Pernahkah kita merasa jijik ketika melihat seorang pendosa
yang begitu buruk di pandangan kita? pernahkah kita merasa muak melihat seorang
penjahat yang melakukan kejahatannya dan kita berharap dia binasa daripada kita
melihat terus menerus dosa-dosa dan kemungkaran yang selalu dia perbuat?
Mungkin kita pernah begitu muak melihat seorang wanita yang
memiliki dandanan yang kurang bahan serta berlenggak-lenggok di pinggiran jalan
di tengah malam. Kemudian kita berkesimpulan, “Dia pasti pelacur murahan.”
Atau kita melihat seorang lelaki yang memiliki tampilan
amburadul sembari menceracau dan disampingnya ada beberapa botol wiski, dan
kita menyumpahinya di dalam hati.
Dan setelah semua kebencian itu terungkapkan kita tidak
pernah berbicara kepada diri kita, ‘Apa yang bisa saya perbuat untuk mencegah
mereka dari keburukan dosa-dosa mereka? Apakah saya hanya menjadi seorang
pencaci tanpa pernah memikirkan tentang apa yang harus saya lakukan untuk
menghentikan semua ini? Kita begitu jijik sampai-sampai berani menjamin mereka
sebagai penghuni neraka. Tidakkah kita berpikir bahwa bisa jadi kita juga
menjadi penghuni neraka karena kecuekan kita terhadap kemungkaran yang ada di
sekitar kita.
kita boleh membenci, dan itu mungkin sebagai tanda iman
masih ada di hati kita. karena jika iman itu sudah lenyap, mungkin kita tidak
lagi membenci semua keburukan itu. Tapi, seharusnya rasa benci itu bisa
melahirkan rasa iba kepada si pelaku dosa. benci kepada prilaku buruknya dan
iba karena dia belum mendapatkan cahaya hidayah. Dan itulah tugas kita,
menyampaikan cahaya itu kepada mereka.
Saya jadi teringat kutipan dari buku Life Simply, Give
Love, Make History,karya Ahmad Rifa’I Rifan,
Bagi orang yang bijaksana, tidak ada orang yang jahat, yang
ada hanyalah orang yang belum menemukan hidayah. Tidak ada orang yang buruk,
yang ada hanyalah orang yang belum menemukan cahaya.
No comments:
Post a Comment