“Dasar nggak tahu diuntung! Dulu aja pas saya banyak duit
semua orang pada datang mendekat. Sekarang giliran saya melarat dan nggak punya
duit, mereka pada menjauh. Entah kemana!”
Adakah diantara kita yang pernah mengatakan kalimat
tersebut? Atau paling tidak walaupun tidak diucapkan oleh lisan kita, pernah
terlintas di benak kita pemikiran seperti itu. kita bertanya-tanya; kemana
sahabat saya? Apakah mereka tidak melihat saya yang melarat ini? Apakah mereka
tidak melihat bagaimana membutuhkan bantuan dan mereka tidak terpanggil
hatinya? Sementara dulu dengan senang hati saya selalu membantunya?
Wajar. Itulah kata yang pas untuk menyikapi pemikiran
tersebut. Siapa sih orang yang tidak dongkol karena orang yang dulu dibantu
tidak tahu balas budi? Kita bukan sedang berbicara ikhlas, tapi kita berbicara
tentang solidaritas, mungkin itu kalimat yang akan kita lontarkan ketika orang
menganggap kita tidak ikhlas karena mengungkit kebaikan-kebaikan yang telah
diberikan dan disandingkan dengan seberapa besar balas budi orang yang telah
kita bantu di masa lalu.
Akan tetapi, walaupun hal ini wajar, alangkah baiknya kita
selalu positif thingking walau dalam kondisi terabaikan. Semoga setelah membaca
artikel ini, kita tidak lagi mengeluh ketika dalam pandangan mata kita yang
sempit dan terbatas ini, kita melihat orang-orang mengabaikan kita.
Bukan apa-apa, sebagai seorang manusia kita ini tidak bisa
mengubah arah angin, tidak bisa mengubah musim, begitu pula kita tidak bisa
mengubah orang lain. Satu-satunya yang bisa kita ubah adalah diri kita sendiri.
Jadi berkeluh kesah tentang apa yang dilakukan orang lain tidak akan
menghasilkan manfaat apapun. Kecuali hanya menunjukkan kita makhluk pengeluh. 
Oleh karena itu para panutan umat di masa lalu telah memberi
teladan kepada kita bagaimana seorang muslim itu seharusnya menjadi makhluk
paling baik sangka. Salah satunya Al-Imam Thalhah bin Abdurrahman bin Auf.
Suatu hari isteri Beliau bertanya kepadanya,
"Suamiku, aku tidak pernah lihat orang yang lebih buruk
daripada sahabat-sahabatmu itu. Mereka selalu bertandang saat kau kaya. Kini
mereka meninggalkanmu saat kau miskin!" 
Mendengar curahan hati istrinya seperti ini Beliau menjawab
dengan penuh senyum, 
"Istriku, justru itu tandanya mereka sahabat yang baik.
Mereka bertandang di saat kita mampu memuliakan mereka. Dan untuk menjaga
perasaan tidak enak kita, mereka menjauh di saat kita tidak mampu memuliakan
dan menjamu mereka."
Subhanallah. Alangkah eloknya hati yang bersih seperti ini.
Hati yang baik sudah tentulah selalu menganggap apapun perbuatan orang lain
sebagai suatu kebaikan pula. Semoga kita mampu meneladani mereka.


 
 
 Music MP3
 Music MP3 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
No comments:
Post a Comment