Dikisahkan, seorang menteri di Baghdad telah merampas dengan paksa
harta kekayaan seorang wanita tua. Segala harta milik wanita itu dijarah dengan
cara licik. Lalu wanita itu datang menuntut haknya di hadapan sang menteri
sambil menangis. Namun sang menteri tak mau peduli, tidak jera dan tidak mau
bertaubat atas kesalahannya itu.
Kemudian wanita itu mengancam, “Jika engkau tidak
mengembalikannya juga, aku akan memohon kepada Allah agar engkau celaka.”
Menteri itu malah tertawa mengejek seraya berkata,
“Berdo’alah pada sepertiga malam.”
Begitulah ucapan yang keluar dari orang yang fasik lagi pongah. Wanita itupun pergi
meninggalkannya. Pada setiap sepertiga malam terakhir, ia selalu berdo’a.
Tak berapa lama berselang, menteri itu dipecat dari
jabatannya, dan seluruh harta bendanya disita. Ia diikat di tengah pasar dan
dicambuk sebagai hukuman menurut ketentuan majelis hakim atas kekejamannya
terhadap rakyatnya.
Pada saat itu wanita tua itu lewat sambil melihat siapa yang
sedang diikat itu. Begitu melihatnya, ia berkata, “Engkau benar, engkau telah
menganjurkan kepadaku untuk berdo’a di sepertiga malam terakhir, ternyata
terbukti bahwa sepertiga malam terakhir itu memang waktu yang terbaik.”
Begitulah, saat orang lalim yang merasa punya kuasa dan
kekuatan dengan santai berbuat aniaya, dia lupa bahwa orang yang dizhalimi
memiliki senjata ampuh untuk menjatuhkannya. Karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda :
وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ ، فَإِنَّهُ
لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ
“Takutlah kamu terhadap do’a orang yang dizhalimi, karena
tidak ada penghalang antara dia dengan Allah.” (HR Bukhari)
Maka orang yang menimpakan kezhaliman kepada orang lain,
baik dalam bentuk menipu, mengambil harta orang lain dengan cara yang haram,
menyakiti dengan lisan dan perbuatan, atau merusak kehormatan, dan yang ingin
mencelakakan orang lain hakikatnya sedang menggali lubang untuk kuburannya
sendiri. Sebagaimana dikatakan,
من حفر حفرتا لاخيه وقعأ فيها
Barangsiapa menggali lubang untuk saudaranya, ia sendiri
yang akan terperosok ke dalamnya.”
Nukilan dari al-Faraj Ba’da asy-Syiddah
**
Dalam suatu kisah, bahwa ada seorang laki-laki yang buntung
tangannya hingga pangkal lengannya berkata, “Barangsiapa yang melihat
keadaanku, maka jangan sekali-kali berlaku zhalim kepada seorang pun.”
Lalu orang itu ditanya, “Apa yang terjadi atas dirimu?”
Lalu dia bercerita, “Kisahku sangat menyedihkan. Dahulunya
aku seorang yang mudah sekali menzhalimi
orang. Suatu hari aku melihat seorang nelayan mendapatkan ikan besar yang
menakjubkanku.
Akupun mendekatinya dan berkata, “Berikanlah ikan itu
kepadaku.”
Dia menjawab, “Tidak, karena ikan ini akan saya jual dan
hasilnya untuk membeli makan bagi keluargaku.”
Lalu aku memukulnya dan merebutnya dengan paksa dan langsung
pergi.
Ketika aku pulang membawa ikan tersebut, tiba-tiba ikan itu
menggigit jempol tanganku dengan gigitan yang kuat. Sesampainya di rumah aku
letakkan ikan itu, sementara jempol tanganku semakin terasa sakitnya hingga aku
tidak bisa tidur karena nyeri. Pagi harinya aku mendatangi tabib dan
mengeluhkan rasa sakitku, lalu sang tabib berkata, “Anda terkena infeksi,
seharusnya jempol ini dipotong, kalau tidak niscaya akan menjalar ke tanganmu.”
Maka saya harus merelakan jempolku diamputasi.
Namun rasa sakit telah menjalar ke telapak tangan hingga aku
tetap belum bisa tidur karena sakitnya. Akupun kembali mendatangi tabib dan
tabib berkata, “potonglah telapak tanganmu, agar penyakit tidak menjalar ke
hasta.”
Akhirnya telapak tanganku diamputasi juga.
Penyakit terus menjalar, hingga aku harus memotong tanganku sampai
siku, lalu dipotong lagi di pangkal lengan. Hingga seseorang menyarankan agar
aku meminta maaf kepada orang yang dizhalimi. Allah berkehendak mempertemukan
kami berdua, dan penyakit tersebut tak lagi menjalar setelah orang yang telah
aku dzalimi memaafkanku.
Begitulah balasan orang yang berlaku zhalim, seperti pepatah
‘menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri.”
Ibnu Hajar al Asqolani rahimahullah dalam az-Zawaajir
Adz-Dzahabi rahimahullah dalam al-Kaba’ir
=
Ada seorang laki-laki yang memiliki orangtua yang sudah
lanjut usia. Dia sudah merasa lelah untuk melayani dan menuruti kemauan ayahnya
itu. Hingga suatu ketika ia membawa orangtuanya ke perbukitan. Sesampainya di
tempat yang dituju, dia menurunkan orangtuanya dari kendaraan.
Orangtuanya bertanya keheranan, Apa yang hendak engkau
lakukan terhadapku wahai anakku?”
Dia menjawab, “Aku ingin menyembelih ayah!”
Ayahnya berkata, “Jika kamu bersikeras untuk menyembelihku,
maka sembelihlah aku di bukit yang sana, karena dahulu aku juga menjadi seorang
anak yang durhaka, dan aku telah menyembelih ayahku di sana. Tapi ingat, kelak
kamu juga akan mengalami hal serupa wahai anakku.”
Betapa kejahatan dibalas dengan perlakuan serupa. Maka
hendaknya kita pikirkan bagaimana kita memperlakukan orang lain, sebagaimana
kaidah berlaku,
فكما تدين تدانو
Sebagaimana kamu berbuat, maka seperti itu pula kamu akan
diperlakukan.”
Sudahkah pula Anda membaca firman Allah ﷻ?
مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ وَلَا
يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا
Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi
pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak
(pula) penolong baginya selain dari Allah.” (QS:An-Nisaa | Ayat: 123).
=
Kemal Attaturk, tokoh sekuler Turki yang dengan sombongnya
menghilangkan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, melarang haji bahkan dengan
bantuan Inggris meruntuhkan Khilafah ‘Ustmaniyyah.
Ketika kekuasaan digenggamnya, berbagai perilaku keji
dilakukannya, tarian dansa, pencabulan, pelacuran dengan banyaknya wanita
simpanan sebagai pelampiasan syahwatnya, bahkan menurut istrinya ia adalah
seorang homoseksual!
Tahukah anda apa balasan yang diterimanya? Allah timpakan
adzab lemah syahwat, impoten karena penyakit syphilis. Diharamkan dirinya dari
‘keperkasaan’ lelaki dan nikmat memilki anak.
Tak jauh beda dengan akhir yang dialami Ghulam Ahmad yang
mengaku sebagai nabi dari Qodiyan. Ia pernah mendoakan Syaikh Tsana’ullah
terserang kolera dan binasa. Lantas apa yang terjadi ? Tiga belas bulan sepuluh
hari setelah peristiwa tersebut Ghulam Ahmad terserang penyakit kolera,
berbagai kotoran najis keluar dari mulutnya, sebagaimana ungkapan-ungkapan keji
atas nama Allah, para nabi dan para wali-Nya.
Sementara Syaikh Tsana’ullah tetap hidup kurang lebih empat
puluh tahun setelah kematian Dajjal dari India itu. Al jazaa min jinsil ‘amal (balasan
sejenis dengan perbuatan)! Ingatlah firman Allah Ta’ala:
وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا
يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ
Dan janganlah sekali-kali engkau( Muhammad ) mengira, bahwa
Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim” (Q.S. Ibrohim 42)
=
Dari Salamah bin Al-Akwa’ radhiyallahu ’anhu (dia berkata) :
“Sesungguhnya seorang laki-laki makan di sisi Rasulullah shallallahu ’alaihi
wa sallam dengan tangan kirinya, maka
beliau bersabda:
كُلْ بِيَمِيْنِكَ
“Makanlah dengan tangan kananmu!”
Laki-laki itu menjawab, “Aku tidak bisa!” Beliau bersabda,
“Engkau tidak akan bisa,” (Perawi mengatakan) tidak ada yang bisa mencegahnya
kecuali kesombongan! Berkata Salamah: “Maka dia tidak bisa mengangkat tangan
kanannya kemulutnya (setelahitu-ed) “. (Diriwayatkan oleh Muslim hadits no.
2021)
=
Disebutkan dalam kitab Al-Bidayah Wa Nihayah karya Al-Hafizh
Ibnu Katsir rahimahullah, bahwa seseorang yang bernama A’yun bin Dhubai’ah
berusaha untuk melihat sekedup milik Ummul Mukminin Aisyah pada saat perang
Jamal. Pria ini ingin mengintip Aisyah. Orang ini memang sering melakukan
perbuatan tidak senonoh.
“Menjauhlah engkau dariku, semoga Allah melaknatmu!”, kata
‘Aisyah.
“Demi Allah, tidaklah aku melihat melainkan humaira’ yang
merah pipinya!”, jawab lelaki hidung belang itu.
“Semoga Allah membeberkan aibmu, memotong tanganmu dan
membuka auratmu!” kata ‘Aisyah lagi.
Tidak lama setelah itu lelaki kurang ajar itu terbunuh di
daerah Bushrah. Ia disalib dan tangannya dipotong. Bahkan ia dilempar tombak
dalam keadaan telanjang bulat oleh beberapa kabilah Azd.
Memang benar,hukuman itu sesuai perbuatan! Begitu pula
perbuatan baik, Allah tidak pernah akan menyia-nyiakannya, tidak saja di dunia,
namun di akhirat akan dibalas denga balasan yang paling baik dan sempurna
No comments:
Post a Comment