29 Oct 2018

[Kisah] Balasan Sesuai Perbuatan



Dikisahkan, seorang menteri di Baghdad telah merampas dengan paksa harta kekayaan seorang wanita tua. Segala harta milik wanita itu dijarah dengan cara licik. Lalu wanita itu datang menuntut haknya di hadapan sang menteri sambil menangis. Namun sang menteri tak mau peduli, tidak jera dan tidak mau bertaubat atas kesalahannya itu.
Kemudian wanita itu mengancam, “Jika engkau tidak mengembalikannya juga, aku akan memohon kepada Allah agar engkau celaka.”
Menteri itu malah tertawa mengejek seraya berkata, “Berdo’alah pada sepertiga malam.”
Begitulah ucapan yang keluar dari orang yang  fasik lagi pongah. Wanita itupun pergi meninggalkannya. Pada setiap sepertiga malam terakhir, ia selalu berdo’a.
Tak berapa lama berselang, menteri itu dipecat dari jabatannya, dan seluruh harta bendanya disita. Ia diikat di tengah pasar dan dicambuk sebagai hukuman menurut ketentuan majelis hakim atas kekejamannya terhadap rakyatnya.
Pada saat itu wanita tua itu lewat sambil melihat siapa yang sedang diikat itu. Begitu melihatnya, ia berkata, “Engkau benar, engkau telah menganjurkan kepadaku untuk berdo’a di sepertiga malam terakhir, ternyata terbukti bahwa sepertiga malam terakhir itu memang waktu yang terbaik.”
Begitulah, saat orang lalim yang merasa punya kuasa dan kekuatan dengan santai berbuat aniaya, dia lupa bahwa orang yang dizhalimi memiliki senjata ampuh untuk menjatuhkannya. Karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ ، فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ
“Takutlah kamu terhadap do’a orang yang dizhalimi, karena tidak ada penghalang antara dia dengan Allah.” (HR Bukhari)
Maka orang yang menimpakan kezhaliman kepada orang lain, baik dalam bentuk menipu, mengambil harta orang lain dengan cara yang haram, menyakiti dengan lisan dan perbuatan, atau merusak kehormatan, dan yang ingin mencelakakan orang lain hakikatnya sedang menggali lubang untuk kuburannya sendiri. Sebagaimana dikatakan,
من حفر حفرتا لاخيه وقعأ فيها
Barangsiapa menggali lubang untuk saudaranya, ia sendiri yang akan terperosok ke dalamnya.”
Nukilan dari al-Faraj Ba’da asy-Syiddah
**
Dalam suatu kisah, bahwa ada seorang laki-laki yang buntung tangannya hingga pangkal lengannya berkata, “Barangsiapa yang melihat keadaanku, maka jangan sekali-kali berlaku zhalim kepada seorang pun.”
Lalu orang itu ditanya, “Apa yang terjadi atas dirimu?”
Lalu dia bercerita, “Kisahku sangat menyedihkan. Dahulunya aku seorang  yang mudah sekali menzhalimi orang. Suatu hari aku melihat seorang nelayan mendapatkan ikan besar yang menakjubkanku.
Akupun mendekatinya dan berkata, “Berikanlah ikan itu kepadaku.”
Dia menjawab, “Tidak, karena ikan ini akan saya jual dan hasilnya untuk membeli makan bagi keluargaku.”
Lalu aku memukulnya dan merebutnya dengan paksa dan langsung pergi.
Ketika aku pulang membawa ikan tersebut, tiba-tiba ikan itu menggigit jempol tanganku dengan gigitan yang kuat. Sesampainya di rumah aku letakkan ikan itu, sementara jempol tanganku semakin terasa sakitnya hingga aku tidak bisa tidur karena nyeri. Pagi harinya aku mendatangi tabib dan mengeluhkan rasa sakitku, lalu sang tabib berkata, “Anda terkena infeksi, seharusnya jempol ini dipotong, kalau tidak niscaya akan menjalar ke tanganmu.”
Maka saya harus merelakan jempolku diamputasi.
Namun rasa sakit telah menjalar ke telapak tangan hingga aku tetap belum bisa tidur karena sakitnya. Akupun kembali mendatangi tabib dan tabib berkata, “potonglah telapak tanganmu, agar penyakit tidak menjalar ke hasta.”
Akhirnya telapak tanganku diamputasi juga.
Penyakit terus menjalar, hingga aku harus memotong tanganku sampai siku, lalu dipotong lagi di pangkal lengan. Hingga seseorang menyarankan agar aku meminta maaf kepada orang yang dizhalimi. Allah berkehendak mempertemukan kami berdua, dan penyakit tersebut tak lagi menjalar setelah orang yang telah aku dzalimi memaafkanku.
Begitulah balasan orang yang berlaku zhalim, seperti pepatah ‘menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri.”
Ibnu Hajar al Asqolani rahimahullah dalam az-Zawaajir
Adz-Dzahabi rahimahullah dalam al-Kaba’ir
=

Ada seorang laki-laki yang memiliki orangtua yang sudah lanjut usia. Dia sudah merasa lelah untuk melayani dan menuruti kemauan ayahnya itu. Hingga suatu ketika ia membawa orangtuanya ke perbukitan. Sesampainya di tempat yang dituju, dia menurunkan orangtuanya dari kendaraan.
Orangtuanya bertanya keheranan, Apa yang hendak engkau lakukan terhadapku wahai anakku?”
Dia menjawab, “Aku ingin menyembelih ayah!”
Ayahnya berkata, “Jika kamu bersikeras untuk menyembelihku, maka sembelihlah aku di bukit yang sana, karena dahulu aku juga menjadi seorang anak yang durhaka, dan aku telah menyembelih ayahku di sana. Tapi ingat, kelak kamu juga akan mengalami hal serupa wahai anakku.”
Betapa kejahatan dibalas dengan perlakuan serupa. Maka hendaknya kita pikirkan bagaimana kita memperlakukan orang lain, sebagaimana kaidah berlaku,
فكما تدين تدانو
Sebagaimana kamu berbuat, maka seperti itu pula kamu akan diperlakukan.”
Sudahkah pula Anda membaca firman Allah ?
مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ وَلَا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا
Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.” (QS:An-Nisaa | Ayat: 123).
=

Kemal Attaturk, tokoh sekuler Turki yang dengan sombongnya menghilangkan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, melarang haji bahkan dengan bantuan Inggris meruntuhkan Khilafah ‘Ustmaniyyah.
Ketika kekuasaan digenggamnya, berbagai perilaku keji dilakukannya, tarian dansa, pencabulan, pelacuran dengan banyaknya wanita simpanan sebagai pelampiasan syahwatnya, bahkan menurut istrinya ia adalah seorang homoseksual!
Tahukah anda apa balasan yang diterimanya? Allah timpakan adzab lemah syahwat, impoten karena penyakit syphilis. Diharamkan dirinya dari ‘keperkasaan’ lelaki dan nikmat memilki anak.
Tak jauh beda dengan akhir yang dialami Ghulam Ahmad yang mengaku sebagai nabi dari Qodiyan. Ia pernah mendoakan Syaikh Tsana’ullah terserang kolera dan binasa. Lantas apa yang terjadi ? Tiga belas bulan sepuluh hari setelah peristiwa tersebut Ghulam Ahmad terserang penyakit kolera, berbagai kotoran najis keluar dari mulutnya, sebagaimana ungkapan-ungkapan keji atas nama Allah, para nabi dan para wali-Nya.
Sementara Syaikh Tsana’ullah tetap hidup kurang lebih empat puluh tahun setelah kematian Dajjal dari India itu. Al jazaa min jinsil ‘amal (balasan sejenis dengan perbuatan)! Ingatlah firman Allah Ta’ala:
وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ
Dan janganlah sekali-kali engkau( Muhammad ) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim”  (Q.S. Ibrohim 42)
=
Dari Salamah bin Al-Akwa’ radhiyallahu ’anhu (dia berkata) : “Sesungguhnya seorang laki-laki makan di sisi Rasulullah shallallahu ’alaihi wa  sallam dengan tangan kirinya, maka beliau bersabda:
كُلْ بِيَمِيْنِكَ
“Makanlah dengan tangan kananmu!”
Laki-laki itu menjawab, “Aku tidak bisa!” Beliau bersabda, “Engkau tidak akan bisa,” (Perawi mengatakan) tidak ada yang bisa mencegahnya kecuali kesombongan! Berkata Salamah: “Maka dia tidak bisa mengangkat tangan kanannya kemulutnya (setelahitu-ed) “. (Diriwayatkan oleh Muslim hadits no. 2021)
=
Disebutkan dalam kitab Al-Bidayah Wa Nihayah karya Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah, bahwa seseorang yang bernama A’yun bin Dhubai’ah berusaha untuk melihat sekedup milik Ummul Mukminin Aisyah pada saat perang Jamal. Pria ini ingin mengintip Aisyah. Orang ini memang sering melakukan perbuatan tidak senonoh.
“Menjauhlah engkau dariku, semoga Allah melaknatmu!”, kata ‘Aisyah.
“Demi Allah, tidaklah aku melihat melainkan humaira’ yang merah pipinya!”, jawab lelaki hidung belang itu.
“Semoga Allah membeberkan aibmu, memotong tanganmu dan membuka auratmu!” kata ‘Aisyah lagi.
Tidak lama setelah itu lelaki kurang ajar itu terbunuh di daerah Bushrah. Ia disalib dan tangannya dipotong. Bahkan ia dilempar tombak dalam keadaan telanjang bulat oleh beberapa kabilah Azd.
Memang benar,hukuman itu sesuai perbuatan! Begitu pula perbuatan baik, Allah tidak pernah akan menyia-nyiakannya, tidak saja di dunia, namun di akhirat akan dibalas denga balasan yang paling baik dan sempurna

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment