Percayakah kamu jiwa kebahagiaan bisa mempengaruhi umur
seseorang. Semakin kamu merasa bahagia, maka bisa dipastikan kamu memiliki
peluang untuk berumur panjang. Oke, mungkin kamu akan protes dengan pernyataan
saya ini. Kita tahu bahwa umur itu adalah misteri yang hanya Allah subhanahu
wata'ala yang Tahu. Kita juga tahu bahwa yang menentukan usia kita adalah Allah
Sang Pencipta.
Akan tetapi, ada hukum sebab akibat. Sebagaimana kita tahu
bahwa kita tidak mungkin memaklumi orang yang bunuh diri dengan alasan itu
sudah takdirnya. Ya, memang dia ditakdirkan meninggal karena membunuh dirinya
sendiri. malaikat maut menjemput nyawanya tersebab dia menyayat nadinya atau
menyerahkan diri di depan kereta api yang melesat kencang.
Tapi tentu saja antara takdir, usaha dan pilihan berkelindan
secara bersamaan. Begitu juga saat ini, ketika saya berbicara antara hubungan
kebahagiaan dan umur yang panjang, maka saya tekankan kita berpeluang memiliki
umur yang panjang karena kebahagiaan, dan ini adalah takdir yang tidak lepas
dari hukum kausalitas.
Seorang ilmuwan bernama Ruut Veenhoven dari universitas
Erasmus Rotterdam mengatakan bahwa, ‘Kebahagiaan tidak menyembuhkan, tetapi
melindungi kita dari penyakit.
Dikutip dari laman kompas, setelah meninjau kembali 3 penelitian yang telah
dilakukan di berbagai belahan dunia selama periode hingga 30 tahun, profesor
asal Belanda ini mengatakan bahwa efek bahagia pada panjang umur itu sama
dengan kalau kita membandingkan antara orang yang merokok dan yang tidak merokok.
Merasa bahagia, katanya, dapat memperpanjang usia 7,5 hingga 10 tahun.
Temuan ini membawa pada sebuah pertanyaan baru yang cukup
sulit dijawab, yakni soal penyebab bahagia. Apa yang bisa membuat seseorang
bahagia? Pada akhirnya pernyataan ini mengantarkan pada penelitian terhadap
fenomena pencarian kebahagiaan di Negara-negara maju. Hasilnya, kelebihan
materi dan kelimpahan rezeki ternyata tidak dianggap sebagai sesuatu yang bisa
memuaskan hidup mereka. Kebahagiaan tidak
hanya melulu sebatas hidup hedonis yang mengutamakan kenikmatan fisik dan
materi.
Bill McKibben dalam bukunya Deep Economy: The Wealth of
Communities and the Durable Future, mengatakan bahwa para pemuja ekonomi
berpikir untuk meningkatkan kekayaan. Padahal, bertambahnya materi, kekayaan,
hanya menyumbang sedikit bagi munculnya kebahagiaan seseorang.
Masih menurut Bill McKibben dalam penelitiannya,
kebahagiaan dapat muncul akibat suasana
persahabatan yang hangat dan menyenangkan, juga karena faktor-faktor sosial
seperti kemerdekaan, pemerintahan yang efektif, dan aturan hukum yang
ditegakkan. Insya Allah di bab selanjutnya kita akan membahas hubungan antara
kebahagiaan, cinta dan interaksi sosial.
Nah, marilah kita mencermati pernyataan dari riset yang
lain. Dalam sebuah risetnya yang dipublikasikan Journal of Happiness Studies, Veenhoven
menyimpulkan bahwa kebahagiaan adalah penghargaan atas hidup seseorang sebagai
manusia utuh.
Dalam penelitiannya, Veenhoven pertama-tama mencermati
statistik untuk melihat apakah kegembiraan membawa pengaruh bagi orang yang
sakit. Yang ditemui justru kebahagiaan memang membantu mengurangi derita yang
dialami pasien kanker. Namun, secara umum kebahagiaan tidak akan memperpanjang
hidup mereka. Di antara warga masyarakat yang sehat, sebaliknya, kebahagiaan
terbukti melindungi mereka dari sakit. Ini berarti memperlama hidup mereka.
Kesimpulannya, kebahagiaan akan membuat fisik kita menjadi
sehat dan enerjik. Kesedihan atau ketidakbahagiaan menjadi sebab ketidak
stabilan system imunitas tubuh dan mengundang berbagai keluhan penyakit.
Sebagai contoh ringannya, pernahkah kita mengalami sakit
kepala, perut mulas dan meriang ketika merasa takut atau gugup? Tentunya kita
pernah mengalaminya. Nah, ini adalah kasus kecil. Bagaimana jika sepanjang hari
atau sebagian besar hidup kita kita isi dengan kekhawatiran, ketakutan dan
kesedihan? Kita tidak bisa membayangkan bagaimana pengaruhnya.
Bisa jadi sel-sel kanker berkembang karena kesedihan dan
depresi yang berkepanjangan. Begitu juga dengan keluhan-keluhan lainnya seperti
maag akut, serangan jantung, hipertensi dan stroke.
Kesedihan mampu membuat tubuh kita lemah sekaligus
menghancurkan imunitas tubuh. Kesedihan dan emosi yang tidak stabil juga
menyebabkan tekanan darah menjadi tidak stabil sehingga menjadi faktor
munculnya hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Nah, maka disinilah kita harus menyadari betapa pentingnya
menghadirkan rasa dan suasana bahagia dalam kehidupan kita. Mungkin ketika kita
merasa tidak sehat, kita akan pergi ke dokter umum. Tapi jika kita merasa tidak
bahagia, tak ada ahli dalam hal itu. Mengunjungi psikiater? Yang benar saja.
silakan data berapa banyak orang yang peduli dengan masalah emosi dan
perasaannya. Seberapa banyak orang yang peduli dengan ketidakbahagiaanya. Alih-alih
mencari cara untuk ‘menyembuhkan’ justru banyak orang yang memendam semua
ketidakbahagiaannya.
Oleh karena itulah kita harus mengupayakan hidup yang
bahagia. Petunjuk profesional bagaimana caranya agar bisa hidup bahagia sampai
sekarang belum ada. akan tetapi, bagi seorang muslim, kebahagiaan itu mudah
dicari. Yakni dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wata'ala. Kebahagiaan
juga berkolerasi dengan ketawakalan kepada Allah subhanahu wata'ala sebagai
Sang Pengatur kehidupan.
Oleh karena itulah, di bagian selanjutnya,kita akan
membahas hubungan kebahagiaan dengan nilai iman dan spiritualitas.
Kualitas Hidup yang Baik Bermula dari Kebahagiaan
Kualitas Hidup yang Baik Bermula dari Kebahagiaan
Kebahagiaan bisa mencegah dari stress, berbagai keluhan dan
menjaga tubuh selalu sehat dan akif. Kebahagiaan juga membuat seseorang bisa
menikmati hidupnya dengan sempurna. Tidak ada orang yang bahagia tidak enak
makan atau terserang insomnia. Sesederhana apa pun makanan akan tetap nikmat
jika menyantapnya dalam keadaan bahagia dan tidak dibebani kesedihan dan
kegelisahan. Pun dengan tidur, walaupun hanya beralaskan alas yang tipis dan
gubuk sederhana, hal itu tidak mempengaruhi kualitas tidur seorang yang
bahagia.
Sebaliknya, seenak apa pun makanan yang terhidang, dan
seempuk apa pun alas tidur, jika dia tidak bahagia, maka itu semuanya sia-sia
belaka. Makanan akan terasa pahit di lidahnya, dan tempat tidur empuk itu hanya
menjadi pengantar dari mimpi buruk yang selalu mengganggu tidurnya.
Banyak penelitian lain yang juga menyimpulkan hubungan
antara kualitas kehidupan yang baik dengan kebahagiaan. Jadi, untuk memperoleh
kehidupan yang baik, sebenarnya tidak susah memulainya. Cukup dengan memandang
kehidupan dan segala hal yang terjadi dalam hidupmu secara positif, bersyukur
lebih banyak dan merasa bahagia lah, maka kamu akan menikmati kehidupanmu
sekaligus berpeluang memiliki umur yang panjang.
No comments:
Post a Comment