***
Kayla terbangun ketika jam weker di atas nakas berbunyi dengan nyaring. Yang pertama kali dia lakukan adalah menggapai weker dengan tangan kirinya dan berusaha menekan tombolnya, dia masih punya waktu setengah jam hingga waktu subuh tiba. Biasanya Jeff bangun terlebih dahulu, tapi kali ini sisi tubuhnya menyentuh bagian tubuh Jeff. itu artinya Jeff masih pulas disampingnya. Dia berpikir Jeff masih pulas karena semalam terganggu dengan sesak napas yang dia derita.

“Jeff! Kau masih tidur?”

Tidak ada jawaban. Tidak ada dengkuran. Padahal dia tahu Jeff selalu mendengkur pelan ketika dia sedang pulas dalam tidurnya.

“Jeff!!”

Jeff masih tidak menjawab, tidak pula menggerakan tubuhnya, tidak pula mendengar dengkurannya.

Kayla merasa aneh dan dia segera menegakan punggungnya dan menolehkan kepalanya. Sepersekian detik setelah itu dia menjerit sejadi-jadinya. Memeluk Jeff dengan erat dan menyebut namanya berulang-ulang. Dia menangis tersedu-sedu, menodai kesunyian waktu fajar dengan tangisan yang menyayat hati. Sementara Jeff tidak bergerak di bawah pelukannya. Dengan mata yang sedikit terbuka, dan cipratan muntahan darah yang membasahi kaus dan seprei putih mereka.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment