Hari itu saya berpuasa asyura. Puasa yang dianjurkan oleh
Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam untuk menghormati Nabi Musa alaihi
salam. Hari dimana ketika itu Allah subhanahu wata'ala membebaskan bani Israil
dari cengkeraman kekejaman Firuan di Mesir.
Ketika itu saya menghadiri excercise pekanan yang rutin saya
hadiri di sebuah gedung gym. Saya pulang ke rumah dalam keadaan yang kelelahan.
Dalam perjalanan pulang itulah saya menyadari bahwa dompet saya telah hilang
dari saku saya.
Saya sadar bahwa ketika di bus dompet itu masih ada di saku. Saya kembali menyusuri jalanan yang
saya lalui ketika turun dari bis tadi. Saya berharap dompet saya jatuh di jalan
sehingga saya bisa memungutnya kembali. Saya sudah mengamati sepanjang jalan
dan saya tidak menemukan dompet itu. Itu artinya dompet saya tertinggal di
dalam bis. Setidaknya, butuh waktu 4 minggu untuk menemukan barang yang hilang
di bis dengan menghubungi pihak bis. Itu pun jika tidak ada yang melihat dan
mencurinya.
Oh ya, dompet itu juga punya 6 jenis kartu, sebuah kartu
kereta yang sangat saya butuhkan akhir pekan ini dan kartu-kartu lainnya. Saya sudah
pasrah dan membayangkan bahwa saya tidak akan pernah melihat dompet itu lagi. Akan
tetapi saya berdoa semoga Allah subhanahu wata'ala menjaga dompet saya, entah
itu dengan ditemukan oleh orang yang baik dan memberikannya kepada saya –karena
disitu ada kartu pengenal saya- atau dengan cara apa pun.
Keesokan harinya, saat saya sedang menghadiri shalat jumat,
telepon genggam saya bordering nyaring. Deringannya mengundang tatapan tajam
dari jamaah lain yang artinya, ‘matikan handphonemu, ini hari jumat, kau lupa
ya.’
Jadi saya melanjutkan untuk mendengarkan khotbah – khutbahnya
tentang Kisah Nabi Musa alaihi salam, dan bani Israel. Bagaimana kita berpuasa
pada hari asyura untuk memperingati hari ketika Musa alaihi salam membebaskan
bani Israel. Dan Nabi Muhammad sa memerintahkan umat islam untuk berpuasa
sebagai bentuk tanda cinta mereka kepada Musa.
Selepas shalat jumat selesai, seseorang menghubungi saya,
tepat ketika saya akan mengemudikan kendaraan. Saya berniat menunda menjawabnya
dan akan menghubunginya ketika sampai di rumah. Tapi pada akhirnya saya
berhenti sejenak untuk mengangkatnya dan dengan sedikit tekanan dan agak kasar
saya bertanya, “Ya, dengan siapa?”
“Apakah Anda Abdullah?’”
“Ya.”
"Oh ... saya pikir dompet anda ada di saya.”
Alhamdulillah, ternyata Allah masih menakdirkan dompet ini
masih milik saya.
Kemudian kami berjanji untuk bertemu di Golders green, dan
dia menyerahkan dompet saya. Dia memberi tahu saya bahwa dia akan merayakan
hari sabat dan telponnya akan mati jika saya menelpon beberapa jam kemudian.
Saya berterimakasih kepadanya. Saya juga bilang bahwa saya
sedang berpuasa untuk merayakan yang pada dasarnya adalah hari perayaan umat
yahudi juga. Dan orang ini memberitahuku bahwa dia berpuasa selama 26 jam untuk
merayakan Yom Kipur. Yang seperti yang aku pahami, berasal dari tradisi yang
sama.
Pria yang luar biasa ini (mari kita panggil dia David demi
privasinya) memberitahuku bahwa angin kencang telah membuat pohon rubuh di
depan rumah sahabatnya. Dan paginya, ketika sahabatnya membersihkan puing-puing
pohon, dia menemukan dompet saya. Dia pergi bekerja ke kantor, dan menyerahkan
dompet itu kepada teman sekantornya –David- karena ia tahu tempat tinggal David
tidak jauh dari alamat yang tertera di tanda pengenal saya yang ada di dompet.
Terkadang, orang melakukan hal-hal luar biasa. Dan hal-hal
yang luar biasa itu bisa mengalihkan segala bentuk kesuraman dan kegelapan yang
selama ini melingkupi kita. Ya, memang satu hal yang indah ketika seorang
muslim dan yahudi yang kebetulan berpuasa karena alasan yang sama, dapat
terhubung oleh pohon tumbang dan dompet yang hilang di sebuah kota kecil di
London.
Diterjemahkan secara bebas dengan sedikit pengubahan dari ilmfeed.com
No comments:
Post a Comment