31 Dec 2018

7 Bentuk Diskriminasi Otoritas Cina Terhadap Muslim Uighur



Akhir-akhir ini pemberitaan terhadap penindasan yang dialami oleh muslim Uighur di Xinjiang semakin ramai diberitakan. Warga Muslim Uighur di Xinjiang dilaporkan kerap diperlakukan secara diskriminatif oleh pemerintah China. Identitas warga Uighur sebagai Muslim juga coba ditiadakan oleh China, dengan dalih memberantas ekstremisme.

Tahun ini, dunia mengecam laporan jutaan warga Uighur yang dipenjara oleh China. Warga Uighur dilaporkan dipaksa menanggalkan keislaman mereka dan didoktrin mencintai Partai Komunis. Sejak bertahun-tahun, jutaan masyarakat Uighur didera berbagai larangan dalam beragama. Larangan tersebut mulai dari berjenggot, bercadar, hingga menggunakan nama-nama Islami.

Nah, lalu apa saja sih bentuk penderitaan dan diskriminasi yang dialami oleh warga muslim Uighur di Xinjiang dari pemerintah cina? Dalam rubric Tahukah Anda edisi kali ini kita akan membahas berbagai bentuk diskriminasi pemerintah Cina terhadap muslim Xinjiang

Larangan berjenggot bagi kaum lelaki dan larangan bercadar bagi perempuan 
Diberitakan Reuters pada April 2017 pemerintah China mengeluarkan larangan bagi warga Muslim Uighur di Xinjiang. Di antara larangan itu adalah menumbuhkan jenggot panjang bagi pria dan mengenakan cadar bagi wanita.

Dalam peraturan yang sama, warga Uighur diharuskan untuk menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah-sekolah pemerintah yang didoktrin oleh ajaran komunis, mereka juga melarang warga Uighur untuk tidak mentaati kebijakan keluarga berencana cina. Bahkan kaum perempuan dilarang mengenakan gamis. Jika ada yang mengenakan gamis, maka mereka akan segera dipantau dan disuruh untuk mengganti baju oleh petugas.

Di beberapa kota di Xinjiang, wanita yang memakai jilbab atau pria berjenggot dilarang naik bus. Pemerintah China menerapkan aturan berpakaian ini dengan ketat. Pada 2018 seperti diberitakan Business Insider, petugas China dilaporkan menggunting rok wanita Uighur yang terlalu panjang.

Larangan berpuasa di bulan ramadhan

Berita soal larangan berpuasa bagi kaum muslim uighur muncul setiap tahun dari Xinjiang. Pada 2015, AFP melaporkan bahwa pemerintah China melarang pegawai negeri, pelajar, dan guru Muslim di Xinjiang untuk berpuasa dan beribadah di masjid.

Restoran-restoran milik warga Uighur juga dipaksa tetap buka di siang hari Ramadan. Larangan ini disampaikan salah satunya oleh pemerintah kota Tarbaghatay atau Tacheng dalam bahasa Mandarin. Larangan tersebut menyebutkan bahwa Selama Ramadan, pelajar dari etnis minoritas tidak berpuasa, tidak masuk masjid, dan tidak melakukan aktivitas religius.

Di kota Hotan atau Hetian, pelajar Muslim Uighur dipaksa berkumpul pada hari Jumat untuk belajar, menonton film-film Komunis, atau berolahraga. Padahal di hari itu mereka harus melaksanakan ibadah salat Jumat di masjid. Pihak sekolah dan pemerintah komunis memaksa para pelajar untuk mengikuti kegiatan sekolah dan meninggalkan sholat jumat

Larangan bernama islami atau memberi bayi dengan nama-nama islami

Pada 2017 lalu, pemerintah kota Xinjiang mengeluarkan larangan pemberian nama-nama Islami bagi bayi yang baru lahir.  Ada puluhan nama yang terlarang, di antaranya: Islam, Quran, Makkah, Jihad, Imam, Saddam, Haji, dan Madinah, Muhammad, Aisyah dan sebagainya

Bahkan nama yang berbau religius tidak akan mendapatkan kartu tanda penduduk khusus China atau hukou. Pemerintah cina menganggap nama-nama islami sama saja dengan mempromosikan terror.

Larangan menikah secara islami

Pemerintah Xinjiang juga mengeluarkan larangan bagi Muslim Uighur untuk melaksanakan prosesi pernikahan secara Islami di rumah sendiri, meliputi akad dan resepsi. Disebutkan bahwa pada 2017, seorang pejabat pemerintah beretnis Uighur dipecat karena menikah secara Islami di rumahnya. Seharusnya dia menikah di tempat-tempat yang telah ditentukan pemerintah dan tidak menggunakan adat Islam.

Pejabat Xinjiang dari partai komunis mengatakan larangan menikah di rumah secara Islami demi mencegah "tersebarnya pandangan menyimpang yang bertentangan dengan persatuan etnis dan kedaulatan negara."

Larangan menggunakan bahasa Uighur sebagai identitas budaya uighur

Pemerintah China juga mengeluarkan larangan penggunaan bahasa Uighur di semua jenjang pendidikan. Mereka yang melanggarnya akan mendapatkan hukuman.Menurut laporan media, pemerintah Xinjiang memerintahkan sekolah-sekolah untuk menggunakan bahasa Mandarin dalam pengajaran. Penggunaan bahasa lisan, tulisan, gambar, hingga rambu-rambu harus pakai Mandarin, tidak boleh pakai Uighur.

Otoritas China meluncurkan kampanye untuk melawan produk halal

Sebagaimana disebutkan bahwa mayoritas penduduk di Xinjiang berasal dari suku Uighur yang memeluk agama Islam, namun Muslim adalah kelompok minoritas di China. Tentu saja kebijakan kampanye anti-produk halal tersebut berpengaruh pada kehidupan kelompok minoritas tersebut.

Kampanye tersebut dideklarasikan oleh para pemimpin Partai Komunis China di ibukota Xinjiang, Urumqi. Mereka mendeklarasikan untuk melawan halalisasi. Halalisasi adalah istilah untuk melarang kebebasan dan hak warga muslim Uighur untuk mengonsumsi produk halal.

Pemerintah cina memaksa hampir satu juta orang untuk masuk kamp re-edukasi atau pendidikan ulang dengan alasan untuk melawan ekstrimisme.

Pemerintah Cina memaksa dan mengirim minoritas Muslim Uighur akan dikirim ke tempat yang disebut sebagai "pusat pelatihan kejuruan". Di dalam kamp-kamp tersebut, warga Uighur dipaksa untuk meninggalkan agamanya, dilarang beribadah dan didoktrin ajaran komunis yang bertentangan dengan ajaran islam. Banyak kalangan yang menyatakan tempat tersebut lebih layak disebut tahanan daripada pusat pelatihan kejuruan.

Ada seorang mantan tahanan yang mengaku pernah diminta untuk keluar dari agama Islam. Tak hanya itu, dia juga diminta mengucapkan kesetiaan kepada Partai Komunis China. Penyiksaan kerap terjadi bagi para tahanan yang tidak patuh pada perintah.

Itulah beberapa bentuk diskriminasi pemerintah cina terhadap muslim Uighur. Semoga dengan mengetahuinya kita memiliki solidaritas dan kepedulian kepada saudara muslim kita di Xinjiang. Jangan lupakan mereka dalam doa kita kepada Alloh subhanahu wata'ala sebagai sebaik-baik penolong.
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment