Seringkali kita gampang melihat kesalahan orang lain, tapi di sisi lain kita tidak bisa memperbaikinya. Alih-alih memperbaikinya, kita tidak sadar bahwa kita sendiri juga sering melakukan kesalahan. Sebagaimana kata pepatah, gajah dipelupuk mata tidak kelihatan, semut di seberang lautan kelihatan. Ya, kita memang sering melihat kesalahan orang lain, sampai-sampai kesalahan sendiri terlupakan.
Mari kita simak sebuah kisah sebagai tamsil.
Ada seorang murid SD begitu mengagumi lukisan yang baru saja dibuatnya. Dia menilai itu adalah karya terbaiknya. Dengan besar hati dia memasang lukisannya di etalase umum di sekolahnya. Dia mengharapkan penilaian tentang lukisannya dari teman-teman satu sekolah. Di bawah lukisan dia menulis kalimat berikut " Barangsiapa yang menemukan kesalahan pada lukisan ini, mohon diberi tanda dengan menggunakan tinta merah ".
Sore harinya si bocah menemukan lukisan terbaik miliknya sudah penuh dengan coretan-coretan merah. Begitu banyaknya coretan itu sehingga lukisan aslinya tidak dikenali lagi.
Merasa gagal menampilkan karya terbaiknya dia pun mengadukan hal itu pada gurunya.
“Saya tidak berbakat menjadi seorang pelukis.” Ujar si anak dengan wajah yang murung.
Gurunya tersenyum dan berkata kepadanya, “Besok kamu taruh lagi lukisan terbaikmu di etalase sekolah. Tulislah dibawah lukisanmu itu dengan kalimat" Barangsiapa yang menemukan kesalahan pada lukisan ini, mohon gunakan kuas yang telah tersedia untuk memperbaiki ."
Keesokan harinya, si anak pun melaksanakan apa yang disarankan gurunya. Ia membawa lukisan terbaiknya yang lain dan menyimpannya di etalase sekolah, kemudian menuliskan kalimat berbunyi, “Barangsiapa yang menemukan kesalahan pada lukisan ini, mohon gunakan kuas yang telah tersedia untuk memperbaiki. “ sebagaimana yang disarankan gurunya.
Dari jauh ia memperhatikan, tidak seorang pun berani mendekat ke lukisan itu. Bahkan sampai sore hari, tidak ada seorang pun temannya satu sekolah yang mencoba memperbaiki lukisan itu.
Dia pun kembali menemui gurunya.
“Ketika aku meminta mereka menunjukan kesalahan lukisanku, mereka bisa menunjukannya, tetapi ketika aku meminta mereka memperbaiki kesalahannya, mereka tidak bisa.” Ujar si anak kepada gurunya.
Maka gurunya berkata kepada si bocah, “Nak, orang yang mampu mencari dan menemukan kesalahan orang lain itu jumlahnya banyak sekali. Akan tetapi orang yang mampu memperbaiki dan menutupi kekurangan orang lain, jumlahnya sedikit, bahkan mungkin jarang dan langka.”
Begitulah kondisi kita dewasa ini. Banyak diantara kita yang sangat mahir mengkritik dan mencela saudara kita, tapi disisi lain kita tak pernah bisa memberikan solusinya.
Di lain kesempatan, ada banyak orang yang fasih menjelek-jelekan orang lain. Dia tidak bisa menutupi aib saudaranya. Alih-alih menasihati, malah dighibahi.
Padahal, jika kita menemukan kesalahan pada saudara kita, maka kita wajib memperbaikinya dengan cara yang baik. Yakni dengan menasihatinya empat mata dan tidak mempermalukannya. Janganlah menjadi seseorang yang sebagaimana disebutkan dalam pepatah, “Gajah di pelupuk mata tidak kelihatan, semut di seberang lautan kelihatan,
Sekian.
Artikel ini pernah dimuat di plukme dengan alamat>> https://www.plukme.com/post/pintar-mencari-kesalahan-tak-pintar-memperbaiki-5bb5d88fe67a5
No comments:
Post a Comment