Ada seorang anak berusia sembilan tahun duduk di mejanya dan
tiba-tiba, ada genangan di antara kakinya dan bagian depan celananya basah. Dia
mengompol di kelas karena itu hari pertamanya di sekolah. Anak itu malu untuk
meminta izin kepada gurunya.
Anak lelaki itu menjadi ketakutan. Dia bisa membayangkan
bagaimana gurunya akan marah dan bagaimana teman-teman sekelasnya akan
menertawakannya. Bahkan mungkin hingga dia remaja nanti mereka akan
mengingatnya. Tak ada gadis yang mau dekat dengan seorang lelaki kuper yang
ngompol di kelasnya.
Maka anak lelaki itu berdoa, “Ya Tuhan,tolonglah aku saat ini juga. Jika
tidak, maka aku bisa mati karena menanggung malu. “
Anak lelaki itu mendongak dan didapatinya sang guru melihat
sorot matanya. Dia pikir, dia bakalan ketahuan ngompol di kelas.
Sang guru mendekat sementara saat itu temannya, Susi yang
berada di belakang anak lelaki itu tahu apa yang sedang terjadi dengan teman
lelakinya itu. Maka Susi beranjak dari kursinya sembari membawa sebotol air
berisi ikan mas dan berlari ke arah si anak lelaki itu dan dengan pura-pura terpeleset
dan menjatuhkan botol di pangkuan si anak lelaki.
Anak laki-laki itu pura-pura marah, tetapi disaat yang sama
dia bersyukur, “Terima kasih, Tuhan! Terimakasih Tuhan!"
Sekarang, alih-alih menjadi objek ejekan, bocah itu menjadi objek
simpati. Sang guru bergegas ke ruang ganti dan memberinya celana pendek untuk
dikenakan sambil menunggu celananya kering.
Tetapi, ejekan yang seharusnya adalah miliknya telah
dialihkan kepada si pemilik air yang tumpah, Susie.
Akhirnya, di penghujung hari, ketika mereka menunggu bus,
bocah itu berjalan ke arah Susie dan berbisik, “Kamu sengaja melakukan itu,
bukan?”
Susie balas berbisik, “Aku juga pernah mengompol sekali.”
Sahabat, kita semua pernah mengalami hal baik dan hal yang
buruk dalam kehidupan kita. Kita tentunya ingat bagaimana perasaan kita ketika
kita berada dalam kondisi yang sulit. Oleh karena itu dengan alasan apa kita
mengejek orang lain yang berada dalam kondisi memalukan? Hendaknya kita
menempatkan diri kita dalam sudut pandang mereka. Selalu mencoba memahami
situasi dan mereka seolah-olah kita.
Kamu punya kisah lain tentang hal ini? Tulis di komentar ya
sob
No comments:
Post a Comment