Sumber gambar: Hipwee
Laron adalah serangga yang biasanya muncul ketika musim
penghujan akan segera tiba. Sedikit diantara kita yang tahu bahwa ternyata
laron adalah rayap yang telah matang dan memiliki sayap. Konon, laron-laron
tersebut bersayap dan terbang untuk kawin setelah sekian lama berada di
kedalaman tanah sebagai rayap.
Yang unik dari laron adalah kebiasaannya mendatangi sumber
cahaya. Ketika musim laron tiba, lampo neon di rumah saya selalu dikerubungi
oleh ribuan laron. Dan ketika nyala lampu yang lebih terang dinyalakan, maka
laron-laron itu akan berpindah ke sumber cahaya yang lebih terang, begitu
seterusnya.
Karena sering menganggu dan mengotori ruangan dengan
tanggalan sayap-sayapnya yang berguguran, saya lebih sering mematikan lampu
supaya laron itu pergi. Tapi jika saya berniat membuat rempeyek laron, tentu
saya akan membiarkan lampu itu menyala dan menyimpan ember di bawahnya untuk
menampung laron yang berjatuhan dan berhasil saya kumpulkan. Besoknya, saya
bisa membuat goreng laron yang gurih.
Disadari atau tidak, dari kebiasaan unik laron inilah kita
sejatinya bisa mengambil hikmah dan filosofi yang amat dalam.
Lihatlah laron yang mengitari cahaya lampu neon. Ketika lampu
itu kita matikan, maka laron itu akan kebingungan bahkan mati berserakan.
Begitupun dengan kita, ketika cahaya itu hilang dari kehidupan kita maka kita
akan kebingungan, tersesat dan atau bahkan menderita dan mati.
Lalu apa cahaya dalam hidup kita? Cahaya kehidupan kita
adalah al-Quran yang berisi petunjuk untuk menjalani episode kehidupan kita.
kita membutuhkan al-quran sebagai cahaya penerang, sama persis seperti laron
yang begitu antusias terhadap cahaya lampu layaknya magnet yang menarik besi.
Jika kita jauh dari sumber cahaya, kita bingung dan pada
akhirnya mati dalam kebingungan dan keputusasaan. Mungkin raga kita tidak mati,
tapi jiwa kita telah mati.
Berbicara tentang laron, saya jadi teringat dengan salahsatu
hadits Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam yang menjadikan laron sebagai
analogi. Mari kita simak.
“Permisalan diriku adalah seperti orang yang menyalakan api.
Ketika api telah menyinari apa yang ada di sekelilingnya, berdatanganlah anai-anai
(laron) dan hewanhewan yang berjatuhan ke dalamnya. Sementara itu, orang ini
terus berusaha menghalangi mereka dari api, namun serangga-serangga itu
mengabaikannya hingga berjatuhan ke dalamnya.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Itulah permisalan diriku dan diri kalian (umatku). Aku
menarik ikat-ikat pinggang kalian untuk menyelamatkan dari neraka (seraya
berseru,), ‘Jauhilah neraka! Jauhilah neraka!’ Namun, kalian (kebanyakan
umatku) tidak menghiraukanku dan menerjang berjatuhan ke dalamnya.” (HR. Imam
Ahmad)
No comments:
Post a Comment