Dalam tolong menolong itu hendaknya kita tidak mengenal
pamrih. Kita menolong karena memang tugas kita sebagai manusia untuk menolong
sesama, bukan karena mencari keuntungan atau mencari balasan yang serupa. Itu
bukan menolong, tapi berbisnis namanya.
Mari kita simak sebuah cerita ilustratif yang bisa menggambarkan
pentingnya menolong dengan keikhlasan.
Suatu hari, ada seorang lelaki yang sedang berjalan-jalan di
taman kota. Tiba-tiba dia melihat seekor kucing kecil yang terjebak di lubang.
Si kucing kecil yang malang it uterus berjuang untuk keluar.
Si lelaki itu merasa kasihan dan dia mengulurkan tangannya
untuk mengeluarkan kucing itu dari lubang. Tapi kucing itu malah mencakar
tangan si lelaki karena ketakutan. Lelaki itu menarik tangannya sembari
menjerit karena kesakitan.
Tapi lelaki itu tidak berhenti. Dia masih mengulurkan
tangannya lagi dan lagi meski kucing itu mencakarnya lagi.
Kebetulan beberapa meter dari sana ada seorang pemuda yang
memperhatikan. Kemudian pemuda itu berkata, “Mengapa kamu masih membantu kucing
itu untuk keluar. Dia sudah berkali-kali mencakar tanganmu.”
Akan tetapi lelaki itu tidak peduli dengan perkataan si
pemuda dan terus berusaha mengeluarkan si kucing dari lubang. Sampai kemudian
lelaki itu berhasil mengeluarkan kucing tersebut.
Setelah itu si lelaki itu menghampiri si pemuda dan berkata,
“Nak, itu adalah naluri kucing. Kucing memiliki naluri untuk mencakar, dan saya
adalah manusia, saya memiliki naluri untuk menolong, peduli dan mencintai.”
Begitulah hendaknya kita dalam kehidupan kita. Kita sebagai
manusia memiliki hati dan nurani. Kemudian keimanan menguatkannya. Sehingga
tidak ada alasan untuk mengabaikannya.
Tapi sayangnya, banyak manusia yang mengabaikan nuraninya.
Alih-alih menuruti nalurinya sebagai manusia yang beradab, dia justru mengadopsi
naluri-naluri binatang yang tidak layak untuk dimiliki setiap manusia berakal.
Melakukan berbagai cara tidak peduli halal dan haram untuk mendapatkan tujuan.
Terkadang ketika kita menolong ditunggagngi oleh kepentingan
duniawi. Sehingga ketika kita yakin bahwa dengan pertolongan yang kita berikan
tidak akan memberikan keuntungan duniawi, kita meninggalkannya. Naudzubillah.
Padahal, Allah subhanahu wata'ala tidak akan menyia-nyiakan kebaikan kita di
akhirat kelak.
Begitu juga kita menolong dengan alasan keuntungan, kita juga
terkadang memperlalukan orang lain sesuai dengan apa yang orang lain lakukan
kepada kita. Anak kucing itu mencakar, tetapi lelaki dalam cerita itu masih
menolongnya dengan alasan naluri untuk menolong.
Lalu kita? Ada diantara kita yang membalas pengkhianatan
dengan pengkhianatan yang sama. Kita membalas kebohongan dengan kebohongan yang
sama. Kita membalas kebencian dengan kebencian yang setimpal.
Kita membalas perlakuan buruk orang lain dengan perlakuan
buruk yang sama bahkan lebih buruk lagi. Kita menyimpan dendam dan
memeliharanya.
Teruslah berbuat kebaikan. Jangan pedulikan apa yang akan
kita dapatkan, apa yang orang lain lakukan, dan apa yang orang lain katakan.
Kita hanya mencari ridho Allah subhanahu wata'ala dengan kebaikan yang kita
kerjakan.
Wallahu a’lam


No comments:
Post a Comment