16 Mar 2018

Isi Hati Siapa yang Tahu


Salah satu kunci dari kebahagiaan adalah selalu berpikir positif terhadap orang-orang di sekitar kita

Salah satu kunci kebahagiaan adalah tidak memikirkan hal yang buruk terhadap orang lain, tidak menduga-duga isi hati sehingga kita selalu tertekan oleh anggapan buruk tersebut. Pikiran yang negative terhadap orang lain selalu melelahkan hati dan membahayakan ketenangan jiwa.

“Jangan-jangan dia menganggapku begini.”

“Sepertinya dia marah dan memang dia itu pemarah. Sulit bagi saya untuk memulai hubungan dengannya.”

“Dia iri kepadaku, jadi dia tak pernah suka dengan semua hasil kerjaku.”

Hati kita menyimpulkan padahal itu belum kepastian. Kita hanya mengikuti dugaan tanpa alasan yang kuat.

Siapa tahu teman yang cemberut-tidak seperti biasanya-sedang sakit gigi sehingga kurang bersemangat. Siapa tahu orang yang kau anggap iri dengan hasil kerjamu itu memiliki alasan yang masuk akal dibalik rasa cueknya.

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain” (Al-Hujurat : 12)

“Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara." (HR. Bukhori dan Muslim)

Jika hati telah bersatu dalam ikatan bersaudaraan, maka tidak akan ada lagi saling curiga. Jika tidak ada lagi saling curiga, maka tidak ada lagi adu domba musuh-musuh islam terhadap sesama muslim.
Apa yang harus kita lakukan sehingga kita terhindar dari berburuk sangka kepada sesama muslim? Mintalah kepada Allah Subhanahu wata'ala untuk memberi kita hati yang bersih.

Nasihat Generasi Salaf

Amirul Mukminin Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata,

“Janganlah engkau berprasangka terhadap perkataan yang keluar dari saudaramu yang mukmin kecuali dengan persangkaan yang baik. Dan hendaknya engkau selalu membawa perkataannya itu kepada prasangka-prasangka yang baik.”

Syekh Abdul Muhsin bin Hamd al-‘Abbad al-Badr berkata ”Orang yang berakal wajib mencari keselamatan untuk dirinya dengan meninggalkan perbuatan tajassus (berburuk sangka dan memata-matai) dan senantiasa sibuk memikirkan kejelekan dirinya sendiri. Sesungguhnya orang yang sibuk memikirkan kejelekan dirinya sendiri dan melupakan kejelekan orang lain, maka hatinya akan tenteram dan tidak akan merasa capai. Setiap kali dia melihat kejelekan yang ada pada dirinya, maka dia akan merasa hina tatkala melihat kejelekan yang serupa ada pada saudaranya. Sementara orang yang senantiasa sibuk memperhatikan kejelekan orang lain dan melupakan kejelekannya sendiri, maka hatinya akan buta, badannya akan merasa letih, dan akan sulit baginya meninggalkan kejelekan dirinya.”

Mungkin ada Maksud Lain dari Kata-Katanya

Jika kita merasa ada yang salah dari perkataan saudara kita, maka hendaknya kita memilirkan hal yang positif berkaitan dengan perkataannya tersebut. Barangkali ada maksud lain yang tak kita tahu. Mungkin ada tafsir lain yang tidak kita sadari. Bukan maksud dia menyinggungmu atau menggugatmu.

Sebagai contoh, ada orang yang marah ketika ditanya kapan nikah. Dia marah karena dalam benaknya, si penanya sedang menggugat kelajangannya, si penanya sedang mengejeknya, si penanya sedang meremehkannya karena dia sudah menikah lebih dulu.

Nah, cobalah berpikir, bisa jadi si penanya memiliki kepedulian sehingga dia bertanya seperti itu. Siapa tahu setelah dia bertanya dan memastikan bahwa kita belum menikah, dia memberi kita calon istri atau suami yang baik, bukan begitu?

Kita harus membuat banyak alasan untuk saudara kita. Banyak kemungkinan yang bisa kita pikirkan sebelum pikiran buruk menguasai kita.

Ibnu Sirin berkata,

Jika saudaramu melukai dirimu dengan kata-katanya, kamu harus memikirkan alasan yang benar dari kata-katanya. Jika kamu tidak menemukannya maka katakana, ‘mungkin ada alasan yang tidak aku ketahui kenapa dia mengatakan seperti itu.’

Jangan juga memikirkan niat atau maksud dari kata-kata saudara kita. Seringkali kita selalu berpikir yang buruk tentang maksud dari perkataan atau tindakan orang lain. Urusan hati hanya dia dan Allah yang tahu. Kita jangan terlalu mudah berasumsi.

Adalah wajar bila orang melakukan kesalahan, bahkan secara tidak sengaja. Menuduh orang lain secara terburu-buru bukanlah akhlak seorang mukmin yang baik. Tentunya kita ingin bahwa kita juga tidak mau dituduh yang buruk oleh orang lain. Kita juga tidak mau orang lain salah paham dengan kata-kata dan tindakan kita.

Jangan pernah merasa menjadi orang yang lebih baik sehingga gampang menyalahkan orang lain dan menyimpulkan secara terburu-buru.

“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa” (QS. An Najm:32)

“Apakah kami tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih. Sebenarnya Allah mensucikan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak dianiaya sedikit pun” (QS. An-Nisa: 49).

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,

“Janganlah kalian merasa diri kalian suci, Allah lebih tahu akan orang-orang yang berbuat baik diantara kalian” (HR. Muslim).
So, jangan biarkan setan menjerat kita dengan pikiran dan dugaan yang buruk. Sehingga kita mudah terpecah belah dan diadu domba.
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment