11 Nov 2018

Bahagia Menjadi Diri Sendiri


Kebahagiaan adalah tidak terlalu  memusingkan apa yangdipikirkan oleh orang lain.
Bagi dunia mungkin kamu hanya seseorang. Tapi bagi seseorang kamu mungkin dunianya. Oleh karena itu hargai dirimu dan hargai orang yang menghargaimu.

Kita akan merasakan kebahagiaan yang sempurna jika kita mau menerima diri kita apa adanya. Menerima disini bukan berarti kita pasrah dengan keterbatasan dan kekurangan yang kita miliki. Tapi menerima disini kita berarti merasa bangga dan bahagia dengan kelebihan dan keunikan yang ada pada diri kita, serta berusaha untuk memperbaiki kekurangan yang ada dalam diri kita.

Memang, ada beberapa hal yang tidak bisa kita ‘otak-atik’ dan tidak bisa kita ubah yang bersifat permanen. Maka disitulah kita harus bangga dengan apa yang kita miliki serta menerima diri kita apa adanya. Justru sebaliknya, ketika kita berusaha mengubah apa yang sudah permanen melekat dalam diri kita, maka itu menyalahi kodrat yang telah ditetapkan Allah subhanahu wata'ala.

Maka saya simpulkan, ada beberapa hal yang tidak bisa kita ubah seperti warna kulit, rambut, ras, keturunan dan bentuk tubuh. Ada hal yang bisa kita ubah seperti skill, pengetahuan, dan pola pikir. Bahkan cara berbicara, bersikap dan gesture tubuh pun bisa kita ubah selama kita menganggap hal itu perlu diubah demi kemaslahatan diri kita.

Banyak diantara kita –terutama di kalangan remaja yang masih mencari hakikat jati diri- merasa bingung dengan citra diri sendiri. banyak diantara kita yang tidak puas dengan dirinya sendiri dan selalu membandingkan dirinya dengan orang lain. Well, silakan lihat pemaparan di Kunci yang kedua di buku ini.

Ada diantara kita yang membenci dirinya sendiri karena tidak memiliki apa yang orang lain miliki. Dia merutuki diri karena tidak memiliki talenta yang bisa dibanggakan, tidak memiliki bentuk fisik dan paras yang menawan dan proporsional. Kita merasa aneh bahwa diri kita berbeda dengan orang lain sehingga kita merasa kita telah realienasi dengan lingkungan kita. Kita beranggapan bahwa kita tidak boleh berbeda dengan orang lain. Jika kita, kita bisa menjadi bahan olokan dan bully.

Saya pernah merasakan bagaimana diri saya merasa tersisihkan dari lingkungan pergaulan karena perbedaan. Ketika semasa duduk di bangku SD dan SMP saya sering menerima bully dari teman-teman karena mereka menganggap cara beragama saya –lebih tepatnya keluarga saya- berbeda dengan kebanyakan masyarakat nadhiyin yang mendominasi desa saya. Mereka berpikir bahwa keluarga saya Persis (nama organisasi, Persatuan Islam). Well, jujur saya tidak suka dipanggil ‘Husni Persis’. Seakan-akan panggilan itu adalah rasisme yang membuat saya merasa tidak setara dengan mereka.

Tapi lambat laun saya bisa menerima diri saya dengan perbedaan yang ada pada diri saya. Termasuk kebebasan saya dalam menjalankan keyakinan saya dan dalam berorganisasi. Perasaan minder itu hilang setelah saya mulai duduk di bangku SMA dengan kultur dan latar belakang siswa yang beragam.

Saya yakin bahwa sudah selayaknya saya tidak mempedulikan ejekan mereka yang selalu nyinyir. Saya mencoba melihat bahwa orang-orang yang dulu mengejek saya adalah orang-orang yang merasa iri dengan kehidupan saya dan mencari kepuasan dari komentar-komentar negatif kepada saya. Sehingga tidak ada gunanya meladeni semua nyinyiran.

Ketika SMA ada salahseorang teman sekelas saya yang terkadang nyinyir dengan hobi yang saya tekuni di bidang tulis menulis. Karena teterbatasan sarana, saya seringkali menulis artikel dengan tulisan tangan, bukan dengan mengetiknya di computer. Saya masih ingat komentar teman saya yang mengatakan bahwa saya telah menghabiskan waktu saya dengan percuma. Saya pikir boleh jadi apa yang dia katakan itu benar dan bisa saja salah. Memang saya merasa aktifitas menulis itu menghabiskan waktu saya. Lebih dari itu, membua tangan saya pegal karena harus menulis lewat tulisan tangan. Bahkan saya berpikir bagaimana mungkin saya akan menjadi penulis jika computer pun tidak punya.

Pada akhirnya saya bisa membuktikan bahwa saya bisa memuat karya saya di majalah, koran dan media daring. Bahkan saya bisa membeli computer dan bisa menulis hingga sekarang. Ya, memang cara terbaik untuk melawan nyinyiran orang adalah membuktikan bahwa nyinyirannya itu salah besar.

Sebenarnya nyinyiran dan ejekan yang kita terima bisa menjadi pelecut bagi kita sehingga disinilah kita mencoba menemukan sisi positif dari segala hal yang tidak menyenangkan yang kita alami. Boleh jadi ini menjadi awal dari kebahagiaan kita. Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam saja bisa menaklukan Mekah setelah tiga belas tahun bersabar menerima intimidasi dan sepuluh tahun mencoba merancang strategi.

Kita berhak untuk menikmati kehidupan kita sehingga tidak boleh ada orang lain yang mengendalikan kita sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Tentunya yang saya maksud disini adalah dalam hal yang positif. Karena tidak selamanya kita menjadi seorang yang tidak peduli dengan komentar. Terkadang kita membutuhkan komentar dan kritikan orang lain untuk mengubah keburukan dan kekurangan yang kita miliki.

Hidup adalah anugerah Allah subhanahu wata'ala yang tidak boleh disia-siakan hanya dengan menuruti semua keinginan orang lain. Memuaskan semua orang itu mustahil karena akan selalu ada yang mendukung dan ada yang menentang. Selama apa yang kamu lakukan itu positif, maka cenderunglah untuk melihat mereka yang mencintai dan mendukung secara tulus. Bukan mereka yang menentang dengan nyinyirannya yang menyakitkan. Inilah yang salah lakukan ketika ada satu teman saya yang mengejek tentang kemampuan menulis saya. Saya bersyukur selalu ada teman yang mensuport dan bahkan rela meminjamkan komputernya kepada saya ketika saya belum memiliki computer. Saya berterimakasih kepada teman-teman saya yang dengan tulus membaca karya saya dan mengoreksinya. Mereka selalu memberi saya semangat. Merekalah pembaca pertama saya sebelum saya mengirimkan naskah saya ke redaksi koran atau majalah.

Allah subhanahu wata'ala telah menciptakan setiap manusia dengan kepribadian dan karakter yang identik. Hatta, saudara kembar yang sekilas banyak kemipiran pun memiliki perbedaan satu sama lain. Allah subhanahu wata'ala telah menciptakan setiap orang dengan kelebihan dan kelemahan masing-masing. Hikmahnya, dengan perbedaan inilah manusia bisa melengkapi satu sama lain dan menutupi kekurangan diantara mereka. Mereka saling membutuhkan karena memang itulah indahnya perbedaan.

Boleh jadi saat ini kita menganggap diri kita tidak berguna karena merasa belum memiliki kontribusi apa pun. Hei, bahkan senyuman kita pun bisa menjadi satu hal yang luar biasa. Setiap kita itu sempurna di sisi Allah subhanahu wata'ala dengan ketakwaan dan akhlak yang kita miliki. Yang harus kita pikirkan sekarang adalah bagaimana kita menjalani kehidupan kita sesuai dengan apa yang Allah subhanahu wata'ala harapkan dan kita memaksimalkan potensi apa pun yang ada dalam diri kita.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment