28 Nov 2018

Filosofi Katak



Hal yang paling berkesan ketika mengingat kampung halaman adalah ketika musim hujan tiba. Kenapa saya berkesan dengan musim hujan di kampung? Karena di musim hujanlah saya menemukan banyak aroma nostalgia yang menyelusup dalam relung kenangan di benak saya. Saya mengingat bau jerami basah yang khas dan suara tetesan air di atap, saya mengingat dengan baik suara gemericik air selokan yang meluap di samping rumah dan tentu saja korekan katak di pesawahan dan kolam yang jaraknya beberapa meter dari rumah panggung emak dan bapak.

Korekan katak itu seperti orchestra yang selalu mengiringi musim penghujan di kampung saya. Katak-katak itu selalu ramai mengorek menyeramarakan malam yang dingin. Mungkin mereka merayakan musim kawin dan musim bertelur. Dan ternyata benar, besoknya saya akan melihat telur-telur katak di pinggiran kolam ikan milik bapak saya.

Berbicara tentang katak, saya ingin berbagi filosofi dari makhluk amfibi ini.

Pertama, katak jika melompat selalu kedepan, ia tak pernah melompat ke samping seperti kepiting atau melompak ke belakang seperti binatang undur-undur. Katak selalu melompat ke depan apa pun yang terjadi. Ini memberi pelajaran kepada kita bahwa pemikiran kita harus selalu ke depan dan jangan terkungkung oleh masa lalu yang suram. Pun jangan terlena dengan masa lalu yang membahagiakan.

Kedua, katak mengalami evolusi. Mulai dari telur, berudu hingga menjadi katak dewasa. Proses pertumbuhan dan perubahan katak ini mengajarkan kepada kita arti penting kesabaran dalam proses perubahan dan pembelajaran. Pertama, katak hanyalah seekor kecebong yang lemah dan hanya bisa meliuk di air layaknya ikan, tapi pada saatnya nanti bisa meloncat tinggi. Bahkan ada katak yang bisa meloncat melebihi satu meter tingginya.

Ketiga, katak adalah hewan amfibi yang bisa hidup di dua alam, di air dan di darat. Ini mengajarkan kita arti penting sikap hidup dinamis dan fleksibel dalam menghadapi perubahan situasi, kondisi dan zaman. Kita hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi sebagaimana katak yang mampu bebas hidup di air dan di darat. Ketika di air dia tak pernah kehabisan oksigen dan ketika di darat dia tak akan pernah melupakan air.

Menutup filosofi katak, saya ingin berbagi cerita tentang kisah induk katak dan anaknya.

Alkisah, ada seekor anak katak merasa sangat takut saat langit tiba-tiba menjadi gelap gulita. Tidak seperti biasanya, langit telah kehilangan warna birunya.

“Bu, apa kita akan binasa. Kenapa langit tiba-tiba menjadi gelap?” ucap si anak katak sambil berpegang erat pada induknya.

Sang induk menjawab dengan senyuman, “Anakku, itu bukan pertanda kebinasaan kita. Justru, itu pertanda baik.” jelas induk katak. Dan anak katak itu pun mulai tenang. Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Tiba-tiba angin bertiup kencang. Lagi-lagi, suatu pemandangan menakutkan buat si katak kecil.

“Ibu, itu apa lagi?” tanya si anak katak sambil bersembunyi.

“Anakku. Itu cuma angin,” ucap sang induk, “Itu juga pertanda kalau yang kita tunggu pasti datang!” tambahnya dengan tenang.

BLARR….!!!

Petirpun menyambar dengan suaranya yang menggelegar. Kilatan cahaya putih menjadikan suasana begitu menakutkan.

“Ibu, itu apa lagi? Apa itu yang kita tunggu?” tanya si anak katak lagi.

“Sabar, anakku!” ucap induk katak menenangkan anaknya, “Itu cuma petir. Itu tanda ketiga kalau yang kita tunggu tak lama lagi datang! Keluarlah. Pandangi tanda-tanda yang tampak menakutkan itu. Bersyukurlah, karena hujan tak lama lagi datang,” ungkap sang induk katak dengan tenang.

Anak katak itupun keluar dari balik tubuh induknya. Ia mendongak, memandangi langit yang hitam, angin yang meliuk-liuk dan sambaran petir yang begitu menyilaukan.

Tiba-tiba, ia berteriak kencang, “Ibu, hujan datang!“

Terkadang, anugerah kehidupan itu harus datang setelah semua badai kehidupan datang menerpa kita. Semua kebahagiaan tidak selalu diiringi dengan jalan mulus berkarpet merah. Tapi semua kebahagian dan kesuksesan yang akan kita tuai harus diawali dengan jalan terjal yang curam dan berkerikil.
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment