28 Oct 2018

Semua Tergantung Diri Kita


Terkadang kita melihat orang lain dengan kacamata diri kita sendiri sehingga kita begitu mudah berpikir negatif terhadap orang lain. Ketika kita berpikir negatif terhadap orang lain, maka kita telah menghakiminya.
Ketika kita melihat orang lain cemberut, maka cobalah munculkan pikiran positif di benak kita. Oh mungkin dia sedang sakit gigi. Oh mungkin dia sedang memiliki masalah pribadi dan lain sebagainya.
Marilah kita renungkan bersama, lebih mudah mana berusaha menyingkirkan kerikil tajam di sepanjang jalan, atau memakai sepatu agar kaki tidak terluka oleh kerikil tajam? Orang normal pasti lebih memilih memakai sepatu daripada menyapu semua kerikil sepanjang jalan. Dengan memakai sepatu dia tidak akan merasakan tajamnya kerikil jalanan. Tapi orang yang tidak normal berusaha menyingkirkan semua kerikil tanpa pernah berpikir bahwa dia sebenarnya bisa memakai sepatu. 
Lebih mudah berpikir positif dan berhusnudzon dibanding sibuk dengan memikirkan keburukan orang lain. Dengan berpikir positif kita merasa tenang dan tidak pernah merasa cape dan lelah dengan berbagai pikiran buruk. Pikiran positif itu seperti sepatu atau sandal yang melindungi kaki kita dari tajamnya kerikil jalanan. Sementara orang yang selalu berpikir negatif seperti orang yang berusaha menyingkirkan batu di jalan, dia tidak mengenal sandal atau sepatu. Dia tidak mengenal pikiran yang positif.
Lebih mungkin mana mensterilkan semua tempat agar tidak ada kuman atau memperkuat daya tahan tubuh dan imunitas? Tentunya lebih baik menjaga daya tahan tubuh, karena kuman akan selalu ada. begitu juga dengan diri kita, kita harus menghiasi diri kita dengan akhlak yang baik sebelum meminta orang lain memperlakukan kita dengan perlakuan yang baik. Kita harus memahami orang lain sebelum kita ingin dipahami oleh orang lain. Tapi adakalanya manusia ingin diperlakukan sesuai dengan apa yang dia harapkan, tapi dirinya sendiri tidak berperilaku seperti yang orang lain harapkan darinya. Ingatlah, dalam kehidupan sosial ada rumus memberi dan menerima. Ketika kita memberi maka kita akan menerima. Ketika memberi kebaikan maka kita akan menerima kebaikan, begitu juga sebaliknya, ketika kita memberi yang buruk, maka kita akan menerima keburukan yang sama.
Lebih mudah mana berusaha mencegah setiap mulut agar tak bicara sembarangan, atau menjaga hati sendiri agar tidak mudah tersinggung? Akan selalu ada orang yang berbicara sembarangan, yang kita perlukan hanya menata hati supaya tidak gampangan.
Lebih penting mana berusaha menguasai orang lain, atau belajar menguasai diri sendiri? menguasai orang lain mungkin saja bisa membuat kita ditakuti. Tapi menguasai diri sendiri bisa membuat kita disegani.
Intinya  adalah bukan bagaimana orang harus baik pada kita, melainkan bagaimana kita berusaha baik pada orang lain terlebih dahulu. Karena bukan orang lain yang membuat kita bahagia, melainkan sikap diri sendirilah yang menentukan kita bahagia atau tidak.
Setiap waktu yang telah kita habiskan dalam hidup ini, tidak akan terulang kembali.  Pergunakanlah waktu yang ada untuk tetap belajar. Belajar dari masa lalu untuk persiapan hari esok yang lebih baik.
Semoga menginspirasi

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment