31 Oct 2018

Bagaimana Menghadirkan Kedamaian di Hati?


Budiman Mustofa dalam bukunya Quantum Kebahagiaan mengutarakan sebuah kisah menarik dari seorang ilmuwan jerman bernama imanuel Kant. Dikisahkan bahwa Imanuel Kant pernah merasa terganggu dengan suara kokok ayam jantan milik tetangganya yang lumayan nyaring.
Dia merasa konsentrasinya dalam bekerja menjadi buyar gara-gara kokok ayam jantan tersebut.
Pada akhirnya, Imanuel Kant meminta pelayannya untuk membeli ayam jantan tersebut dari tetatangganya dan berniat menyembelihnya. Si pelayan pun melaksanakan apa yang diinginkan oleh Tuannya.
Tak berapa lama si pelayan membawa seekor ayam jantan dan menyembelihnya, kemudian menghidangkannya di meja makan. Saat itu Imanuel Kant mengundang temannya untuk makan siang.
Disaat itulah dia curhat kepada temannya bahwa saat itu dia merasa bahagia karena telah ‘membalas dendam’ kepada si ayam jago yang selalu mengganggunya. Di saat yang bersamaan, sebenarnya beberapa kali terdengar ayam berkokok dari rumah sebelah, tapi dia tidak menyadarinya.
Pada akhirnya, pelayannya berkata kepada Imanuel Kant bahwa sebenarnya ayam yang dihidangkan bukan ayam tetangga. Karena si tetangga tidak sudi menjual ayam miliknya, si pelayan membeli ayam dari pasar dan memasaknya.
Sebenarnya tidak ada yang berubah, yang berubah hanyalah dirinya dan perasaannya. Jadi bukan ayam jantan yang membuat dia bahagia atau tidak bahagia.
Hal ini juga persis saya alami dalam kehidupan saya. Suatu hari tetangga saya –untuk pertama kalinya- memelihara dua ekor burung puyuh. Dan ini adalah kali pertama saya mendengarkan suara burung puyuh yang cempreng dan tidak enak didengar. Hampir setiap malam burung puyuh itu berbunyi dengan suara seraknya yang keras. Parahnya lagi, sangkar burung itu disimpan di depan rumahnya yang persis menghadap rumah kosan yang saya tempati.
Hampir dua pekan lamanya saya tidak bisa tidur gara-gara kicauan aneh si burung puyuh milik tetangga. Disisi lain saya tidak tega dan tidak enak hati untuk protes kepada tetangga saya. Pada akhirnya, saya hanya bisa pasrah. Tapi lambat laun telinga saya mulai berdamai dengan suara si burung puyuh dan saya bisa tidur nyenyak seperti sedia kala.
saya jadi teringat fenomena aneh yang juga saya rasakan berkaitan tentang insomnia atau susah tidur. Saya termasuk orang yang cenderung susah langsung jatuh tidur. Telinga saya juga sensitive terhadap suara-suara di sekitar saya. Sehingga saya bisa tertidur jika suasana sekitar benar-benar sepi. Tapi anehnya, saya sering merasa ngantuk ketika khutbah jumat berlangsung. Padahal khutbah itu kan suaranya lumayan keras karena memakai speaker. Dan tentu saja berbicara tentang mengantuk ketika khutbah jumat, kita tidak boleh menuruti kemauan nafsu kita. Cobalah untuk menanahnya. J
Saya juga sering tertidur nyenyak di kereta yang bising atau di bus yang berisik dengan pengamen atau pedagang.
Jadi intinya, kita harus menghadirkan kedamaian di dalam hati, baru kita bisa merasakan kedamaian tersebut tanpa terpengaruh oleh keadaan di luar diri kita.
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment