Suatu hari saya meminjamkan buku favorit saya kepada
seorang teman. Buku itu adalah buku
yang bagus yang pernah saya miliki dan saya tidak bisa menerima jika buku itu
hilang atau rusak. Dan minggu demi minggu berlalu hingga saya tidak sabar untuk
meminta buku itu dari si peminjam. Betapa terkejutnya saya ketika dia
mengatakan bahwa buku tersebut hilang. Dan yang lebih parah lagi, dia seakan
tidak merasa berdosa dan tidak ada niatan untuk mengganti buku saya yang hilang
itu.
Di kesempatan yang lain saya meminjamkan buku ke salah seorang teman yang
lain. Ya, dia memang tidak menghilangkan buku saya dan dia juga mengembalikan
buku itu tepat waktu. Hanya saja saya tidak bisa lepas dari rasa jengkel. Saya
menemukan banyak rempah-remah makanan dan jejak minyak makanan di sela-sela
buku saya. Uh!
Saya jadi teringat kisah seorang syaikh yang menerima buku yang dipinjamkannya sementara ada noda minyak makanan di beberapa halamannya. Oleh karena itu, ketika orang yang bersangkutan meminjam bukunya kembali dia memberi buku tersebut plus sebuah nampan. Kemudian dia berkata, "Ini bukunya, dan ini nampan untuk makanan."
Saya jadi teringat kisah seorang syaikh yang menerima buku yang dipinjamkannya sementara ada noda minyak makanan di beberapa halamannya. Oleh karena itu, ketika orang yang bersangkutan meminjam bukunya kembali dia memberi buku tersebut plus sebuah nampan. Kemudian dia berkata, "Ini bukunya, dan ini nampan untuk makanan."
Sejak saat itu, saya selalu malas untuk meminjamkan buku kepada sembarang
orang. Kecuali jika orang yang saya pinjami benar-benar orang yang bisa
dipercaya atau sama-sama kutu buku yang memperlakukan buku secara ‘manusiawi.’
Jangan harap orang-orang yang sudah masuk ke dalam daftar blacklist akan
bisa meminjam buku saya lagi. Hehe. Terkesan kejam tapi itulah saya.
Setidaknya, bagi seorang bookworm yang sangat perhatian sama bukunya, dia
akan selektif terhadap setiap orang yang ingin meminjam bukunya. Ada banyak
proses ‘wawancara’ untuk benar-benar bisa mendapatkan buku si booklover ini.
Seperti contoh di bawah ini,
Pertama, Apakah kamu benar-benar mau membacanya?
Jika kamu tidak serius ingin membacanya, saya tidak akan meminjamkannya.
Oke, kamu akan membaca buku itu. Lalu apakah kamu akan melipat halaman
bukunya sebagai tanda?
Jika ya, maka saya tidak akan meminjamkan buku itu kepadamu. Jika tidak,
maka saya akan dengan senang hati meminjamkannya. Tapi jika saya meminjamkan
buku saya, apakah kamu akan mengembalikannya?
Oke, jika sepakat maka kamu saya beri waktu 24 jam untuk meminjam buku
saya. Silakan!
Haha, itu hanya contoh dari ‘persyaratan’ yang terkesan kejam dari si
kutubuku yang ekstra hati-hati terhadap bukunya.
Ya, tujuannya baik karena dia tidak
ingin koleksi bukunya rusak atau hilang. Sehingga dia akan melakukan segala
cara untuk melindunginya. Ya mungkin ada juga sih kutubuku yang tidak peduli
dengan buku-bukunya. Dia bebas meminjamkan bukunya ke sembarang orang dan jika
dia ingat, maka dia akan menagih bukunya kepada si peminjam, jika tidak ingat ya
wasalam.
Tapi guys, sebagai orang yang beradab, jika kamu pinjam buku maka tidak
elok jika kamu menghilangkannya atau mengembalikannya dalam keadaan lecek atau
rusak. Bisa-bisa kamu nggak bakalan dikasih pinjaman buku lagi.
Usahakan untuk mengembalikan buku tepat waktu dengan kondisi yang sama
persis ketika kita meminjamnya pertama kali. Baik itu buku dari perpustakaan
umum, perpustakaan masjid, sekolah atau meminjamnya dari koleksi teman.
Oke, segitu aja ya. Ngantuk nih. Mau tidur dulu
No comments:
Post a Comment