“Andai ban mobil saya
tidak kempes, mungkin saya akan menjadi korban dari kecelakaan tersebut. Karena
kecelakaan itu terjadi beberapa menit setelah kami mogok tak jauh dari kejadian
tersebut.”
“Kami bersyukur karena pelayan itu mengantarkan makanan yang
salah, sehingga kami terhindar dari keracunan di restoran tersebut.”
“Aku tertinggal dari jadwal penerbangan, tapi aku bersyukur
karena terhindar dari kecelakaan pesawat tersebut.”
Kadang, apa yang tidak sesuai dengan keinginan kita,
memiliki sisi anugerah dari Tuhan yang tidak pernah kita duga. Jadi jangan
terburu-buru untuk mengeluh, menggerutu dan marah. Karena selalu ada hikmah
yang bisa kita ambil, dan Allah selalu memiliki alasan untuk semua takdir yang
telah Dia gariskan untuk kita.
Marilah kita simak kisah analogi berikut,
Seorang anak berumur tiga tahun dibawa ke klinik kesehatan
untuk diobati. Kemudian dokter memutuskan untuk menyuntik antibiotic ke
tubuhnya. Anak itu menangis dan takut jarum suntuk. Tapi ibunya memegang
tubuhnya dengan kuat dan mendekatkan lengannya ke arah dokter.
Anak itu menganggap ibunya jahat, tidak menyayanginya dan
bersekongkol dengan dokter.
Ada juga anak yang lumayan mengerti dan memahami apa yang
diinginkan dokter dan ibunya, sehingga dia tidak rewel ketika disuntik. Walau
menangis sebentar, ia kembali tersenyum.
Seiring bertambahnya usia, anak yang disuntik itu memahami
dan menyadari bahwa jika mereka tidak disuntik dengan antibiotic, maka mereka
akan sakit-sakitan dan tidak sembuh dari sakitnya.
Ya, memang, anak kecil tidak akan mengerti selain suntikan
dan rasa sakit yang ditimbulkannya. Tak lebih dari itu. Mereka merasa
dikhianati oleh ibu mereka karena mereka tidak paham bahwa ibunya hanya
menginginkan kesembuhan dan kesehatan untuk anaknya.
Anak itu memiliki pandangan sempit. Dia tidak mengerti bahwa
rasa sakit akibat suntikan itu hanya beberapa detik, namun bisa mencegah
penyakit yang bisa menyebabkan rasa sakit yang lebih hebat dan penderitaan yang
lebih lama. Tak sebanding jika diukur dengan rasa ‘gigitan kecil’ dari suntik
sang dokter.Si anak hanya memusatkan perhatian pada rasa sakit suntikan dan kepanikan
membuatnya merasa terancam.
Nah, konsep kisah ini juga bisa kita analogikan antara
‘ketakutan’ kita terhadap semua yang menyakitkan dan mengecewakan, dengan
harapan Allah Subhanahu wata'ala dibalik semua takdir yang telah Dia gariskan
untuk hidup kita.
Hendaknya kita selalu ingat bahwa anugerah selalu datang
setelah adanya kepedihan. Jika bukan karena kesulitan dalam hidup, kita tidak
akan menjadi orang yang lebih kuat dan dewasa dalam bersikap.
Dan anugerah terindah dari semua rasa sakit dan rasa sedih
yang Allah subhanahu wata'ala timpakan kepada kita adalah dihapusnya dosa-dosa
kita.
Allah menghapus dosa-dosa seorang Muslim karena penyakitnya seperti api menghilangkan kotoran dari emas dan perak. ( Hadits Riwayat Abu Dawud)
Aku kagum dengan orang beriman. Sesungguhnya Allah tidak menetapkan apapun untuk orang beriman kecuali apa yang baik baginya. (Hadit Riwayat Muslim)
Semakin besar kesulitan yang datang, semakin besar anugerah
yang kita peroleh. Anugerah itu adalah pahala sabar, dihapusnya dosa-dosa dan
ganti yang lebih baik.
Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al-Maidah ayat 6)
No comments:
Post a Comment