Budiman Mustofa dalam bukunya Quantum Kebahagiaan mengutarakan
sebuah kisah menarik dari seorang ilmuwan jerman bernama imanuel Kant.
Dikisahkan bahwa Imanuel Kant pernah merasa terganggu dengan suara kokok ayam
jantan milik tetangganya yang lumayan nyaring.
Dia merasa konsentrasinya dalam bekerja menjadi buyar gara-gara
kokok ayam jantan tersebut.
Pada akhirnya, Imanuel Kant meminta pelayannya untuk membeli ayam
jantan tersebut dari tetatangganya dan berniat menyembelihnya. Si pelayan pun
melaksanakan apa yang diinginkan oleh Tuannya.
Tak berapa lama si pelayan membawa seekor ayam jantan dan
menyembelihnya, kemudian menghidangkannya di meja makan. Saat itu Imanuel Kant
mengundang temannya untuk makan siang.
Disaat itulah dia curhat kepada temannya bahwa saat itu dia merasa
bahagia karena telah ‘membalas dendam’ kepada si ayam jago yang selalu
mengganggunya. Di saat yang bersamaan, sebenarnya beberapa kali terdengar ayam
berkokok dari rumah sebelah, tapi dia tidak menyadarinya.
Pada akhirnya, pelayannya berkata kepada Imanuel Kant bahwa
sebenarnya ayam yang dihidangkan bukan ayam tetangga. Karena si tetangga tidak
sudi menjual ayam miliknya, si pelayan membeli ayam dari pasar dan memasaknya.
Sebenarnya tidak ada yang berubah, yang berubah hanyalah dirinya
dan perasaannya. Jadi bukan ayam jantan yang membuat dia bahagia atau tidak
bahagia.
Hal ini juga persis saya alami dalam kehidupan saya. Suatu hari
tetangga saya –untuk pertama kalinya- memelihara dua ekor burung puyuh. Dan ini
adalah kali pertama saya mendengarkan suara burung puyuh yang cempreng dan tidak
enak didengar. Hampir setiap malam burung puyuh itu berbunyi dengan suara
seraknya yang keras. Parahnya lagi, sangkar burung itu disimpan di depan
rumahnya yang persis menghadap rumah kosan yang saya tempati.
Hampir dua pekan lamanya saya tidak bisa tidur gara-gara kicauan
aneh si burung puyuh milik tetangga. Disisi lain saya tidak tega dan tidak enak
hati untuk protes kepada tetangga saya. Pada akhirnya, saya hanya bisa pasrah. Tapi
lambat laun telinga saya mulai berdamai dengan suara si burung puyuh dan saya
bisa tidur nyenyak seperti sedia kala.
saya jadi teringat fenomena aneh yang juga saya rasakan berkaitan
tentang insomnia atau susah tidur. Saya termasuk orang yang cenderung susah
langsung jatuh tidur. Telinga saya juga sensitive terhadap suara-suara di
sekitar saya. Sehingga saya bisa tertidur jika suasana sekitar benar-benar sepi.
Tapi anehnya, saya sering merasa ngantuk ketika khutbah jumat berlangsung. Padahal
khutbah itu kan suaranya lumayan keras karena memakai speaker. Dan tentu saja
berbicara tentang mengantuk ketika khutbah jumat, kita tidak boleh menuruti
kemauan nafsu kita. Cobalah untuk menanahnya. J
Saya juga sering tertidur nyenyak di kereta yang bising atau di bus
yang berisik dengan pengamen atau pedagang.
Jadi intinya, kita harus menghadirkan kedamaian di dalam hati, baru
kita bisa merasakan kedamaian tersebut tanpa terpengaruh oleh keadaan di luar
diri kita.
No comments:
Post a Comment