9 Sept 2018

Belajar Dari Ketawadhuan Imam Abu Hanifah



Dikisahkan bahwa pada suatu ketika Imam Hanafi sedang berjalan dan melihat seorang anak kecil yang sedang berjalan dengan menggunakan terompah kayu

Sambil melihat anak kecil itu sang Imam besar berujar, ”Hati-hati, Nak, dengan sepatu kayumu itu. Jangan sampai engkau tergelincir,”.

Sang tersebut tersenyum, sambil mengucapkan terima kasih. Setelah itu sang bocah kecil tersebut bertanya kepada Imam Hanafi, “Maaf Tuan, Bolehkah saya tahu namamu?”

”Nu’man,” jawab Imam Hanafi. Perlu diketahui bahwa nama asli Imam Ibnu Hanifah adalah Nu’man bin Tsabit.

”Oh, jadi Tuanlah yang selama ini terkenal dengan gelar Al-Imam Al-A‘dham,  imam agung itu?” jawab bocah kecil itu bertanya kembali kepada Imam Abu,Hanifah.

”Bukan aku yang menyematkan gelar itu Nak, melainkan masyarakatlah yang berprasangka baik dan menyematkan gelar itu kepadaku,” Jawab Imam Hanafi.

“Wahai sang Imam, hati-hati dengan gelarmu itu. Jangan sampai Tuan tergelincir ke neraka Allah gara-gara gelar. Terompah kayuku ini mungkin hanya akan menggelincirkanku di dunia ini semata. Tapi gelarmu itu dapat menjerumuskanmu ke kubangan api neraka yang kekal selama-lamanya, jika kesombongan dan keangkuhan menyertainya,” ujar sang bocah kecil yang memakai terompah kayu tersebut.

Mendengar jawaban anak kecil itu, Imam Hanafi pun tertegun sejenak lalu kemudian menangis. Beliau merasa bersyukur bahwa masih ada yang mengingatkannya. Bahkan tidak disangka-sangka peringatan itu datang dari lidah seorang anak kecil yang masih polos.  Beliau tidak memarahi bocah kecil tersebut bahkan dengan kerendahan hatinya mengucapkan terimakasih dan bersyukur atas peristiwa di hari itu.

Dilain kesempatan Imam Abu Hanifah pernah mengisahkan bahwa dirinya telah belajar lima masalah perihal ibadah haji dari seorang tukang cukur.

Alkisah, setelah Imam Abu Hanifah menyelesaikan manasik hari, ia pergi ke tukang cukur untuk mencukur rambutnya.

Imam Abu Hanifah bertanya kepada tukang cukur, “Berapa ongkos mencukur rambut ?”

Tukang cukur itu menjawab, “Ini adalah ibadah dan ibadah tidak mensyaratkan apa pun. Duduklah!”
Maka Imam Abu Hanifah duduk dengan membelakangi kiblat.

Tukang cukur  berkata, “Hadapkan wajahmu ke arah kiblat!” maka Imam Abu Hanifah mengubah posisi duduknya.

Kemudian Abu Hanifahmemberikan kepala sebelah kiri untuk dicukur terlebih dahulu. Maka tukang cukur itu kembali berkata, “Putar kepalamu ke arah kanan.”

Maka Abu Hanifah pun memutar kepala ke arah kanan. Dia langsung mencukur rambutnya dan Imam Abu Hanifah diam saja. lagi-lagi tukang cukur itu berkata lagi, “Bacalah takbir!”

Imam Abu Hanifah pun terus membaca takbir sampai tukang cukur itu menyelesaikan tugasnya.
Ketika Imam Abu Hanifah berdiri untuk pergi, tukang cukur itu bertanya, “Mau ke mana?”

Imam Ibu Hanifah menjawab, “Aku ingin meneruskan perjalananku”

Dia berkata, “Shalatlah dua raka’at dulu, setelah itu pergilah”

Imam Abu Hanifah sangat terkejut dengan perkataan tukang cukur, kemudian dia bertanya, ”Dari mana kamu belajar semua ini ?”

Tukang cukur itu menjawab, “Aku pernah melihat ‘Atha’ bin Abi Rabbah melakukan ini”

Perlu diketahui ‘Atha bin Abi Rabbah adalah seorang ulama di mekah yang terkenal dengan ilmunya yang luas dan kewaro’annya.

Dari kisah sang Imam tersebut, kita bisa mengambil pelajaran berharga.

Pelajaran yang pertama, hendaknya kita memiliki kerendahan hati sebagaimana Imam Abu Hanifah yang bisa menerima dengan senang hati nasihat, bahkan dari anak kecil dan tukang cukur.
Pelajaran yang kedua, kita bisa mendapatkan pelajaran dari manapun dan dari siapa pun, selama itu kebaikan maka terimalah. Jangan lihat siapa yang mengatakan, tapi lihatlah apa yang dikatakan.
Akhir kata, semoga bermanfaat

Wassalamu alaikum warohmatullahi wabarokatuh


Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment