Allah subhanahu wata'ala itu Maha Baik. Sehingga dengan
kebaikan-Nya, tertutupilah aib-aib dan cela di diri kita. Hanya Allah subhanahu
wata'ala yang menutupi aib-aib kita, selama kita tidak mengumbarnya di hadapan
manusia. Oleh karena itulah, ada ulama salaf yang mengatakan, “Kalau bukan
karena Allah subhanahu wata'ala yang menutupi aib-aibku, maka kalian akan
memandangku dengan pandangan yang jijik.”
Dikisahkan bahwa di sebuah acara yang dilaksanakan di Masjid
Sunda Kelapa Jakarta Utara, seorang ustadz bercerita tentang kisah Nabi Yusuf
alaihi salam
Di tengah-tengah cerita, sang Ustadz bertanya kepada jama'ah,
"Siapa nama perempuan yang menggoda Nabi Yusuf?”
"Zulaikha," jawab jama'ah kompak.
"Dari mana tahunya bahwa nama perempuan itu Zulaikha?
Allah tidak menyebutnya dalam Qur'an." Tanya sang ustadz lagi.
Kemudian jamaah terdiam.
Maka ustadz menjelaskan bahwa nama Zulaikha hanyalah nama
yang disebutkan oleh sebagian kecil mufasirin dari cerita israiliyat yang tidak
ada sumbernya dari hadits dan quran.
Kemudian sang ustadz kembali bertanya, “Nah sekarang
pertanyaannya, mengapa Allah subhanahu wata'ala tidak menyebut nama perempuan
itu secara langsung di dalam al-Quran? Mengapa Allah subhanahu wata'ala
mencukupkan dengan menyebutnya imratul aziz, istri sang pejabat?”
Ketika itu semua jamaah terdiam. Kemudian sang ustadz
melanjutkan penjelasannya.
“Alasannya adalah karena perempuan ini masih memiliki rasa
malu. Apa buktinya bahwa ia masih memiliki rasa malu? Ia menutup tirai sebelum
menggoda Yusuf. Ia malu dan tidak ingin ada orang lain yang tahu tentang
perbuatannya. Dan Allah menutupi aib orang-orang yang masih memiliki rasa malu
di hatinya, dengan tidak menyebut namanya dalam Qur'an."
Marilah kita merenung tentang Kebaikan Allah subhanahu
wata'ala untuk hamba-Nya. Cobalah kita pikir-pikir, tak hanya sekali, bahkan
mungkin berkali-kali Allah subhanahu wata'ala telah menutupi aib-aib kita dari
pandangan orang lain. Allah subhanahu wata'ala tidak membiarkan nama baik kita
tercemar oleh maksiat yang kita lakukan kepada-Nya.
Pernahkah ada seseorang yang nampak baik di hadapan orang
lain? Apakah benar orang itu baik atau ia tampak baik karena Allah menutup
aibnya?
Dosa dan aib kita barangkali terlalu banyak. Tapi hanya secuil
atau bahkan tidak ada sama sekali yang diketahui oleh orang lain. Kita berusaha
menutupi dosa-dosa kita karena rasa malu, dan Allah subhanahu wata'ala pun
tidak sudi menampakan dosa-dosa kita karena rasa malu kita. Tapi, bukan berarti
tertutupinya dosa-dosa kita menjadi sebab Allah mengampuni kita. Sehingga tidak
selayaknya kita abai dari taubat kepada Allah subhanahu wata'ala.
Jika saat ini kita tampak hebat dan baik di mata orang lain, itu
hanya karena Allah taala menutupi aib dan keburukan kita. Jika tidak, maka
habislah kita. Terpuruk, seterpuruk-terpuruknya. Malu, semalu-malunya. Hina,
sehina-hinanya. Seperti tak ada lagi tempat tersedia untuk menerima kita.
Maka janganlah merasa sombong dan mengangap diri selalu baik
serta selalu membicarakan dan menggunjing keburukan dan masa lalu orang lain. Boleh
jadi orang yang dibicarakan dosanya tidak seberapa dibanding dosa-dosa kita.
Boleh jadi dosa dan kesalahan kita jauh lebih berat dari
orang yang kita bicarakan , tetapi Allah tidak membuka aib kita.Boleh jadi
orang tersebut pun mulia di hadapan Allah karena menangisi akan dosa dosa yg
diperbuatnya. Sedangkan kita menjadi hina di hadapanNya , karena bangga dengan
amalan kita , yang mungkin tidak bernilai dihadapan Allah subhanahu wata'ala .
Jadi marilah berhenti membicarakan aib dan kejelekan orang
lain. Mari sibuk mengoreksi diri sendiri dan memperbaiki diri.
Sebagaimana hadits menyebutkan,
وَمَنْ
سَتَرَ عَلَى مُسْلِمٍ فِي الدُّنْيَا سَتَرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا
وَالْآخِرَةِ
Dan barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim sewaktu di dunia,
maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat”
Semoga menginspirasi
No comments:
Post a Comment