28 Sept 2018

Kisah Seorang Lelaki dan Seekor Anak Kucing



Dalam tolong menolong itu hendaknya kita tidak mengenal pamrih. Kita menolong karena memang tugas kita sebagai manusia untuk menolong sesama, bukan karena mencari keuntungan atau mencari balasan yang serupa. Itu bukan menolong, tapi berbisnis namanya.

Mari kita simak sebuah cerita ilustratif yang bisa menggambarkan pentingnya menolong dengan keikhlasan.

Suatu hari, ada seorang lelaki yang sedang berjalan-jalan di taman kota. Tiba-tiba dia melihat seekor kucing kecil yang terjebak di lubang. Si kucing kecil yang malang it uterus berjuang untuk keluar.

Si lelaki itu merasa kasihan dan dia mengulurkan tangannya untuk mengeluarkan kucing itu dari lubang. Tapi kucing itu malah mencakar tangan si lelaki karena ketakutan. Lelaki itu menarik tangannya sembari menjerit karena kesakitan.

Tapi lelaki itu tidak berhenti. Dia masih mengulurkan tangannya lagi dan lagi meski kucing itu mencakarnya lagi.

Kebetulan beberapa meter dari sana ada seorang pemuda yang memperhatikan. Kemudian pemuda itu berkata, “Mengapa kamu masih membantu kucing itu untuk keluar. Dia sudah berkali-kali mencakar tanganmu.”

Akan tetapi lelaki itu tidak peduli dengan perkataan si pemuda dan terus berusaha mengeluarkan si kucing dari lubang. Sampai kemudian lelaki itu berhasil mengeluarkan kucing tersebut.

Setelah itu si lelaki itu menghampiri si pemuda dan berkata, “Nak, itu adalah naluri kucing. Kucing memiliki naluri untuk mencakar, dan saya adalah manusia, saya memiliki naluri untuk menolong, peduli dan mencintai.”

Begitulah hendaknya kita dalam kehidupan kita. Kita sebagai manusia memiliki hati dan nurani. Kemudian keimanan menguatkannya. Sehingga tidak ada alasan untuk mengabaikannya.

Tapi sayangnya, banyak manusia yang mengabaikan nuraninya. Alih-alih menuruti nalurinya sebagai manusia yang beradab, dia justru mengadopsi naluri-naluri binatang yang tidak layak untuk dimiliki setiap manusia berakal. Melakukan berbagai cara tidak peduli halal dan haram untuk mendapatkan tujuan.

Terkadang ketika kita menolong ditunggagngi oleh kepentingan duniawi. Sehingga ketika kita yakin bahwa dengan pertolongan yang kita berikan tidak akan memberikan keuntungan duniawi, kita meninggalkannya. Naudzubillah. Padahal, Allah subhanahu wata'ala tidak akan menyia-nyiakan kebaikan kita di akhirat kelak.

Begitu juga kita menolong dengan alasan keuntungan, kita juga terkadang memperlalukan orang lain sesuai dengan apa yang orang lain lakukan kepada kita. Anak kucing itu mencakar, tetapi lelaki dalam cerita itu masih menolongnya dengan alasan naluri untuk menolong.

Lalu kita? Ada diantara kita yang membalas pengkhianatan dengan pengkhianatan yang sama. Kita membalas kebohongan dengan kebohongan yang sama. Kita membalas kebencian dengan kebencian yang setimpal.

Kita membalas perlakuan buruk orang lain dengan perlakuan buruk yang sama bahkan lebih buruk lagi. Kita menyimpan dendam dan memeliharanya.

Teruslah berbuat kebaikan. Jangan pedulikan apa yang akan kita dapatkan, apa yang orang lain lakukan, dan apa yang orang lain katakan. Kita hanya mencari ridho Allah subhanahu wata'ala dengan kebaikan yang kita kerjakan.
Wallahu a’lam

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment