Ada pepatah inggris yang mengatakan ‘Don’t judge a book by
it’s cover. Jangan pernah menilai buku dari tampilan sampulnya. Jangan pernah
menilai seseorang dari tampilan luarnya. Karena yang terpenting adalah isinya.
Tapi, seringkali kita lebih mementingkan tampilan luar
dibanding isi.
Ada kisah menarik terkait hal ini.
Dalam sebuah acara Reuni, beberapa alumni menjumpai guru
sekolah mereka ketika masa SMA dulu. Mereka menceritakan kisah sukses
masing-masing. Ada yang menjadi direktur BUMN, ada yang menjadi direktur Bank,
ada yang menjadi pengusaha sukses, dokter, arsitek, pengacara, konsultan, dan
sebagainya.
Melihat para alumni tersebut ramai-ramai membicarakan
kesuksesan mereka, guru tersebut segera ke dapur. Kemudian mengambil seteko
kopi panas dan beberapa cangkir yang berbeda-beda jenis dan bahannya. Mulai dari cangkir yang terbuat dari kristal,
kaca, melamin dan cangkir yang terbuat dari plastik.
“Sudah, sudah.. Ngobrolnya berhenti dulu. Ini Bapak sudah
siapkan kopi buat kalian,” seru sang guru memecah keasyikan obrolan mereka.
Hampir serempak, mereka kemudian berebut cangkir terbaik yang
bisa mereka dapat.
Akhirnya, di meja yang tersisa hanya satu buah cangkir
plastik yang paling jelek.
Lantas, setelah semua mendapatkan cangkirnya, sang guru pun
mulai menuangi cangkir itu dengan kopi panas dari teko .
“Mari, silakan diminum,” ajak sang guru. Sang guru kemudian
meraih cangkir terakhir yang paling jelek, karena memang itulah satu-satunya
cangkir yang tersisa untuknya. Kemudian mereka semua menikmati kopi.
“Bagaimana rasanya?
Nikmat kan? Ini dari kopi hasil kebun keluarga saya sendiri.”
“Wah, enak sekali Pak.. Ini kopi paling sedap yang pernah
saya minum,” timpal salah satu murid yang langsung diiyakan oleh teman yang
lain.
“Nah, kopinya enak ya? Tapi, apakah kalian tadi
memperhatikan. Kalian hampir saja berebut untuk memilih cangkir yang paling
bagus hingga hanya menyisakan satu cangkir paling jelek ini?” tanya sang guru.
Murid-murid itu pun saling berpandangan.
"Perhatikanlah, bahwa kalian semua memilih cangkir yang
bagus dan kini yang tersisa hanyalah cangkir yg murah dan tidak menarik.
Memilih hal yg terbaik adalah wajar dan manusiawi. Namun
persoalannya, ketika kalian tidak mendapatkan cangkir yang bagus perasaan
kalian mulai terganggu.
Kalian secara otomatis melihat cangkir yang dipegang orang lain
dan mulai membandingkannya.
Pikiran kalian terfokus pada cangkir, padahal yang kalian
nikmati bukanlah cangkirnya melainkan kopinya.
Dari kisah ini kita bisa membuat perumpamaan, bahwa hidup
kita seperti kopi, sedangkan cangkirnya adalah sarana, pekerjaan, jabatan, atau
harta benda yg kita miliki.
Oleh karena itu, jangan pernah membiarkan cangkir
mempengaruhi kopi yang kita nikmati. Karena sebagus apa pun atau sejelek apa
pun cangkir tersebut, rasa kopinya tetap sama. Jika kita pintar mengolah kopi
tersebut. Jadi yang terpenting adalah bagaimana kita membuat kopi yang enak,
bukan bagaimana tampilan cangkirnya. Nah, yang terpenting adalah bagaimana kita
membuat hidup kita bermakna dan bernilai di sisi Allah, dibanding melihat
bagaimana posisi kita di dunia ini.
Jangan
berpikir bahwa kekayaan yang melimpah, sarana yang mewah, karier yang bagus dan
pekerjaan yg mapan merupakan jaminan kebahagian hidup dan kenikmatan. Itu
konsep yang sangat keliru. Kenapa? Karena kualitas hidup kita ditentukan oleh
ibadah kita. Kualitas hidup kita ditentukan oleh apa yang ada di dalam hati
kita, bukan dari tampilan luar saja.
Status, pangkat, kedudukan, jabatan, kekayaan, kesuksesan,
popularitas, adalah sebuah predikat yang disandang. Tak salah jika kita
mengejarnya. Tak salah pula bila kita ingin memilikinya. Namun, semua itu hanya
sarana untuk mendapatkan ridho Allah.
Sarana hanya bermanfaat apabila bisa mengantarkan kita pada
tujuan. Yakni negeri akhirat yang kekal abadi.
Apa gunanya memiliki
segala sarana, namun tidak pernah merasakan kedamaian,_ketenteraman,ketenangan,
dan kebahagian sejati di dalam kehidupan kita?
Karena hal itu sama seperti kita menikmati kopi kualitas
buruk yang disajikan di sebuah cangkir kristal yg mewah dan mahal. Bagusnya
cangkir tidak akan mempengaruhi rasa kopinya.
Kunci menikmati kopi bukanlah seberapa bagus cangkirnya, tetapi seberapa
bagus kualitas kopinya.
Semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment