Hati ibarat kaca cermin. Jika cermin bersih, sekecil apa pun
kotoran yang menempel akan terlihat. Tapi jika kaca cermin sudah kotor, maka
kotoran-kotoran yang bertambah tidak bisa dibedakan lagi; mana kotoran yang
tebal, mana yang tipis. Kotoran-kotoran itu akan mengeras dan mencipta kerak.
Begitulah hati kita, kemaksiatan-kemaksiatan yang terus kita
jalani, akan mencipta kerak di hati dan menutupinya secara sempurna. Sehingga hati
kita tidak memantulkan kebaikan. Hati kita tidak tercerahkan oleh nasihat,
ayat-ayat dan ancaman.
Hati kita mengeras.
Sebab utama hati mengeras adalah karena ternodanya tauhid
oleh noda-noda kemusyrikan.
Ibnu Juraij rahimahullah menafsirkan ‘orang-orang yang
berhati keras’ dalam surat al-Hajj ayat 53 sebagai orang-orang musyrik (lihat
Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [5/326]).
Kemudian hati mengeras dengan memutarbalikan ayat-ayat Allah
dan melakukan kebid’ahan. Menyelewengkan maksud ayat-ayat-Nya demi memuaskan
hawa nafsunya.
Hati mengeras karena dosa dan maksiat yang selalu kita
lakukan tanpa adanya pertaubatan dan istighfar yang menghapusnya.
Demikian juga hati mengeras karena menuruti syahwat yang
menggoda, dan melakukan perkara-perkara mubah secara berlebihan. Banyak makan,
tidur, dan kelewatan dalam bergaul.
Orang yang berhati keras itu tidak bisa memetik pelajaran
dari nasehat-nasehat yang didengarnya, tidak bisa mengambil faedah dari ayat
maupun peringatan-peringatan, tidak tertarik meskipun diberi motivasi dan
dorongan, tidak merasa takut meskipun ditakut-takuti.
Semakin keras seruan, semakin keras pula kepalanya untuk
memahami seruan. Semakin gencar nasihat, semakin tertutup telinganya.
Orang yang memiliki
hati semacam ini, tidaklah dia menambah kesungguhannya dalam menuntut ilmu
melainkan hal itu semakin mengeraskan hatinya.
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu mengingatkan kita
semua, “Ilmu itu bukanlah dengan banyaknya riwayat. Akan tetapi hakekat ilmu
itu adalah rasa takut.”
Ada orang yang pintar berdalil, tapi dia jauh darinya. Pintar
ceramah, banyak tahu tentang hakikat
ilmu, tapi jauh dari buah ilmu; amal dan rasa takut kepada Allah.
No comments:
Post a Comment