Sebagai seorang lelaki yang
memiliki jiwa seni (ehm) sudah sangat jelas --sejelas matahari pagi—bahwa saya
sangat menyukai dunia film, disamping dunia literasi (membaca dan menulis)
karena film memberi saya kepuasan dari seni peran, dan dunia literasi memberi
saya kepuasan dari seni mengolah kata. Kedua-duanya memiliki keindahan dan
saling berkelindan satu sama lain. Maka tak heran jika selanjutnya kita sering
menemukan novel yang difilmkan atau film yang dinovelkan.
Nah, pertanyaannya, parameter
film yang bagus itu seperti apa sih? Menurut saya pertanyaan ini adalah
pertanyaan yang nggak memiliki jawaban yang pasti. Jawabannya bersifat relative
mengingat setiap orang memiliki penilaian berbeda-beda terhadap kualitas sebuah
film. Tentunya seorang penyuka film romance tidak akan mengatakan film horror
itu bagus. Sebagus apa pun kualitas film horror tersebut, baginya tetap aja
jelek. Karena dia hanya menyukai film romance. Begitu sebaliknya.
Ada orang yang menilai bagusnya
suatu film dari boomingnya film tersebut sehingga tiketnya habis terjual dan
bioskop penuh membludak. Selain itu penayangannya menjadi bahan pergunjingan di
media sosial.
Ada juga sebagian orang yang
menilai kualitas film itu bagus berdasar siapa yang menjadi pemain atau
aktornya. Ngomong-ngomong, tentang actor, teman saya pernah bilang begini, “Kenapa
sih film indonesia itu selalu identic dengan Reza Rahadian. Reza lagi…Reza lagi…”
Memang sih, berdasar penilaian
saya, actor yang paling beken dan paling bagus itu ya Reza Rahadian. Maka tak
heran jika saya pernah berpendapat bahwa setiap film yang dibintangi oleh si
doi pasti filmnya bagus. Entahlah. Emang sih yang namanya fans, apa pun akan
terlihat bagus jika melihat dari bintang yang dia sukai.
Oke, tadi kita berbicara tentang
bagus tidak bagusnya film dari siapa pemainnya dan bagaimana respon penonton. Tapi
kita harusnya tahu bahwa bagus tidaknya sebuah film bukan hanya dilihat dari boomingnya
atau siapa pemainnya, tapi juga harus melihat bagaimana film tersebut memberi
wawasan dan perspektif baru kepada penontonnya. Lebih daripada itu bisa menginspirasi.
Menginspirasi saja tidak membuat
sebuah film dikatakan berkualitas. Karena disini para sineas harus pintar
mengawinkan antara unsur inspirasi dengan hiburan. Sebagaimana kita tahu, film
itu salahsatu produksi yang bertujuan untuk menghibur. Jika film tersebut gagal
menghibur, maka tentunya kita tidak akan pernah mengatakan film itu bagus. Maka,
disinilah pentingya arti ‘menghibur sekaligus menginspirasi.’
Khusus untuk film anak-anak, film
yang berkualitas adalah film yang mendidik dan menghibur mereka dan sesuai
dengan jiwa dan tumbuh kembang si anak itu sendiri.
Penilaian seorang penonton film
seperti saya tentu juga berbeda dengan kritikus film yang biasanya menilai
sebuah film dalam banyak aspek dan banyak pertimbangan. Begitu juga penilaian
saya juga tidak akan sama dengan penilaian dari penonton lain. Oleh karena
itulah jika saya ingin menonton sebuah film, biasanya saya selalu membaca terlebih
dahulu komentar dari para penonton yang pernah menonton film yang bersangkutan
atau membaca ulasan dari para kritikus film. Tidak puas dengan cara ini, saya
akan melihat trailernya terlebih dahulu. Yah, meskipun kadang-kadang ‘keseruan’
trailer tidak sebanding dengan kenyataan yang ada.
Nah, kalo menurut kamu, parameter
film yang bagus itu seperti apa sih? Tulis di kolom komentar ya guys


No comments:
Post a Comment