7 Sept 2018

Yang Penting Kopinya, Bukan Cangkirnya



Ada pepatah inggris yang mengatakan ‘Don’t judge a book by it’s cover. Jangan pernah menilai buku dari tampilan sampulnya. Jangan pernah menilai seseorang dari tampilan luarnya. Karena yang terpenting adalah isinya.

Tapi, seringkali kita lebih mementingkan tampilan luar dibanding isi.

Ada kisah menarik terkait hal ini.

Dalam sebuah acara Reuni, beberapa alumni menjumpai guru sekolah mereka ketika masa SMA dulu. Mereka menceritakan kisah sukses masing-masing. Ada yang menjadi direktur BUMN, ada yang menjadi direktur Bank, ada yang menjadi pengusaha sukses, dokter, arsitek, pengacara, konsultan, dan sebagainya.

Melihat para alumni tersebut ramai-ramai membicarakan kesuksesan mereka, guru tersebut segera ke dapur. Kemudian mengambil seteko kopi panas dan beberapa cangkir yang berbeda-beda jenis dan bahannya.  Mulai dari cangkir yang terbuat dari kristal, kaca, melamin dan cangkir yang terbuat dari plastik.

“Sudah, sudah.. Ngobrolnya berhenti dulu. Ini Bapak sudah siapkan kopi buat kalian,” seru sang guru memecah keasyikan obrolan mereka.

Hampir serempak, mereka kemudian berebut cangkir terbaik yang bisa mereka dapat.

Akhirnya, di meja yang tersisa hanya satu buah cangkir plastik yang paling jelek.

Lantas, setelah semua mendapatkan cangkirnya, sang guru pun mulai menuangi cangkir itu dengan kopi panas dari teko .

“Mari, silakan diminum,” ajak sang guru. Sang guru kemudian meraih cangkir terakhir yang paling jelek, karena memang itulah satu-satunya cangkir yang tersisa untuknya. Kemudian mereka semua menikmati kopi.

 “Bagaimana rasanya? Nikmat kan? Ini dari kopi hasil kebun keluarga saya sendiri.”

“Wah, enak sekali Pak.. Ini kopi paling sedap yang pernah saya minum,” timpal salah satu murid yang langsung diiyakan oleh teman yang lain.

“Nah, kopinya enak ya? Tapi, apakah kalian tadi memperhatikan. Kalian hampir saja berebut untuk memilih cangkir yang paling bagus hingga hanya menyisakan satu cangkir paling jelek ini?” tanya sang guru.

Murid-murid itu pun saling berpandangan.

"Perhatikanlah, bahwa kalian semua memilih cangkir yang bagus dan kini yang tersisa hanyalah cangkir yg murah dan tidak menarik.

Memilih hal yg terbaik adalah wajar dan manusiawi. Namun persoalannya, ketika kalian tidak mendapatkan cangkir yang bagus perasaan kalian mulai terganggu.

Kalian secara otomatis melihat cangkir yang dipegang orang lain dan mulai membandingkannya.
Pikiran kalian terfokus pada cangkir, padahal yang kalian nikmati bukanlah cangkirnya melainkan kopinya.

Dari kisah ini kita bisa membuat perumpamaan, bahwa hidup kita seperti kopi, sedangkan cangkirnya adalah sarana, pekerjaan, jabatan, atau harta benda yg kita miliki.

Oleh karena itu, jangan pernah membiarkan cangkir mempengaruhi kopi yang kita nikmati. Karena sebagus apa pun atau sejelek apa pun cangkir tersebut, rasa kopinya tetap sama. Jika kita pintar mengolah kopi tersebut. Jadi yang terpenting adalah bagaimana kita membuat kopi yang enak, bukan bagaimana tampilan cangkirnya. Nah, yang terpenting adalah bagaimana kita membuat hidup kita bermakna dan bernilai di sisi Allah, dibanding melihat bagaimana posisi kita di dunia ini.

Jangan berpikir bahwa kekayaan yang melimpah, sarana yang mewah, karier yang bagus dan pekerjaan yg mapan merupakan jaminan kebahagian hidup dan kenikmatan. Itu konsep yang sangat keliru. Kenapa? Karena kualitas hidup kita ditentukan oleh ibadah kita. Kualitas hidup kita ditentukan oleh apa yang ada di dalam hati kita, bukan dari tampilan luar saja.

Status, pangkat, kedudukan, jabatan, kekayaan, kesuksesan, popularitas, adalah sebuah predikat yang disandang. Tak salah jika kita mengejarnya. Tak salah pula bila kita ingin memilikinya. Namun, semua itu hanya sarana untuk mendapatkan ridho Allah.

Sarana hanya bermanfaat apabila bisa mengantarkan kita pada tujuan. Yakni negeri akhirat yang kekal abadi.

Apa gunanya  memiliki segala sarana, namun tidak pernah merasakan kedamaian,_ketenteraman,ketenangan, dan kebahagian sejati di dalam kehidupan kita?
Karena hal itu sama seperti kita menikmati kopi kualitas buruk yang disajikan di sebuah cangkir kristal yg mewah dan mahal. Bagusnya cangkir tidak akan mempengaruhi rasa kopinya.  Kunci menikmati kopi bukanlah seberapa bagus cangkirnya, tetapi seberapa bagus kualitas kopinya.
Semoga bermanfaat.
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment