Suatu hari seorang lelaki berangkat ke sekolah dengan sepedanya. Di tengah jalan rantai sepedanya putus sehingga dia harus menuntun sepeda hingga sampai ke sekolah. Sesampainya di sekolah, anak itu dihukum karena terlambat datang. Ia dihukum untuk tidak menghadiri pelajaran pertama.
Ketika memulai pelajaran kedua, dia lagi-lagi dihukum karena lupa membawa buku PR-nya.
Anak itu pun kembali mendapatkan hukuman tidak mengikuti pelajaran. Dia hanya bisa termenung dan menyesali kesialannya.
Hanya untuk menggunakan waktu yang membosankan, anak itu pergi ke perpustakaan dan hendak meminjam buku bacaan. Lagi-lagi hal sial menimpa dirinya. Dia ternyata lupa tidak mengembalikan buku pinjamannya sehingga petugas perpustakaan memberinya denda.
Sorenya, anak itu kembali pulang dengan menuntun sepedanya sepanjang perjalanan.
Sesampainya di rumah dia menangis dan mengadu kepada ibunya, "Ini hari yang sangat sial."
Ibunya hanya tersenyum melihat kekesalan anaknya, kemudian ibunya memberi anak itu kue yang baru saja diangkat dari oven, "Bagaimana rasa kue ini."
"Enak bu." kali ini anak itu berusaha tersenyum.
Kemudian ibunya beranjak dan kembali dengan membawa kuning telur. "Sekarang coba kau makan kuning telur ini." pintanya.
Anak lelaki itu terperanjat dan heran dengan yang diucapkan ibunya, "Aku tidak mau."
Tapi tanpaknya si ibu tidak mempedulikan anak lelakinya. Ia kembali beranjak dan kembali dengan membawa adonan tepung dan baking soda, "Atau kau makan adonan tepung ini atau baking soda yang ini."
Anaknya merasa dipermainkan dan kesal dengan perkataan ibunya, "Ibu mempermainkanku, sementara hari ini aku sedang dirundung banyak masalah."
Ibunya tersenyum dan duduk di samping anaknya, "Anakku, semua masalah yang kau hadapi adalah sama seperti bahan-bahan kue tadi."
"Aku tidak paham apa yang ibu maksud."
"Kau mengatakan kue buatan ibu enak bukan?"
Anak itu mengangguk.
"Dan kue itu enak karena dia berasal dari campuran bahan-bahan kue tadi. Ibu membuatnya dari kuning telur, tepung dan baking soda. Begitu pun hidup, kita dibentuk dari berbagai macam masalah yang berbeda-beda. Dan pada saatnya, semua bahan-bahan itu membentuk kita menjadi lebih dewasa, sabar, mandiri dan dekat dengan Tuhan. Kita menjadi pribadi yang bersinar dengan karakter yang ditempa dari masalah-masalah itu. Jadi, tak perlu lagi kamu menggerutu dengan semua masalah itu. Hadapi dengan sabar, anakku."
No comments:
Post a Comment