Terkadang kita melihat orang lain
dengan kacamata diri kita sendiri sehingga kita begitu mudah berpikir negatif
terhadap orang lain. Ketika kita berpikir negatif terhadap orang lain, maka
kita telah menghakiminya.
Ketika kita melihat orang lain cemberut, maka cobalah
munculkan pikiran positif di benak kita. Oh mungkin dia sedang sakit gigi. Oh mungkin
dia sedang memiliki masalah pribadi dan lain sebagainya.
Marilah kita renungkan bersama, lebih mudah mana
berusaha menyingkirkan kerikil tajam di sepanjang jalan, atau memakai sepatu
agar kaki tidak terluka oleh kerikil tajam? Orang normal pasti lebih memilih
memakai sepatu daripada menyapu semua kerikil sepanjang jalan.
Begitu juga kita, lebih mudah berpikir positif dan
berhusnudzon dibanding sibuk dengan memikirkan keburukan orang lain.
Lebih mungkin mana mensterilkan semua tempat agar tidak ada
kuman atau memperkuat daya tahan tubuh dan imunitas? Tentunya lebih baik
menjaga daya tahan tubuh, karena kuman akan selalu ada. begitu juga dengan diri
kita, kita harus menghiasi diri kita dengan akhlak yang baik sebelum meminta
orang lain memperlakukan kita dengan perlakuan yang baik. Kita harus memahami
orang lain sebelum kita ingin dipahami oleh orang lain.
Lebih mudah mana berusaha mencegah setiap mulut agar tak
bicara sembarangan, atau menjaga hati sendiri agar tidak mudah tersinggung? Akan
selalu ada orang yang berbicara sembarangan, yang kita perlukan hanya menata
hati supaya tidak gampangan.
Lebih penting mana berusaha menguasai orang lain, atau
belajar menguasai diri sendiri?
Intinya
adalah bukan bagaimana orang harus baik pada kita, melainkan bagaimana
kita berusaha baik pada orang lain terlebih dahulu.
Bukan orang lain yang membuat kita bahagia, melainkan sikap
diri sendirilah yang menentukan kita bahagia atau tidak.
Setiap waktu yang telah kita habiskan dalam hidup ini, tidak
akan terulang kembali.
Pergunakanlah waktu yang ada untuk tetap belajar. Belajar
dari masa lalu untuk persiapan hari esok yang lebih baik.
No comments:
Post a Comment