30 Dec 2018

Sahabat yang Hanya Datang di Kala Kita Senang


“Dasar nggak tahu diuntung! Dulu aja pas saya banyak duit semua orang pada datang mendekat. Sekarang giliran saya melarat dan nggak punya duit, mereka pada menjauh. Entah kemana!”

Adakah diantara kita yang pernah mengatakan kalimat tersebut? Atau paling tidak walaupun tidak diucapkan oleh lisan kita, pernah terlintas di benak kita pemikiran seperti itu. kita bertanya-tanya; kemana sahabat saya? Apakah mereka tidak melihat saya yang melarat ini? Apakah mereka tidak melihat bagaimana membutuhkan bantuan dan mereka tidak terpanggil hatinya? Sementara dulu dengan senang hati saya selalu membantunya?

Wajar. Itulah kata yang pas untuk menyikapi pemikiran tersebut. Siapa sih orang yang tidak dongkol karena orang yang dulu dibantu tidak tahu balas budi? Kita bukan sedang berbicara ikhlas, tapi kita berbicara tentang solidaritas, mungkin itu kalimat yang akan kita lontarkan ketika orang menganggap kita tidak ikhlas karena mengungkit kebaikan-kebaikan yang telah diberikan dan disandingkan dengan seberapa besar balas budi orang yang telah kita bantu di masa lalu.

Akan tetapi, walaupun hal ini wajar, alangkah baiknya kita selalu positif thingking walau dalam kondisi terabaikan. Semoga setelah membaca artikel ini, kita tidak lagi mengeluh ketika dalam pandangan mata kita yang sempit dan terbatas ini, kita melihat orang-orang mengabaikan kita.

Bukan apa-apa, sebagai seorang manusia kita ini tidak bisa mengubah arah angin, tidak bisa mengubah musim, begitu pula kita tidak bisa mengubah orang lain. Satu-satunya yang bisa kita ubah adalah diri kita sendiri. Jadi berkeluh kesah tentang apa yang dilakukan orang lain tidak akan menghasilkan manfaat apapun. Kecuali hanya menunjukkan kita makhluk pengeluh.

Oleh karena itu para panutan umat di masa lalu telah memberi teladan kepada kita bagaimana seorang muslim itu seharusnya menjadi makhluk paling baik sangka. Salah satunya Al-Imam Thalhah bin Abdurrahman bin Auf. Suatu hari isteri Beliau bertanya kepadanya,

"Suamiku, aku tidak pernah lihat orang yang lebih buruk daripada sahabat-sahabatmu itu. Mereka selalu bertandang saat kau kaya. Kini mereka meninggalkanmu saat kau miskin!"

Mendengar curahan hati istrinya seperti ini Beliau menjawab dengan penuh senyum,

"Istriku, justru itu tandanya mereka sahabat yang baik. Mereka bertandang di saat kita mampu memuliakan mereka. Dan untuk menjaga perasaan tidak enak kita, mereka menjauh di saat kita tidak mampu memuliakan dan menjamu mereka."

Subhanallah. Alangkah eloknya hati yang bersih seperti ini. Hati yang baik sudah tentulah selalu menganggap apapun perbuatan orang lain sebagai suatu kebaikan pula. Semoga kita mampu meneladani mereka.
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment