27 Sept 2018

Jangan Bandingkan Kehidupanmu Dengan Kehidupan Mereka



Sumber dari ketidakbahagiaan adalah selalu membanding-bandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain yang statusnya lebih tinggi dari kita. Padahal boleh jadi orang yang kita iri kepadanya, juga sama-sama iri dengan kehidupan kita.

Sebagai analogi, mari kita simak satu kisah tentang pentingnya mensyukuri apa yang ada pada diri kita.

Dikisahkan ada seorang Petani dengan Istrinya yang sedang bergandengan tangan menyusuri pinggir jalan sepulang dari sawah sambil diguyur oleh air hujan.

Tiba - tiba, lewatlah sebuah motor di depan mereka. Berkatalah Sang Petani itu kepada Istrinya, "Lihatlah Bu, betapa bahagianya suami-istri yang sedang naik motor itu, meskipun mereka juga kehujanan, tapi mereka bisa cepat sampai di rumah, tidak seperti nasib kita yang harus lelah berjalan untuk sampai ke rumah.”

Sementara itu, si Pengendara sepeda motor dengan Istrinya yang sedang berboncengan di bawah derasnya air hujan, melihat sebuah mobil pick-up lewat di depan mereka.

Pengendara motor itu bergumam pada Istrinya, ”Lihatlah Bu, betapa bahagianya orang yang naik mobil itu. Mereka tidak perlu kehujanan seperti kita.”

Namun, di dalam sebuah mobil pick-up yang dikendarai oleh sepasang suami-istri tersebut, telah terjadi perbincangan, saat sebuah mobil sedan Mercy berpapasan dan lewat di hadapan mereka, ”Lihatlah Bu, betapa bahagianya orang yang naik mobil bagus itu. Mobil itu pastinya nyaman untuk dikendarai, tidak seperti mobil kita yang sering mogok terus.”

Ketika pria kaya raya yang mengendarai mobil sedan mercy itu menyetir mobilnya, dia melihat sepasang suami istri yang sedang berjalan bergandengan tangan di bawah guyuran hujan. Mereka adalah suami istri yang telah kita sebutkan di awal kisah tadi.

Saat itu juga Pria kaya itu menggerutu dalam hatinya, ”Betapa bahagianya sepasang suami-istri itu. Mereka dengan mesranya berjalan bergandengan tangan sambil menyusuri indahnya jalan di pedesaan ini. Sementara saya dan Istri saya, tidak pernah punya waktu untuk berduaan karena kesibukan kami masing-masing.”

Ada hikmah yang bisa kita ambil dari kisah ilustratif ini. Intinya, kebahagiaan tidak akan pernah kita miliki jika kita hanya melihat kebahagiaan milik orang lain. Kebahagiaan tidak akan singgah ketika kita selalu membandingkan diri sendiri dengan kenikmatan orang lain. Sebagaimana kata pepatah, rumput tetangga lebih hijauh.


Bahagia itu perkara hati yang seharusnya tidak diukur oleh materi. Kebahagiaan itu juga tidak bersyarat. Sayangnya, seringkali kita selalu membuat syarat-syarat tertentu untuk bisa menjadi seorang yang bahagia. Banyak keluhan yang kita lontarkan sebagai syarat.

“Aku akan bahagia jika aku memiliki rumah sendiri daripada rumah kontrakan yang kumuh.”

“Aku akan bahagia jika aku memiliki anak yang melengkapi keluarga kami yang hampa bertahun-tahun lamanya.”

“Aku akan bahagia jika memiliki istri yang cantik dan keluarga yang lengkap.”

“Aku akan bahagia jika aku memiliki banyak tabungan, uang yang banyak dan kendaraan yang bagus.”

“Aku akan bahagia jika aku memiliki pekerjaan yang bagus dan sesuai dengan harapan.”

Dan banyak syarat-syarat lainnya yang kita ungkapkan. Syarat-syarat itu membuat kita terbelenggu sehingga kita tidak akan pernah merasakan kebahagiaan jika semua syarat itu belum tercapai.

Jika kita mengeluh karena hanya bisa mengontrak rumah, pikirkan bahwa banyak orang yang tempat bernaung pun tidak punya selain emperan toko. Jika kita mengeluh belum dikaruniai anak, pikirkan tentang mereka yang bertahun-tahun belum menemukan jodohnya. Jika kita mengeluh dengan pekerjaan dan bos dikantor, pikirkan tentang mereka yang pengangguran..

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment