28 Nov 2018

Filosofi Lilin



Malam tadi di komplek perumahan saya terjadi pemadapan listrik sementara sehingga untuk beberapa jam lamanya saya harus menerangi kotsan saya dengan cahaya lilin. Hmm, berbicara tentang lilin, saya ingin mencoba mengulik filosofi dari sebatang lilin yang menyala.

Lilin adalah benda yang rela terbakar demi menerangi sekitarnya.
Begitulah seharusnya kita, kita rela berkorban demi kebaikan orang-orang yang berada di sekitar kita. orang tua rela berkorban demi anak-anaknya, atau anak-anak yang rela berkorban demi orang tua tercinta, atau pasangan yang rela berkorban demi suami atau istrinya, sejatinya mereka seperti lilin-lilin kehidupan yang membuktikan makna cinta dan kebermanfaatan.Mereka mampu merenangi, menghangatkan dan memberi harapan kepada orang-orang yang mereka cintai dengan cahaya cintanya.

Tapi filosofi ini juga bisa bermakna negatif dalam sudut pandang yang lain. Lilin rela membakar dirinya sendiri demi menerangi sekitarnya bisa juga kita jadikan analogi untuk mereka yang mempedulikan kebaikan untuk orang lain, tapi dia sendiri melupakan kebaikan itu sendiri sehingga dia ‘terbakar’. Ada orang yang begitu giat mengajak kepada kebenaran (ammar ma’ruf) tapi dia sendiri tidak mau mengamalkan kebenaran yang dia dakwahkan. Ada juga orang yang melarang orang lain dari kemungkaran (nahi mungkar) tadi dia sendiri menikmati kemungkaran tersebut. Maka sejatinya dia seperti lilin, menerangi orang lain, tapi membakar diri sendiri menuju kebinasaan. Karena kelak dia akan terbakar dalam api neraka.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment