27 Nov 2018

Filosofi Laron


Sumber gambar: Hipwee

Laron adalah serangga yang biasanya muncul ketika musim penghujan akan segera tiba. Sedikit diantara kita yang tahu bahwa ternyata laron adalah rayap yang telah matang dan memiliki sayap. Konon, laron-laron tersebut bersayap dan terbang untuk kawin setelah sekian lama berada di kedalaman tanah sebagai rayap.

Yang unik dari laron adalah kebiasaannya mendatangi sumber cahaya. Ketika musim laron tiba, lampo neon di rumah saya selalu dikerubungi oleh ribuan laron. Dan ketika nyala lampu yang lebih terang dinyalakan, maka laron-laron itu akan berpindah ke sumber cahaya yang lebih terang, begitu seterusnya.

Karena sering menganggu dan mengotori ruangan dengan tanggalan sayap-sayapnya yang berguguran, saya lebih sering mematikan lampu supaya laron itu pergi. Tapi jika saya berniat membuat rempeyek laron, tentu saya akan membiarkan lampu itu menyala dan menyimpan ember di bawahnya untuk menampung laron yang berjatuhan dan berhasil saya kumpulkan. Besoknya, saya bisa membuat goreng laron yang gurih.

Disadari atau tidak, dari kebiasaan unik laron inilah kita sejatinya bisa mengambil hikmah dan filosofi yang amat dalam.

Lihatlah laron yang mengitari cahaya lampu neon. Ketika lampu itu kita matikan, maka laron itu akan kebingungan bahkan mati berserakan. Begitupun dengan kita, ketika cahaya itu hilang dari kehidupan kita maka kita akan kebingungan, tersesat dan atau bahkan menderita dan mati.

Lalu apa cahaya dalam hidup kita? Cahaya kehidupan kita adalah al-Quran yang berisi petunjuk untuk menjalani episode kehidupan kita. kita membutuhkan al-quran sebagai cahaya penerang, sama persis seperti laron yang begitu antusias terhadap cahaya lampu layaknya magnet yang menarik besi.

Jika kita jauh dari sumber cahaya, kita bingung dan pada akhirnya mati dalam kebingungan dan keputusasaan. Mungkin raga kita tidak mati, tapi jiwa kita telah mati.

Berbicara tentang laron, saya jadi teringat dengan salahsatu hadits Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam yang menjadikan laron sebagai analogi. Mari kita simak.

“Permisalan diriku adalah seperti orang yang menyalakan api. Ketika api telah menyinari apa yang ada di sekelilingnya, berdatanganlah anai-anai (laron) dan hewanhewan yang berjatuhan ke dalamnya. Sementara itu, orang ini terus berusaha menghalangi mereka dari api, namun serangga-serangga itu mengabaikannya hingga berjatuhan ke dalamnya.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Itulah permisalan diriku dan diri kalian (umatku). Aku menarik ikat-ikat pinggang kalian untuk menyelamatkan dari neraka (seraya berseru,), ‘Jauhilah neraka! Jauhilah neraka!’ Namun, kalian (kebanyakan umatku) tidak menghiraukanku dan menerjang berjatuhan ke dalamnya.” (HR. Imam Ahmad)

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment