25 Nov 2018

Mengelola Rasa Sesal



Pernahkah kita merasakan penyesalan yang sangat mendalam. Saya rasa hampir setiap orang pernah memiliki pengalaman dimana dia pernah menyesal. Terlepas apa yang melatari penyesalannya dan bagaimana dia menyikapi penyesalan yang membuatnya tidak bahagia, yang jelas setiap orang pernah merasakan bagaimana ‘menyesal’ dalam hidup mereka.
Ada diantara penyesalan tersebut yang memang wajar dan sudah seharusnya kita menyesal. Tapi ada juga penyesalan yang sudah melewati batas sewajarnya. Sehingga tak heran jika ada orang yang bunuh diri karena ‘menyesal’ telah hidup di dunia.
Banyak penyesalan yang mengungkung setiap jiwa karena apa yang dia harapkan tidak tercapai.  Menyesal karena gagal mempersunting wanita jelita yang menjadi idaman. Mungkin si wanita menolaknya atau sudah lebih dulu disalip oleh lelaki lain. Menyesal karena hasil panen gagal, padahal dari hasil panen itulah dia makan dan mendapatkan uang sebagai hasil penjualan di musim panen. Menyesal karena telah menikah dengan pasangan yang tidak memuaskan.  Dan beribu-ribu jenis penyesalan yang menyempitkan pikiran, menyesakan dada, dan membuat perih kenangan.
Tapi, Sedikit sekali diantara kita yang bisa menyesal tentang hari-harinya yang hilang, sementara dia tidak beramal, atau amalnya stagnan.
Abdullah bin Mas'ud ra pernah bertutur,
"Tiada penyesalan yang lebih aku rasakan dalam hidup ini, daripada penyesalan saat kusaksikan matahari telah terbenam (di ufuk barat). Di mana jatah usiaku telah berkurang (pada petang itu), namun amal (shalih)-ku tidak bertambah karenanya." (Kaifa tuthilu umraka al intaji, DR. Muhammad Ibrahim al-Na'im).
Tanamkanlah rasa sesal yang sangat ketika kita terlambat beramal. Tanamkanlah rasa sesak ketika kita tidak juga bisa menambah kualitas ibadah kita, dan selalu berbuat kesalahan. Maka, penyesalan seperti itu tidak sia-sia. Bahkan berpotensi pahala.
Wajar saja kita menyesal ketika gagal dalam mendapatkan satu perkara yang kita inginkan dan sangat kita harapkan. Tapi jangan jadikan penyesalan itu semakin menenggelamkan kita dalam kubangan putus asa. Ada Alloh subhanahu wata'ala yang membersamai kita. dan kita tanamkan dalam jiwa kita bahwa penyesalan terbesar adalah ketika kita tidak bisa mendapatkan surga-Nya.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment