Salah satu kunci dari kebahagiaan adalah selalu berpikir positif terhadap orang-orang di sekitar kita
Salah satu kunci kebahagiaan adalah tidak memikirkan hal
yang buruk terhadap orang lain, tidak menduga-duga isi hati sehingga kita
selalu tertekan oleh anggapan buruk tersebut. Pikiran yang negative terhadap
orang lain selalu melelahkan hati dan membahayakan ketenangan jiwa.
“Jangan-jangan dia menganggapku begini.”
“Sepertinya dia marah dan memang dia itu pemarah. Sulit bagi
saya untuk memulai hubungan dengannya.”
“Dia iri kepadaku, jadi dia tak pernah suka dengan semua
hasil kerjaku.”
Hati kita menyimpulkan padahal itu belum kepastian. Kita hanya
mengikuti dugaan tanpa alasan yang kuat.
Siapa tahu teman yang cemberut-tidak seperti biasanya-sedang
sakit gigi sehingga kurang bersemangat. Siapa tahu orang yang kau anggap iri
dengan hasil kerjamu itu memiliki alasan yang masuk akal dibalik rasa cueknya.
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain” (Al-Hujurat : 12)
“Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara." (HR. Bukhori dan Muslim)
Jika hati telah bersatu dalam ikatan bersaudaraan, maka
tidak akan ada lagi saling curiga. Jika tidak ada lagi saling curiga, maka
tidak ada lagi adu domba musuh-musuh islam terhadap sesama muslim.
Apa yang harus kita lakukan sehingga kita terhindar dari
berburuk sangka kepada sesama muslim? Mintalah kepada Allah Subhanahu wata'ala untuk
memberi kita hati yang bersih.
Nasihat Generasi Salaf
Amirul Mukminin Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu
berkata,
“Janganlah engkau berprasangka terhadap perkataan yang
keluar dari saudaramu yang mukmin kecuali dengan persangkaan yang baik. Dan
hendaknya engkau selalu membawa perkataannya itu kepada prasangka-prasangka
yang baik.”
Syekh Abdul Muhsin bin Hamd al-‘Abbad al-Badr berkata ”Orang
yang berakal wajib mencari keselamatan untuk dirinya dengan meninggalkan
perbuatan tajassus (berburuk sangka dan memata-matai) dan senantiasa sibuk
memikirkan kejelekan dirinya sendiri. Sesungguhnya orang yang sibuk memikirkan
kejelekan dirinya sendiri dan melupakan kejelekan orang lain, maka hatinya akan
tenteram dan tidak akan merasa capai. Setiap kali dia melihat kejelekan yang ada
pada dirinya, maka dia akan merasa hina tatkala melihat kejelekan yang serupa
ada pada saudaranya. Sementara orang yang senantiasa sibuk memperhatikan
kejelekan orang lain dan melupakan kejelekannya sendiri, maka hatinya akan
buta, badannya akan merasa letih, dan akan sulit baginya meninggalkan kejelekan
dirinya.”
Mungkin ada Maksud Lain dari Kata-Katanya
Jika kita merasa ada yang salah dari perkataan saudara kita,
maka hendaknya kita memilirkan hal yang positif berkaitan dengan perkataannya
tersebut. Barangkali ada maksud lain yang tak kita tahu. Mungkin ada tafsir
lain yang tidak kita sadari. Bukan maksud dia menyinggungmu atau menggugatmu.
Sebagai contoh, ada orang yang marah ketika ditanya kapan
nikah. Dia marah karena dalam benaknya, si penanya sedang menggugat
kelajangannya, si penanya sedang mengejeknya, si penanya sedang meremehkannya
karena dia sudah menikah lebih dulu.
Nah, cobalah berpikir, bisa jadi si penanya memiliki kepedulian
sehingga dia bertanya seperti itu. Siapa tahu setelah dia bertanya dan
memastikan bahwa kita belum menikah, dia memberi kita calon istri atau suami
yang baik, bukan begitu?
Kita harus membuat banyak alasan untuk saudara kita. Banyak kemungkinan
yang bisa kita pikirkan sebelum pikiran buruk menguasai kita.
Ibnu Sirin berkata,
Jika saudaramu melukai dirimu dengan kata-katanya, kamu
harus memikirkan alasan yang benar dari kata-katanya. Jika kamu tidak menemukannya
maka katakana, ‘mungkin ada alasan yang tidak aku ketahui kenapa dia mengatakan
seperti itu.’
Jangan juga memikirkan niat atau maksud dari kata-kata
saudara kita. Seringkali kita selalu berpikir yang buruk tentang maksud dari
perkataan atau tindakan orang lain. Urusan hati hanya dia dan Allah yang tahu. Kita
jangan terlalu mudah berasumsi.
Adalah wajar bila orang melakukan kesalahan, bahkan secara
tidak sengaja. Menuduh orang lain secara terburu-buru bukanlah akhlak seorang
mukmin yang baik. Tentunya kita ingin bahwa kita juga tidak mau dituduh yang
buruk oleh orang lain. Kita juga tidak mau orang lain salah paham dengan
kata-kata dan tindakan kita.
Jangan pernah merasa menjadi orang yang lebih baik sehingga
gampang menyalahkan orang lain dan menyimpulkan secara terburu-buru.
“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa” (QS. An Najm:32)
“Apakah kami tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih. Sebenarnya Allah mensucikan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak dianiaya sedikit pun” (QS. An-Nisa: 49).
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
“Janganlah kalian merasa diri kalian suci, Allah lebih tahu akan orang-orang yang berbuat baik diantara kalian” (HR. Muslim).
So, jangan biarkan setan menjerat kita dengan pikiran dan
dugaan yang buruk. Sehingga kita mudah terpecah belah dan diadu domba.
No comments:
Post a Comment